Hari Senin. Hari yang menyenangkan bagi kami karena hari ini kami akan berangkat menuju sebuah gunung di daerah selatan kota ini. Gunung dengan ratusan pepohonan dan ditambah suasana sejuk desa ini membuat siapa saja betah berlama-lama disini.
Kemarin saat Kara tak masuk, aku dan Violet harus rela kerumahnya untuk mengabarkan hal ini. Aku tak menyangka bahwa sebenarnya Kara adalah anak orang kaya. Ibunya bahkan masih muda dan cantik. Pakaiannya saja fashionable. Apalagi rumahnya yang lumayan besar.
Ia sekarang berpenampilan lebih segar dari biasanya. Mungkin setelah tak masuk kemarin ada suatu hal yang membuatnya berubah 180°.
Saat kami sudah sampai ditempat tujuan, Pak Hatta -Selaku Kepala Sekolah- menyuruh kami berkumpul. Ia mengucapkan beberapa kata untuk mengawali camping ini.
Setelah hampir memakan waktu setengah jam hanya untuk berbicara, akhirnya Kepala Sekolah menyuruh Bu Carolyn untuk menggantikannya. Selain itu juga, Bu Carolyn akan mengumumkan tim yang sudah dibagi sebelumnya.
"Baiklah, karena hari sudah hampir siang, Ibu akan membagi kalian dalam beberapa tim. Tim ini akan ditugaskan untuk mencari beberapa benda yang akan kita gunakan sebagai alat untuk permainan. Ini sama seperti tahun-tahun sebelumnya, hanya saja Ibu akan menambah jumlahnya menjadi 16 orang," ucapnya sembari membuka lembaran kertas yang ada dipapan penjepit.
"Untuk kelompok pertama, Adityawarman, Jasmine Saputri, Azka William, Axelo Pradana, Arsene Permana, Reno Irawan, Chelsea Paramitha, Violetta Wardhana, Clara Kusuma, Virginia Oktaviani, Claudia Anggraeni, Angga Winarno, Alden Wicaksono, Gloria Louisiana, Leonard Jayanegara, dan Crystalia Wijaya."
Aku kaget saat namaku tiba-tiba disebut oleh Bu Carolyn. Antara senang dan kaget. Aku senang karena bersama dengan Chelsea dan Violet. Tapi aku juga kaget saat harus bersama dengan para seniorku.
"Kalian akan menempati vila yang ada disebelah selatan dari sini." Kami menoleh pada arah yang ditunjuk oleh Bu Carolyn.
"Sementara acara ini masih dilanjutkan, kalian tim satu bisa menempati vila tersebut!" Perintah Bu Carolyn yang langsung ditinggal pergi oleh para kakak kelas disini.
"Kalian bisa pilih kamar yang kalian suka," ucap Kak Adit saat kami memasuki vila pertama kali. Kami segera menurutinya untuk sesaat.
"Tunggu!"
Kami menghentikan langkahku saat mendengar Kak Adit mencegah kami. Saat kami melihatnya terlihat Ia hanya diam mematung menatap kami. Berbeda dengan Kak Jasmine yang terlihat bingung akan kelakuan sahabatnya itu.
"Iya, ada apa Kak?" Tanya Chelsea spontan.
"Siapa namamu?" Tanya Kak Adit sambil menatapku.
"A..a..ku?" Tanya ku balik dengan nada tergagap. Bagaimana tidak? Saat kalian ditatap langsung dengan salah satu pangeran sekolah.
Dia menganggukkan kepalanya. Aku menjawab, "Crystal."
"Kau bisa istirahat sekarang," ucapnya yang entah kenapa kurasakan kegugupan didalamnya.
Kami bertiga akhirnya meninggalkan Kak Adit dan Kak Jasmine yang masih berdiri dilantai bawah. Kami melangkah dengan penuh tanda tanya besar. Aku juga sebenarnya masih bingung tentang mengapa Kak Adit menanyakan namaku. Aku tahu bahwa Kak Adit adalah salah satu siswa yang tak peduli dengan kejadian disekitarnya. Ia hanya peduli pada orang-orang yang memang benar-benar Ia butuhkan.
Ini menjadi sesuatu hal yang merupakan keberuntungan kami. Bagaimana tidak? Kami berada disebuah kamar yang terdiri dari Aku, Chelsea, Violet, dan Virginia yang notabenenya adalah satu kelas. Aku tak pernah menyangka bahwa Virginia adalah orang yang baik. Ia selalu tersenyum pada kami dan mudah bergaul dengan kami. Kupikir jika Virginia mau, Ia akan menjadi salah satu sahabat kami.
Ini masih siang untuk hanya sekedar tidur. Bu Carolyn bilang acara pembukaannya akan dimulai pada pukul 3 sore. Padahal ini masih pukul 12, perlu 3 jam lagi untuk bisa melakukan aktivitas.
