"Tuan Min, istri anda tengah mengidap Leukimia stadium empat. Ku lihat direkam medisnya. Beberapa kali ia sudah melakukan transfusi darah. Dan terakhir ia melakukan transfusi dan mendapatkan donor dari kakaknya Tuan Kim. Aku tidak yakin dengan pendapatku ini.
Tapi, maaf ia sudah mustahil untuk selamat. "
" Kau tidak bercanda kan, dok? Ini bukan acara lawak yang berisi banyak guyonan lho, dok. "
" Karena itu Tuan Min. Aku mengatakan hal ini untuk meminta persetujuan darimu supaya menandai surat kematian.
Ataukah kau tidak sama sekali tahu kalau istrimu mengidap penyakit ini selama bertahun-tahun?
...
Merasakan sentuhan tangan yang mengelus puncak kepalaku. Akupun terbangun dan melihat Rinna membuka mata dengan sebuah kurva melengkung di bibirnya.
"Maaf ya Sunbae. Aku jadi membangunkanmu. Tidur dengan posisi seperti itu sakit, lho. Tidurlah di sampingku. Lagipula ranjang ini luas. Aku bisa sedikit bergeser."
Aku diam tanpa menanggapi ocehannya.
"Sunbae. Ayolah."
Ketika pandangan kami tengah bertemu. Dengan tubuh yang saling berhimpit di atas kasur yang sama. Rinna mengelus bilah kanan pipiku. Sambil menitihkan air mata.
"Sepertinya sudah lama ya Sunbae kita tidak sedekat ini. Kalau begini aku ingin sakit terus saja. Biar kita bisa berpelukan di ranjang sempit seperti ini."
Aku mengeratkan pelukanku pada tubuhnya. Membawa kepalanya menempel kepadaku.
"Sunbae, kau pernah janji padaku tidak akan pernah menangis lagi setelah kejadian itu. Kenapa sekarang malah melanggar janjimu?"
Ditengah usahaku untuk menahan tangis aku mengucapkan segelintir kalimat padanya. "Pokoknya, jangan pergi kemana-mana. Sampai melakukannya aku tak akan pernah memberi maaf padamu, Rin." Ku rasakan tangannya memberi tepukan lembut di punggungku.
"Tenang saja, aku tidak akan pergi kemanapun. Rumahku kan cuma dirimu dan Kak Taehyung. Lagipula ia sudah punya rumah sendiri.
Bahkan, mungkin kau yang akan meninggalkanku."
...
Di tengah - tengah hangatnya pelukan di antara kami. Dering panggilan ponsel menginterupsi.
Agensi memintaku untuk datang karena ada masalah dengan instrumen musik dari lagu salah satu grup yang sedang akan comeback.
" Rin, maaf aku harus ke perusahaan sebentar. Ada masalah kecil. Aku akan segera membereskannya. Bolehkah aku meninggalkanmu sebentar?"
Dengan mata menyipit ia berusaha bangun untuk duduk.
Ini Rinna yang sangat menggemaskan. Atau aku yang memang sudah tidak pernah memperhatikan dirinya?
" Sangat penting sekali? Padahal aku ingin bersama untuk seharian. "
"Rin,"
"Ya sudah. Tak apa-apa. Sunbae bisa pergi. Cepat diselesaikan, Aku tidak mau menunggu lama."
Aku mengangguk. "Jangan pergi,"
"Min Yoon Gi Sunbae. Aku tidak akan pergi. Aku selalu menunggumu. Kapanpun."
...
Setelah menyelesaikan urusan yang sangat menyebalkan itu. Entah ide darimana sehingga aku teringat kalau aku sudah membuat sebuah lagu untuk hadiah ulang tahunnya. Dan dengan sunringah aku memikirkan untuk memainkan lagu itu padanya.
Menancap gas dan menyupir seperti orang kesetanan. Aku berusaha secepat mungkin supaya lekas sampai di rumah sakit.
Aku menemukan kehadiran Taehyung di sana. Pandangan kami bertemu. Tae, yang selalu ceria. Memberikanku tatapan sendu.
"Hyung, aku memang tidak berhak marah padamu. Tapi, sepertinya Tuhan sudah membalas semua hal yang telah kau lakukan padanya." Setitik air menetes dari mata Taehyung.
Ketika aku membuka pintu kamar untuk kesekian kali. Para perawat tengah berusaha menutupi Rinna dengan kain putih." Apa yang kalian lakukan? Kenapa kalian menutup wajahnya. Kalian bodoh, ya. Dia nanti tidak bisa bernapas, bangsat!"
"Min Rinna. Dua puluh tiga tahun. Meninggal pukul sembilan. Diagnosa Leukimia stadium akhir."
Sumpah, ini terlalu kejam untuk menjadi sebuah balasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tidsoptimist -𝒇𝒆𝒂𝒕. 𝑴𝒊𝒏 𝒀𝒐𝒐𝒏𝒈𝒊
Kısa HikayeLoss's only felt when something was gone.