Kamu memeluk kedua lututmu dengan erat, membenamkan wajah di antara kedua lutut tersebut dan menangis di dalam ruangan itu. Kau merutuki nasib yang terlampau begitu kejam. Mengumpati sang semesta yang terlalu banyak mempermainkan perasaanmu hingga tak menyisakan sedikitpun perasaan di dalam hati.
Kosong. Hampa.
Semua ini menyakitkan bagi dirimu.
Memang fasilitas yang diberikan Changbin itu mewah, bahkan terbilang sangat mewah. Namun apa artinya semua itu jika Changbin sendiri kerapkali memukul, menampar, atau bahkan melempar kamu disaat kau enggan untuk mengikuti semua perintahnya?
Cangbin itu kasar, terlampau kasar untuk sosok lemah sepertimu. Apalagi selama beberapa bulan ini, yang kau dapatkan hanyalah perlakuan lembut yang diberikan oleh Han, membuat dirimu semakin lemah.
Perlakuan Han terhadap dirimu jauh berbeda dari perlakuan Changbin. Ia memperlakukanmu bagai seorang ratu yang harus diawasi dengan begitu ketat, dimanja dengan begitu sering, dan disayang dengan begitu banyak.
"Berhenti menangis."
Kau menghentikan tangismu sesaat setelah mendengar suara dingin Changbin yang menusuk indera pendengaran. Tanpa berniat untuk mengangkat kepalamu untuk menatap wajahnya, kau semakin erat memeluk kedua lutut.
"Jangan cengeng. Lihat aku."
Tidak ada respon darimu.
"Lihat aku, jalang!" kesabaran Changbin mulai habis. Ia menarik kasar rambut panjangmu agar mendongak untuk menatapnya. "Bersyukurlah karena kau cukup beruntung karena bisa hidup bersamaku," cecarnya seraya mencengkram pipimu dengan kuat.
Kau menatap matanya takut, walaupun di dalam hati telah mengumpat. Sorot mata Changbin saat ini terlihat begitu marah.
Changbin mendengkus. Ia melepaskan cengkraman itu dengan kasar, membuat kepalamu hampir terbentur sisi ranjang andaikan kamu tidak menahannya. Helaan nafas tampak pemuda itu hembuskan. Di detik berikutnya, ia mengambil duduk dia sampingmu.
Persetan. Entah apa yang merasukinya, Changbin merasa sedikit kasihan terhadap dirimu begitu menatap manik kelabu itu, seakan bahwa ia mengerti ada luka di dalam diri kamu.
Changbin mengumpati dirinya sendiri. Ia selalu tak sampai hati saat melihat ini. Seharusnya pemuda itu membuatmu menyerah sehingga melakukan apa yang diinginkannya. Seharusnya ia bisa bertindak lebih kasar agar kamu tunduk. Namun sayangnya, semua itu tak bisa Changbin lakukan karena di dalam hati kecil si pemuda, seperti ada yang menahan agar tidak melakukan tindakan yang lebih dari itu.
Seolah-olah Changbin bisa merasakan kehadiran adik perempuannya di dalam diri kamu.
"Berhenti menangis, ok? Aku tidak akan melakukan hal buruk padamu jika kau menurut." Tutur kata Changbin mulai melembut. Ia membawa tangannya ke puncak kepalamu sebelum akhirnya mengusap puncak kepala itu dengan lembut. "Aku tidak akan melukaimu."
Kau menatapnya takut-takut. "Benarkah?"
"Tentu saja. Aku memang orang yang brengsek, tapi aku tidak akan melukai seorang wanita."
Entah karena apa, hatimu mulai menghangat begitu mendengar penuturannya. Kau mencoba memberanikan diri untuk mendekati pemuda pemilik marga Seo tersebut.
"Terima kasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
TDS ( 1 ) - Tentang Dia [ Han Jisung ] [ ✔ ]
FanfictionTidak ada yang sebaik dia di dalam hidupku.