Acara makan siang mereka sudah beres. Makanan yang ia buat lebih sengaja di bungkus untuk di berikan pada keluarga Uchiha dan juga Hyuuga. Hujanan pujian menimpa Naruto. Pasalnya masakan Naruto mampu memuasi perut keluarganya.
Sepanjang makan siang sayangnya Naruto sama sekali tidak menyuap sedikitpun makanannya. Hal itu membuat sang suami dan keluarga sedikit cemas.
Sasuke menghampiri Naruto yang tengah duduk di sofa TV menonton siaran berita luar negeri mengenai dirinya.
"Naruto." Panggil Sasuke. Naruto hanya membalasnya dengan sebuah gumaman. "Tidak makan?" Naruto menggeleng. "Kenapa? Mual?" Naruto mengangguk. Pandangannya sama sekali tidak lepas dari layar TV. "Makanlah. Kasian anak kita."
Naruto merespon dengan membalas tatapan Sasuke. "Aku mau makan ramen."
Hening....
Sasuke paham jika isterinya ini tengah mengidam. "Kau ingin aku membeli ramen?" Naruto menggeleng cepat. "Lalu?"
"Buatkan aku ramen. Ramen buatan Sasuke." Pintanya mutlak.
Sasuke sontak menelan ludahnya kasar. Dulu ketika mengandung Menma Naruto sama sekali tidak pernah meminta yang aneh seperti ini. Apa lagi sampai menyuruhnya untuk memasak. "Kau yakin sayang? Kau ingin aku yang memasak?" Naruto mengangguk cepat. "Kau tahu aku tidak terlalu bisa memasak."
"Siapa yang perduli sayang. Anakmu yang meminta."
"Haruskah?" Naruto menatap masam Sasuke sebagai tanda jika pria itu memang harus memasakinya. "Baiklah - baiklah. Jangan menatapku seperti itu." Kali ini Naruto tersenyum lebar.
Sasuke sudah standby didepan kompor. Tidak tahu menahu mengenai pembuatan ramen. Ingin ia membuatkan yang instan namun itu tidaklah sehat untuk kesehatan isteri dan calon anaknya.
Naruto mencari kontak seseorang di ponselnya. Berharap akan bantuan tentu saja.
"Paman. Bisa bantu aku membuat ramen? Hanya kau yang bisa membantuku."
**
Naruto terdiam. Semangkuk ramen yang terlihat lezat sudah tersaji apik di depannya.
"Ini Sasuke yang buat?" Tanya Naruto tidak yakin.
"Menurutmu? Tentu saja aku yang memasak." Sasuke menunjukan tangannya yang penuh dengan luka yang sudah di tutupi dengan plaster.
Naruto terkekeh. "Aku sempat berfikir jika Sasuke tidak bisa membuat ramen."
"Aku membantunya."
Naruto sontak menatap ke sumber suara. "Loh paman Nagato?"
"Dasar. Kau membuat papamu susah." Nagato mengelus perut buncit Naruto. Naruto hanya terkekeh di buatnya. "Aku hanya membantu sedikit. Selebihnya Sasuke yang membuat. Cobalah." Naruto mengangguk.
**
Mager. Sasuke terlalu nager untuk meninggalkan rumahnya. Ponselnya tidak hentinya berdering dan tertulis nama Sakura di sana. Silent, adalah satu - satunya cara untuk mengabaikan mahluk pink yang satu itu.
Naruto yang usai mandi dan berpakaian langsung menghambur ke dekapan suami yang tengah berbaring.
"Aku ingin Sasuke tetap di sini hari ini." Pintanya dengan tatapan manja. Membuat Sasuke gemas sekali.
"Aku juga berencana seperti itu." Jawabnya. "Aku rindu tidur sambil memelukmu." Sasuke mempererat dekapannya pada tubuh Naruto. Mengusap lembut helaian pirang panjang Naruto.
"Aku ingin Sasuke tetap di sampingku saat aku hamil seperti ini. Tapi, wanita sialan itu... haaah merepotkan saja."
"Aku akan secepatnya mendapatkan file sialan itu." Desis Sasuke.

KAMU SEDANG MEMBACA
Difficult
FanficSasufemNaru Sequel My Symphony Baca My Symphony terlebih dahulu demi kesinambungan cerita "Jawabanmu sama sekali tidak membantu." Naruto tersenyum getir." Aku tidak akan mengomel apa lagi sampai menghajar jalang ini. Aku hanya akan memberimu piliha...