10

4.2K 392 35
                                    

Sekujur tubuhnya terasa pegal dan kaku. Tidak bisa bergerak dan begitu gelap. "MMHHHHH." Tuan Haruno berusaha berteriak namun suaranya tak sanggup untuk keluar.

"Anda sudah sadar Haruno-san?" Tuan Haruno kenal betul siapa pemilik suara itu. "MPPFHHH." Pekiknya tertahan.

Menma melepaskan kain yang menyumpali mulut tuan Haruno. Menantikan kalimat yang akan pria tua itu lontarkan.

"KAU BOCAH SIALAN. LEPASKAN AKU."

"Tch. Aku pikir kau ingin membicarakan apa." Menma hanya memasang wajah tenangnya. Seolah apa yang ia lakukan bukanlah masalah besar saat ini.

"Ne Menma. Bisa langsung kau lontarkan pertanyaan?"

"Aku tidak sabar mendengarkan kepastiannya."

"Aku penasaran, ne."

Terdengar suara gadis kecil dan juga para bocah di sana. Tuan Haruno menduga jika Menma tidak sendirian. Tentu saja tuan Haruno tidak dapat memastikan karena kondisi matanya yang masih tertutup.

"Hn." Angguk Menma. "Aku akan sangat senang jika Haruno-san menjawab pertanyaan ku sejujurnya."

"APA MAKSUDMU BOCAH?"

"Aku ingin menanyai tentang file mengenai ibuku."

"HE? HUAHAHAHAHAHA." Tawa tuan Haruno menggelegar. Membuat Menma merasa sangat terganggu dan kesal sekaligus. "AKU MEMILIKINYA DAN AKU AKAN SEGERA MENYEBAR LUASKANNYA. BERANI SEKALI WANITA JALANG ITU MELUKAI HATI LEMBUT PUTERIKU."

Oke Menma sangat kesal saat ini. Satu tendangan mendarat mulus di pipi tuan Haruno. Membuatnya terpental dan terguling bersam kursi yang terikat dengan tubuhnya. Persetan jika tuan Haruno itu adalah orang tua. Di pikiran Menma saat ini adalah sang ibu. "Aku bukan bocah yang setenang itu Haruno-san. Aku tidak akan segan membunuhmu jika aku tidak mendapatkan apa yang aku inginkan."

Sekita saja bulu kuduh tuan Haruno meremang. Hal yang tidak biasa ia alami. Merasa ngeri ketika di ancam seorang bocah?

"Jawab aku. Dimana file itu?"

"AKU TIDAK AKAN MEMBERITAHUMU SIALAN."

Satu injakan kembali mendarat di wajah tuan Haruno. Membuat pria tua itu meraung kesakitan. Walau anak - anak, jangan remehkan kekuatan kaki seorang Uchiha Menma.

Teman temannya dan tim Asuma yang melihatnya hanya bisa menelan ludah kasar. Ingatkan mereka agar tidak membuat Menma marah atau mereka akan berakhir seperti tuan Haruno.

"Jawab aku."

"T-TIDAK AKAN.. ARRGGHH."

Kali ini cutterlah yang menancap pada kaki tuan Haruno. "Aku tidak sesabar itu untuk menunggumu mengatakannya."

Mungkin kalian akan berteriak histeris saat melihat wajah Menma saat ini. Sangat mengerikan bahkan kata mengerikan saja tidak mampu menggambarkannya. Seluruh orang yang ada pada rungan sempit itu hanya bisa merinding atas apa yang Menma lakukan pada pria itu.

Jika Asuma bandingkan, Menma memang jauh lebih parah dari pada Madara. Jika Madara itu mungkin akan langsung memunuhnya. Namun Menma lebih memilih untuk menyiksanya terlebih dahulu. Menma hanya berdusta mengenai dirinya yang tidak sabaran. Sebenarnya dia sangat sabar dan menikmati.

"AAKKHHH HENTIKAN AKU MOHON." Raung tuan Haruno.

"Jawab aku Haruno-san."

"AARRGGHH... a-aku tidak memilikinya. A-a-aku hanya menggeretak w-wanita itu saja dan menjauhkan U-uchiha-san darinya."

