Seperti janji, aku memenuhinya dengan cara mengikuti apa yang Ia katakan kemari. Untuk kali ini cuaca tak begitu dingin, tapi tetap saja kami harus tetap berada didalam gua ini atau Vasílissa akan menemukan kami dan itu akan menjadi pertanda yang buruk bagi Areola.
Kulihat beberapa anak-anak seusiaku atau bahkan di bawahku sudah mahir dalam menggunakan senjata.
Kulihat juga Azka dan Kak Adit sudah bangun dan sekarang yang menjadi ganjal adalah saat mereka terlihat akrab satu sama lain. Perasaanku campur aduk saat melihat mereka seperti dua sahabat karib. Perasaan yang didominasi oleh rasa bahagia, bangga, dan bingung.
Aku berinisiatif untuk pergi menemui mereka. Wajah mereka terlihat lebih pucat jika diperhatikan dari dekat.
"Kalian terlihat akrab," celetukku yang terkesan sarkasme. Aku pun memilih duduk diantara keduanya.
"Bagaimana kabarmu?" Tanya Azka sambil melihatku. Aku hanya mengangkat bahuku dan Ia pun terkekeh melihatnya.
Keheningan menyelimuti kami. Tak ada berbincangan yang berarti yang bisa kami bicarakan.
"Bagaimana keadaan yang lainnya?" Tanya Kak Adit yang membuatku jadi berpikiran tentang mereka.
"Kupikir mereka sedang baik-baik saja," jawab Azka asal.
Berbeda denganku yang hanya diam, berpikir tentang kemungkinan banyak hal yang mungkin saja terjadi pada teman-temanku jika kami semua terpisah.
"Kakak!" Seru Ander padaku. Ia menghampiriku dengan membawa sepasang pedang berwarna putih.
Bisa kulihat dari sudut mataku, Azka dan Kak Adit menatap Ander dengan tatapan bingung.
"Ada apa?" Tanyaku padanya.
"Giagiá menyuruh kalian untuk berlatih senjata," jelasnya sambil menunjuk kami bertiga.
"Memangnya mengapa?" Tanya Kak Adit yang juga ikut bingung.
"Agar kalian bisa selamat dari Vasílissa, walaupun itu hampir mustahil," ucap seseorang dari belakang kami.
"Ander, pergilah!" Suruh orang itu yang langsung ditanggapi oleh Ander. Anak itu langsung lari dan melanjutkan latihannya.
Dia adalah Areola. Orang yang diceritakan Kakek memiliki kekuatan air. Ia tidak seperti wanita tua. Bahkan dari wajahnya sepertinya Ia lebih muda dari Ibu.
Kami saling menatap sebelum Ia mengucapkan, "Kalian adalah alasan terbesar kami untuk bersembunyi lebih lama dari Vasílissa."
Kami saling tatap, mencoba mencari tahu maksud yang diucapkan oleh Areola.
"Maksudmu?" Azka mencoba memberanikan dirinya untuk bertanya pada Areola.
Areola kemudian duduk di sampingku yang memang terdapat sedikit celah. Aku menatapnya lekat, mengamati setiap hal yang Ia lakukan.
"Kau pasti akan tahu alasannya."
Aku mengernyit bingung. Ia sama dengan Kakek dan Nenek yang memberikanku teka-teki yang tak bisa ku pecahkan. Aku juga semakin bingung kala Ia memandangku dengan penuh harap.
"Yah, aku bisa merasakan kalung-kalung milik saudariku," katanya sambil mengawasi pelaksanaan latihan, meninggalkanku yang terkejut.
"Kau bisa merasakannya?" Tanyaku lagi, memastikan bahwa Ia benar-benar bisa merasakan kehadiran teman-temanku melalui kalung yang entah darimana asalnya.
"Wajahku terlihat serius?" Tanyanya yang pasti membuatku berpikir bahwa Ia berbohong. Pupus sudah harapanku tentang kehadiran teman-temanku.
"Jangan sedih!" Ia merangkul ku yang menunduk. Aku tak mau Azka ataupun Kak Adit melihatku yang akan menangis. "Aku memang benar-benar bisa merasakannya. Mereka semua tersebar di seluruh penjuru kota ini. Kemarin aku sudah meminta para Polemistís untuk mencari mereka. Bahkan aku juga meminta sebagian Machitís untuk membantu," jelasnya yang langsung membuatku melihatnya. Wajahnya tulus. Aku terkagum oleh senyumannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
FROZEN
FantasiApa jadinya jika segelintir anak tersesat di dunia baru berlatarkan es yang dingin? Highest Rank : #1 in Frozen #5 in Ice