Bel pulang sekolah menggema disepanjang koridor sekolah. Banyak siswa-siswi yang langsung berhamburan keluar menuju parkiran dan halte depan sekolah. Berbeda denganku dan Chelsea yang nampak biasa dan tenang saat ini. Yah, walaupun dari tadi Chelsea tak pernah mengatupkan bibirnya walau hanya sampai aku pulang kerumah. Entah apa yang membuatnya berbicara tanpa henti seperti ini.
Jam 3 sore adalah jadwal pulang kami pada hari Senin. Kami belum diberi jadwal ekstrakurikuler dan hal itu membuat kami harus pulang bersama-sama. "Crystal, kau akan ikut ekskul apa?" Tanya Chelsea saat kami duduk dibawah atap halte. Aku menoleh dan mengangkat bahuku, "Belum tahu. Ayahku sangat menyukai olahraga. Mungkin aku akan ikut ekskul basket atau voli."
Chelsea nampak mengangguk-angguk sebelum menjawab, "Kalau begitu aku akan ikut ekskul bersamamu saja." Aku menoleh saat Ia menanggapi pernyataanku. Aku masih tak paham dengannya. Perkenalan kami yang singkat membuatku harus menilainya secara objektif.
"Kau ini apa akan selalu mengikutiku?" Tanyaku padanya yang dibalas cengiran darinya. Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalaku melihat tingkahnya.
Saat kami berbelok di pertigaan koridor yang menghubungkan kelas 1-3 yang artinya koridor ini berisi loker-loker siswa-siswi SMA Angkasa. Aku dan Chelsea mendengar suara-suara yang menurutku menjijikkan. Sebenarnya, sekolah sudah sepi dan tadi Chelsea harus kembali mengajakku untuk mengambil catatannya yang tertinggal di laci meja dan itu yang membuat kami harus terlambat.
Chelsea langsung menarik tanganku untuk bersembunyi dibalik tembok dan itu berarti kami dekat dengan suara itu. Terlihat dua orang siswa tengah bercumbu dengan santainya disini.
Aku dan Chelsea saling bertukar pandang. Aku menelan ludah dengan susah mencoba mencerna apa yang terjadi. Sungguh, ini adalah pertama kalinya aku mendengar suara-suara seperti itu.
Chelsea melirik kearah mereka dari balik tembok. Ia yang berada didepan membuatnya mudah untuk melihat. Aku jadi ingin tahu apa yang Ia lihat. Aku pun memberanikan diri untuk melihat dibawahnya.
Aku membulatkan mataku saat melihat laki-laki yang bermain basket tadi. Ia nampak marah sekali dengan dua orang siswa yang tadi sempat berduaan. Kupikir mungkin itu adalah kekasihnya yang selingkuh. Laki-laki itupun langsung pergi meninggalkan mereka yang pastinya akan dikejar oleh sang kekasih —Atau mungkin sudah menjadi 'Mantan Kekasih'.
Pria lainnya hanya diam melihat pertengkaran mereka tanpa ada rasa bersalahnya sama sekali. Sebelum akhirnya Ia juga pergi sebelum ada penjaga sekolah yang melihatnya.
Aku dan Chelsea bisa bernafas lega sekarang. Kejadian ini tak pernah kusangka sama sekali. SMA yang dipandang terhormat memiliki siswa-siswi yang sering melakukan itu.
"Tak pernah kusangka Crystal!" Chelsea mengelap keringat yang bercucuran di dahinya. Bersembunyi dibalik tembok dalam waktu yang hampir lama membuat kami harus mengeluarkan keringat. "Kupikir mereka itu siswa-siswi yang berprestasi dan berperilaku baik. Tapi nyatanya. Cih!" Sambungnya dengan membuang tangannya. Aku hanya terkekeh geli mendengarnya.
"Sudahlah ayo!" Ajakku yang memang tak mau membahas hal itu. "Tadi itu siapa?" Aku mencoba mengorek informasi tentang laki-laki itu. Entah mengapa hanya saja aku tertarik dengannya.
Chelsea menoleh, "Dia itu Azka. Ketua ekskul basket." Aku hanya manggut-manggut mendengarnya. "Dan perempuan yang mengejarnya tadi adalah Velma. Dia itu leadernya siswi disini," Sambungnya dengan nada yang tak suka.
"Bukannya mereka baru kelas 11?" Tanyaku.
"Iya memang. Tapi, sudahlah jangan dibahas," ucapnya frustasi. Kami kembali melanjutkan perjalanan dengan iringan sepatu yang bergesekan dengan lantai sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
FROZEN
FantasyApa jadinya jika segelintir anak tersesat di dunia baru berlatarkan es yang dingin? Highest Rank : #1 in Frozen #5 in Ice