Menma menghela nafas. Jika boleh ia jujur, ia merasa lega. Benar memang dugaannya. Ibunya yang tanpa celah tidak mungkin berbuat kesalahan hingga membuat orang mengetahui tindakannya. "Menjijikan." Desis Menma. "Asuma-san. Enyahkan mahluk ini." Titahnya.

"Siap, tuan muda." Jawab Tim Asuma.

Jika mereka bocah normal mungkin mereka akan terkena gangguan kejiawaan ketika melihat penyiksaan yang Menma lakukan. Namun nyatanya mereka ; Shikadai, Inojin, Mitsuki, dan Hinaki tenang - tenang saja. Iti membuktikan kalu mereka memang tidak normal.

♪───O(LYC)O────♪

Kantin Konoha Junior High School pada jam istirahat.

"Hee ternyata memang benar." Ujar Mitsuki.

"Mendokusai na. Jadi selama ini hanya membuang - buang waktu saja." Shikadai.

"Tidak hanya itu. Yang dilakukan paman Sasuke juga sia - sia." Inojin.

"Jadi wanita itu sekarang bagaimana?" Hinaki.

"Sakura-san? Daddy memutuskan hubungan mereka."

"Heee~" Jawab mereka serentak.

"Semudah itu?" Tanya Inojin.

"Awalnya wanita itu bersikeras tidak ingin memutuskan. Dan mengatakan jika ia memeganh rahasia mommy. Tapi seperti sekarang dia jadi lebih tenang."

"Maksudnya?"

"Aku tidak tahu daddy mengatakan apa padanya hingga dia diam." Menma mengangkat bahu acuh.

"Sekarang apa yang akan Menma lakukan?" Tanya Mitsuki.

"Menunggu."

"Menunggu apa?"

"Adikku lahir. Aku akan menemui mommy 3 bulan lagi."

"Waah benar juga. Naruto-san kan sedang hamil. Selamat ya Menma." Ucap Mitsuki.

"Selamat untukmu." Inojin.

"Selamat." Shikadai. 

"Semoga keduanya sehat." Hinaki.

♪───O(LYC)O────♪

Tiga hari kemudia berita mengenai kematian tuan Haruno mulai terdengar. Berita mengenai kebangkrutannya di susul dengan berita kematiannya menjadi ternding topik di Tv maupun koran dan majalah.

Kecelakaan pesawat ketika hendak melakukan business trip untuk menyelamatkan perusahaan menjadi penyebab kematian. Tentunya Sakura sangat terguncang akan kejadian tersebut. Mebuatnya mengalami stress berat dan guncangan kejiwaan yang mengharuskan dirinya untuk mengunjungi psikiater.

Biiiipp

Menma mematikan layar TVnya. Terlukis ketara ekspresi puas di wajahnya. Rumah tangga kedua orang tuanya akan kembali aman kedepannya dan Menma akan memastikan itu.

"Kita berhasi tuan muda." Saut Asuma yang memang sedari tadi berada di dekatnya.

"Tentu saja. Ya sekarang akhirnya aku bisa istirahat dan bermain seperti biasa. Masa kecilku bisa terbuang sia - sia jika terus seperti ini. Aku ingin bermain. Melelahkan jika harus seperti ini." Ia bangkit dari sofa dan bejalan menuju kamarnya. Bermain komputer tentu saja yang akan ia lakukan.

Ya Menma pun ternyata masih memikirkan masa kanak - kanaknya yang berharga. Mengejutkan, untuk mahluk seperti Uchiha Menma.

♪───O(LYC)O────♪

2 bulan lebih kemudian. Di bandara internasional Jepang.

"Titipkan salamku pada orang tuamu." Kata Conan sambil memeluk cucu kesayangannya.

"Baik Grandma."

"Kami akan menyusul satu minggu lagi. Katakan pada mereka." Kata Minato.

"Hati - hati di jalan." Conan memeluk suaminya yang ikut serta bersama Menma untuk berangkat ke swiss.

"Hm. Aku berangkat sayang. Ayo Menma. Pesawatnya sebentar lagi berangkat."

"Hn."

Bersambung...

Dah update nih. Maaf ya belakangan jarang update. Aku tuh jadi panitia kuliah umum di kampus. Jadi jadwal kosong aku buat hobi di rampas sama kesibukan ( Ĭ ^ Ĭ )
Mana bulan depan aku udh mulai uas... fighting for me~

Votementnya dong 💜

DifficultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang