Chapter 7

591 54 0
                                    

Hari ini adalah hari Minggu. Yang berarti bahwa kami akan kerumah Kakek dan bertemu Ayah. Kemarin Ayah menelpon bahwa Ia sudah sampai dirumah Kakek.

Aku dan Violet sangat antusias sangat menyangkut masalah Kakek dan Nenek. Karena kami satu-satunya cucu yang mereka punya, jadi Kakek dan Nenek selalu memanjakan kami.

Jam 9 pagi kami sudah sampai dirumah Kakek. Bahkan kami tadi bangun jam 3 pagi demi bersiap-siap. Mengingat jika kami terlalu bersemangat, kami akan melupakan waktu.

Masih sama saat terakhir kali aku datang kemari. Rumah Kakek masih terlihat klasik namun elegan. Rumah dengan nuansa Eropa klasik membuat siapa saja betah disini. Rumah Kakek adalah yang paling besar diantara rumah Ayah ataupun rumah Bibi Sandra. Kakek sangat menjunjung nilai-nilai budaya dan keluarga hingga keluarga besar kami terlihat seperti sebuah keluarga kerajaan.

Walaupun hanya ditinggali berdua tapi rumah ini masih hangat. Bukan karena catnya yang coklat keemasan melainkan karena cinta diantara keduanya. Kakek dan Nenek selalu berbagi apapun yang mereka miliki ataupun alami. Ayah selalu bilang bahwa Ia dan Ibu sangat mengidolakan pasangan lansia itu. Paman Devin juga sangat menghormati dan menyayangi mereka layaknya orangtuanya sendiri.

Sifat Kakek yang bijaksana dengan dicampuri dengan ketegasan membuat Ia terlihat seperti seorang diagungkan di desanya. Banyak warga-warga tetangganya yang selalu meminta sarannya saat mereka diterpa masalah. Dan tak jarang juga Kakek harus menolak uang dari mereka karena bentuk rasa terimakasih.

Kakek selalu mendidik kami dengan nilai-nilai yang Ia anggap benar. Ia selalu mengajari kami melalui buku-buku dengan halaman yang tebal yang Ia simpan di perpustakaan kecil milik keluarga kami. Walaupun ruangan itu lumayan besar.

Hampir semua buku berisi peradaban dunia tersusun rapi disana. Kakek selalu membacakan salah satunya saat Aku atau Violet datang. Bahkan, buku-buku berisi mitos juga tersusun rapi disana. Saat kutanya mengapa ada buku tak bermakna disini, Kakek selalu menjawabnya bahwa sesuatu yang mungkin tak bermakna bisa jadi bermakna jika kita memahami isinya. Dan saat kutanyakan hal yang sama pada Nenek, Nenek menjawab bahwa Ayah dan Bibi sering membacanya.

Saat aku sampai dirumah Kakek, tempat pertama kali yang kukunjungi adalah perpustakaan tersebut. Aku masih penasaran dengan buku-buku mitos tersebut. Dulu, Kakek hanya menceritakan kisah tentang seorang vampir yang ingin menikahi seorang peri.

Saat aku berada diantara rak-rak yang berada dibarisan terakhir, aku menemukan sebuah buku dengan 8 warna berbeda. Violet yang juga menemaniku sangat terkejut akan hal itu. Kebanyakan buku Kakek hanya bersampul warna-warna pastel. Tapi sekarang berbeda.

Sampul kedelapan buku tersebut terlihat usang. Debu-debu menempel padanya. Warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, abu-abu, dan ungu menjadi sampul buku tersebut. Dan saat kugeser pandanganku keatas, aku melihat 2 buah buku dengan sampul hitam dan putih.

Aku ingin bertanya pada Kakek tentang hal ini, tapi Kakek sudah terlebih dahulu masuk kedalam perpustakaan ini dan berada disamping kami.

"Sepertinya sudah saatnya kalian tahu," ucapnya penuh rahasia yang membuat kami saling menatap heran. Seperti ada hal yang disembunyikan dari kami lewat kata itu.

"Crystal, Violet, tolong bawakan kesembilan buku tersebut ke meja Kakek," titahnya yang langsung kami turuti.

Kami pun membawanya kemeja Kakek yang terletak ditengah-tengah ruangan ini. Rak-rak yang ada memang tersusun melingkar dengan meja Kakek sebagai pusatnya. Hanya saja rak sebelah selatan tersusun berbanjar.

"Apa maksud ini semua Kakek?" Tanya Violet yang malah dibalas kekehan oleh Kakek seakan-akan hal itu adalah hal yang lucu.

"Kalian tahu maksudku waktu itu?" Aku menatapnya heran. Maksudnya yang mana?

FROZENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang