7

4.5K 412 51
                                    

Seperti biasa. Sakura akan datang menjemput Menma kesekolahnya. Ini adalah hari kelima usaha Menma untuk mendapatkan black file. Setidaknya ia beserta temannya susah tahu dimana lokasi real dari black file itu.

"Menma-kun. Mau kerumahku?" Tanya Sakura lembut pada Menma, dan hanya dijawab dengan gumaman. Sakura hanya maklum, sungguh sifat hemat kata Menma sama persis dengan kekasihnya.

Setibanya di kediaman Haruno. Menma cukup terkejut dengan rumah besar yang di miliki Sakura. Di tengah ancaman kebangkrutan perusahaan keluarganya ia masih mempertahankan mansion besar miliknya. Jika saja itu orang lain, maka mereka akan menjual rumah besar mereka dan membeli rumah kecil kemudian uangnya di gunakan untuk infestasi. Hanya satu hal yang terbesit di pikiran Menma. Jika wanita ini memiliki ego yang tinggi. Terlihat miskin bukanlah karakter yang mau ia tampilkan. Seolah kondisi keuangannya biasa saja. kebangkrutan? Tidak pernah terjadi. Merasa jika ayahnya bisa menangani problem itu secepatnya.

Atau mungkin, Sakura merasa jika ia akan segera menjadi isteri ayahnya? Entahlah.

Kedatangan Menma di sambut senyuman dari pria tua yang tengah menenteng koran menuruni tangga.

"Itu adalah kakekmu Menma. Sapa kakekmu."

Seolah melihat segunung emas tepat di depan mata. Wajah Menma begitu bersinar. Membuat Sakura menatapnya gemas. Sebegitu senangnya kah Menma melihat ayahnya?

"Oh ini calon cucuku? Sesuai yang di harapkan. Sangat tampan." Pria tua itu terkekeh menyambut Menma dengan merentangkan tangan, berharap jika Menma akan menghambur kedalam pelukannya. Ia tambah senang karena Menma memang benar - benar menghambur kepelukannya. "Oh astaga. Aku tidak sabar menjadikanmu cucuku." Ujarnya.

"Tenang saja ayah. Aku akan segera menikah dengan Sasuke-kun." Jawab Sakura yakin.

"Ya. Kapan dia akan melamarmu hm?"

"Sasuke-kun bilang. Dia harus menyelesaikan urusannya dengan jalang itu. Mungkin Sasuke-kun akan menceraikannya." Jawab Sakura girang.

Dalam mimpimu, saut Menma dalam hati. Ayahnya itu tidak bisa hidup tanpa ibunya. Mana mungkin lah ia menceraikan Naruto. Sasuke bucinnya Naruto emang. Menma juga bucin Naruto sebenarnya. Hanya saja Menma tidak sadar. Terbukti dari segala hal yang ia lakukan demi sang ibu.

"Bagaimana jika Menma menginap di sini?" Tawar pria tua itu.

"Aku tidak membawa baju."

"Aku akan menyuruh daddymu membawakannya, bagaimana? Daddymu juga akan menginap di sini." Ujar Sakura. Menma hanya menjawabnya dengan gumaman.

**

Hening yang menyelimuti mereka di acara makan malam bersama. Begitu terasa bagi Menma. Biasanya ia akan mendengar adu mulut antara ibunya dan kakeknya yang menurutnya itu menghangatkan hati, sekarang hanya ada kesunyian. Menma yakin jika itu pula yang di rasakan ayahnya. Lihat saja wajah jengkel plus kesal yang ketara di wajah Sasuke. Walaupun terkesan tanpa ekspresi, hanya sesama Uchihalah yang mampu menterjemahkan tiap ekspresi yang Uchiha itu sendiri miliki.

Tenggorokan Menma terasa tercekat. Hanya tiga suapan saja sudah membuatnya kenyang. Sama halnya dengan Sasuke.

"Ah kenapa selalu begitu Sasuke." Rengek Sakura yang melihat piring Sasuke yang masih penuh dengan makanan. "Menma juga."

"Apa makanannya tidak enak hm?" Tanya ayah Sakura.

"Aku sudah kenyang." Jawab Menma.

Pria tua itu hanya menghela nafas. "Kau sedang dalam masa pertumbuhan. Makanlah yang banyak."

Menma menggeleng. "Aku sudah kenyang." Jawannya lagi.

Sekarang Sakura dan ayahnya hanya bisa pasrah. Menma terlalu keras kepala untuk di paksa.

DifficultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang