Seperti dugaanku sebelum aku tidur. Jika keesokan harinya pasti aku akan terlambat karena aku dan Violet sibuk bermain perang bantal hingga tak sadar akan waktu. Ditambah dinginnya malam membuat kami malas untuk beranjak dari kasur.
Untung saja kami tidak terlalu lama untuk bersiap-siap menuju sekolah. Walaupun kami sudah bangun jam 06.15 pagi. Aku juga bingung kenapa hal ini bisa terjadi saat biasanya Ibu yang membangunkan ku jika aku tak berada dimeja makan jam 06.00.
Saat aku turun bersama Violet, aku melihat Ibu dan Bibi Sandra sedang memasak dengan celotehan-celotehan yang menemani mereka. Terkadang saat aku memperhatikan mereka dimeja makan, mereka asik tertawa hingga tak menyadari bahwa putri mereka sudah bangun terlambat.
Kami hanya mengambil sepotong roti selai kacang dan meminum segelas susu putih yang sudah disediakan diatas meja dengan tergesa-gesa. Bahkan kami tidak duduk untuk minum susu.
Kulihat ke dapur saat ku minum susu ini. Ibu dan Bibi Sandra nampaknya sedang punya rencana untuk membuat kue. Buktinya dicelemek mereka banyak noda tepung yang mengotori mereka.
Tanpa sengaja kulihat kearah jam tangan yang melingkar manis dipergelangan tangan kiriku. Aku hampir tersedak saat melihat jam berapa sekarang.
"Ayo cepat!" Titahku sambil menepuk pundaknya. Violet yang tadinya santai memakan rotinya menjadi ikutan tersedak saat aku dengan paniknya menyuruhnya agar lebih cepat.
"Kau sudah minta tanda tangan dari Bibi?" Aku menepuk dahi saat mengingat betapa cerobohnya diriku hingga melupakan hal itu.
Dengan cepat aku mengambil selembar kertas yang sama yang diberikan oleh Bu Carolyn dan mengambil sebuah bolpoin untuk ditandatangani oleh Ibu.
"Lain kali jangan ceroboh," ucap Ibu setelah menandatangani surat pernyataan diatas meja makan.
Kami pun bergegas keluar untuk masuk kedalam mobil. Nampaknya Pak Hendra —Sopir di keluarga kami— sudah siap sejak tadi. Buktinya sekarang Pak Hendra sudah standby didalam mobil. Karena biasanya saat seperti ini Ia masih meminum kopinya.
"Kenapa belum dibuka?" Tanya Violet heran karena biasanya kaca mobil atau pintu mobil akan terbuka saat Pak Hendra melihat kami dari dalam mobil. Tapi sekarang tak buka-buka bahkan hingga kami mengetuk-ngetuk kaca mobil.
Violet mengintip lewat kaca mobil. Setelah mengintipnya, Ia mendengus kesal. Aku jadi penasaran dengan apa yang terjadi didalam mobil. Saat aku mengintipnya, ternyata Pak Hendra sedang tidur dengan earphone terpasang dikedua telinganya.
Aku melirik kembali ke jam tanganku. Sudah hampir telat kami jika harus menunggu Pak Hendra membuka matanya. Akhirnya kami memutuskan untuk naik kendaraan umum yang kami tunggu didepan rumah. Untung saja, Ibu memberi kami uang lebih tiap hari Sabtu.
Kami tak ingin membangunkan Pak Hendra untuk mengantar kami. Lagipula Pak Hendra pasti lelah karena mungkin tadi pagi Ibu sudah memintanya untuk mengantarnya ke pasar. Karena dari pengamatan ku, barang-barang belanjaan Ibu semuanya lengkap bahkan lebih.
Kami pun sampai didepan gerbang sekolah. Untung saja masih ada 5 menit sebelum bel masuk berbunyi.
Kami berlari cukup cepat untuk menaiki tangga menuju kelas kami. Ruginya kelas 10 adalah bila terlambat harus menaiki banyak tangga karena kelas 10 terletak dilantai 3. Berbeda dengan kelas 12 yang berada dibawah dan memudahkannya tanpa harus menuruni tangga jika ingin keluar.
"Tak biasanya kalian terlambat," ucap Chelsea saat melihat nafas kami terengah-engah dan wajah Violet yang memerah.
"Kami bangun kesiangan," ucapku sambil mengatur nafas.
KAMU SEDANG MEMBACA
FROZEN
FantasyApa jadinya jika segelintir anak tersesat di dunia baru berlatarkan es yang dingin? Highest Rank : #1 in Frozen #5 in Ice