Kami tertawa didalam kamar. Membahas sesuatu hal yang mungkin tidak penting hingga kami tertawakan. Mulai dari kisah-kisah masa lalu hingga kisah-kisah tentang teman-teman.
Klek!
Suara pintu dibuka membuat candaan kami terhenti. Aku bingung saat ada yang mengunjungi kami tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Kami saling menatap sebelum menatap seorang gadis yang nampak rapi diambang pintu.
Kak Jasmine —dengan pakaian yang sama yang Ia gunakan pagi tadi— berkata, "Kalian tak ikut makan siang?"
"Memangnya ada apa, Kak?" Tanya Chelsea sopan pada Kak Jasmine. Bagaimanapun Kak Jasmine adalah kakak kelas kami.
"Ada pengumuman juga yang akan disampaikan oleh Adit," ucap Kak Jasmine. Kami pun hanya mengangguk paham. Tak biasanya Kak Jasmine bersikap datar seperti itu.
"Kira-kira pengumuman apa ya?" Tanya Virginia pada kami dengan polosnya. Aku hanya bisa membatin, bagaimana kami bisa tahu?.
Kami akan berkumpul bersama sebagai sebuah tim. Aku jadi teringat akan kejadian di lapangan basket waktu itu. Bagaimana manisnya senyum Azka membuatku sulit untuk melupakannya. Semoga saja aku tak terlalu sering melihatnya.
Kami semua berkumpul dimeja makan. Sebelum menerima pengumuman dari Kak Adit —selaku pemimpin tim ini—, kami disuruh makan terlebih dahulu. Untung saja, aku berhadapan dengan Kak Reno. Bukannya aku tak mau bertemu dengan Azka. Hanya saja kejadian waktu itu membuatku malu setengah mati.
"Sesuai arahan Bu Carolyn, nanti malam kita akan melakukan jejak petualang. Dimana kita mendapat bagian keatas gunung. Persiapkan diri kalian baik-baik. Aku tak mau mendengar bahwa ada yang tak kuat dengan angin dingin disini. Kalian mengerti!" Ucap Kak Adit penuh ketegasan didalamnya. Kami hanya mengangguk paham melihat. Bahkan tak ada satupun dari kami yang mau menatap matanya —kecuali Kak Jasmine yang memang sahabatnya.
"Oh ya, acara pembukaannya akan dilaksanakan 3 jam lagi." Setelah itu, tak ada yang bicara lagi. Keheningan menyelimuti kami yang membuat kami sangat nyaman diantaranya.
Tepat jam 3 sore, matahari menyinari kami sangat terik. Walaupun ini bukan jam 12 siang, tapi tetap saja matahari seakan menyebarluaskan panas dan sinarnya.
Kami berbaris seusai dengan tim masing-masing. Kak Adit berada didepan bersama Kak Reno disampingnya. Sebagai pemimpin, kuakui bahwa Kak Adit dan Kak Reno sangat tegas. Tak peduli siapa yang melanggar aturan, Ia akan tetap dihukum.
Buktinya tadi, saat Velma datang ke Vila kami. Kak Adit tak segan-segan memarahinya karena mengganggu kami. Walau alasannya adalah Ia ingin memberikan bekalnya pada Azka, tetap saja Kak Adit tak memperbolehkannya. Dan jangan katakan bahwa Ia perempuan, Kak Adit juga tak segan-segan untuk memukulnya bila Ia tak mematuhi aturan. Sungguh benar-benar menakutkan.
Berbeda dengan Kak Jasmine yang acuh tak acuh. Ia bahkan hanya melihat perdebatan antara Kak Adit dengan Velma. Ia nampaknya memasrahkannya pada Kak Adit dan Kak Reno.
Peluh keringat membasahi wajah kami tanpa terkecuali. Aku juga heran. Padahal ini sudah jam setengah 5 sore, tetap saja matahari bersinar sangat terik. Tak sedikit pula yang pingsan karena dehidrasi.
Upacara ini sangat lama bagi mereka yang tak mau upacara. Terhitung sudah satu setengah jam kami hanya berdiri sambil mendengarkan pidato sambutan dan beberapa pesan untuk acara yang dilaksanakan seminggu kedepan.
"Crystal." Aku menoleh saat Ia memanggilku dengan berbisik-bisik. Aku menoleh sekilas, aku tak berani saat didepan ku, Kak Jasmine sedang berdiri tegap dengan Kak Claudia disampingnya.
"Ada apa?" Tanyaku balik padanya. Aku memelankan suara agar Kak Jasmine ataupun yang lainnya tak mendengarnya.
"Aku lelah," keluhnya.
"Sabarlah sebentar!" Ucapku agar Ia mau menahan sebentar saja.
Don't forget to vote and coment
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
FROZEN
FantasyApa jadinya jika segelintir anak tersesat di dunia baru berlatarkan es yang dingin? Highest Rank : #1 in Frozen #5 in Ice