Chapter 3

960 63 0
                                    

Seperti dugaanku. Saat kami disekolah, Chelsea langsung antusias saat kukatakan bahwa Violet ini adalah saudara sepupuku. Aku hanya bisa geleng-geleng kepala saat Violet ditarik-tarik oleh Chelsea. Violet sudah resmi menjadi anggota ke-30 dikelas kami. Untung saja namanya berawalan huruf V, jadi kami tak perlu geser nomor urut.

Aku bingung saat memilihkan Ia tempat duduk. Siswi disini memang ganjil. Dan itu berarti Ia harus dekat dengan gadis yang memang dihindari oleh satu kelas. Ia adalah Kara. Aku sebenarnya masih bingung mengapa Kara dijauhi oleh teman-temannya. Padahal saat kami tak sengaja bertatap muka, Ia tersenyum manis pada ku.

Aku juga pernah bertanya dengan Chelsea. Tapi, Ia malah menjawabnya tak tahu. Ia bilang bahwa kami masih terlalu dini untuk bisa mengenal satu sama lain.

Akhirnya Violet duduk satu bangku dengan Kara. Ia tadi bilang bahwa mungkin saja Kara yang akan menjadi salah satu sahabatnya selama bersekolah disini. Aku pun akhirnya menyerah walaupun Chelsea masih menggerutu tak jelas.

Jadwal hari ini adalah bahasa Indonesia. Guru yang mengajar adalah Bu Carolyn. Memang seharusnya Violet datang bersama wali kelas agar bisa diperkenalkan dengan layak. Tapi tadi bilang bahwa kami disuruh keruang kelas terlebih dahulu karena beliau sedang melakukan rapat penting dengan Kepala Sekolah.

"Selamat pagi! Maaf Ibu terlambat," ucapnya sewaktu datang ke kelas kami. Ia meletakkan map-nya dimeja depan kelas dan meminta ketua kelas memimpin doa.

"Violet," panggil Bu Carolyn pada Violet. "Kau belum perkenalan," sambungnya. Violet pun maju ke depan setelah melihat anggukan dariku.

"Violet bisa kau perkenalkan dirimu?"

Dengan gugup Violet mulai merangkai kata-kata, "Namaku Violetta Wardhana. Aku adalah sepupunya Crystal." Aku jadi malu mendengarnya.

Salah seorang siswa yang kukenal dengan nama Angga mengangkatkan tangannya untuk menyela pembicaraan siswa-siswi lainnya. "Ada apa Angga?" Tanya Bu Carolyn.

"Aku hanya ingin bertanya padamu. Apa kau suka warna ungu? Sampai-sampai kau dinamakan 'Violet'," tanya Angga yang juga membuat kami sekelas bingung menatapnya.

"Kakekku yang menamakannya. Aku juga tak tahu," jawab Violet dengan senyuman.

"Kau ini sama seperti Crystal." Aku membulatkan mata saat Ia juga menyangkut-nyangkutkan namaku. "Dia cocok menggunakan nama 'Crystal' karena memang Ia seperti es yang dingin," ucapnya asal yang membuatku marah. Bagaimana tidak? Ia membuat seluruh kelas tertawa dengan lelucon anehnya itu. Dan secara tak langsung Ia juga menyindirku.

"Sudah hentikan!" Sontak seisi kelas menjadi hening. Perintah Bu Carolyn terdengar tegas dan nyaring. "Apa yang kau maksud, Angga?" Tanya Bu Carolyn dengan nada tidak suka. Menurut riwayat, Ia paling tak suka jika ada orang yang mengejek sesama teman maupun yang lebih tua atau muda. Seharusnya setiap manusia saling mengormati dan melengkapi bukannya malah mengejek kekurangan seseorang.

"Ya, aku hanya tanya saja. Lagipula bukannya Violet saudara sepupu Crystal," jawabnya yang terdengar seperti orang tanpa dosa.

"Baiklah. Violet duduklah dengan Kara!" Perintah Bu Carolyn. Violet pun berjalan menuju bangku belakangku yang memang tempat Kara duduk.

"Oh iya." Bu Carolyn menepuk jidatnya sendiri yang menjadikan gelak tawa bagi yang melihatnya. Bagaimana tidak? Bu Carolyn yang terdengar akan kecantikannya tiba-tiba saja menjadi orang konyol yang benar-benar lucu. Aku saja harus menahan tawaku agar tak membuatnya marah. Sedangkan Chelsea sudah tertawa sejadi-jadinya. Aku juga bingung. Aku menahan tawa karena Bu Carolyn atau karena tingkah Chelsea.

Kulihat Bu Carolyn seperti membawa beberapa lembar kertas buram ditangannya yang Ia ambil dari dalam map. Aku penasaran dengan apa isi kertas tersebut. Bu Carolyn menghitung jumlah perlembar kertas. Mencocokkannya dengan jumlah siswa seluruhnya.

FROZENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang