Dhul [2]

28 7 5
                                    

Brian menghentikan laju motornya di parkiran sekolah, sudah menunjukan pukul 06:15 artinya ia belum terlambat. Tidak biasanya Brian datang siang begini. Biasanya jam 06:00 dia sudah stay di sekolah sama Galang. Tapi, karena tadi malam dia dapat job pemotret-an hingga menjelang pagi. Membuatnya kesiangan berangkat ke sekolah.

Ketika membuka helm, motor Galang datang, dan terparkir di sebelahnya. "Belum bel, kan?" tanya Galang, sambil melepas helm yg di pakainya.

Brian menggeleng. Lalu Galang mengelus dada-nya. Lega. Pasalnya pelajaran pertama itu penjas. Gurunya adalah pak Amri, yg galaknya naudzubillah. Beliau adalah guru penjas sekaligus guru bimbingan konseling.

Pernah suatu ketika, Galang datang terlambat. Dan lupa membawa baju olahraga, hukuman yg di berikan cukup berat. Menyapu lapangan bola yg cukup luas, dan tidak boleh ada satu daun pun yg tersisa. Berat kan? Udah gitu sampai jam istirahat pula.

Tapi, jangan salah paham. Terkadang guru memberikan hukuman agar muridnya patuh dan disiplin. Supaya tidak jadi murid yg tidak benar. Dalam artian murid yg nakal ataupun tidak disiplin.

Ketika sudah berada di depan lift. Brian memencet tombol atas, dan menekan lantai tiga. Seketika lift terbuka, dan menampilkan dua orang cewek yg tengah mendekap buku di dada nya. Sambil menertawakan obrolan yg sedang mereka bincangkan. Anggia dan Pevita.

Ketika melihat dua orang cowok yg berada di depannya, kedua cewek itu bungkam. Dan tersenyum kaku. Yg di balas senyum juga oleh Galang. Sementara Brian hanya diam.

Brian lebih dulu masuk kedalam lift setelah dua orang cewek itu keluar.
Barulah Galang menyusul di belakangnya.

"Cie Anggia.. " ledek Pevita, Ketika mereka berjalan di koridor lantai dua. Anggia hanya menyikut perut Pevita membuat cewek itu tertawa.

Satu hal yg perlu kalian tau, bahwa Anggia menyimpan perasaan pada cowok bermata tajam itu. Sudah sejak lama Anggia menyukai cowok itu, tapi sayang. Anggia bukanlah cewek yg dengan mudah mengutarakan perasaannya secara langsung. Siapa lagi cowok itu, kalau bukan Brian?

Perasaaan itu ada sejak kali pertamanya Anggia bertemu Brian di sekolah ini. Dan pada saat itulah Anggia jatuh dalam Pesonanya Brian.

Bagaimana sikap cowok itu, yg sangat kalem, dingin dan ramah. Meskipun ia jarang menunjukan keramahanya pada sekitar. Kesederhanaan itu yg membuat Anggia semakin menyukai cowok itu.

"Apaansih, jelek." Balas Anggia, sementara Pevita hanya tertawa melihat temannya yg salah tingkah.

°°°

"Untuk para anggota paskibra kelas teratai. Segera berkumpul di lapangan untuk latihan, dalam waktu lima belas menit, Harus sudah stay di lapangan outdoor" Suara kaka pembina paskibra terdengar melalui pengeras suara yg ada di setiap sudut sekolah.

Anggia, Shela, dan Pevita segera izin kepada guru yg sedang mengajar di kelas mereka. Lalu pergi ke kamar mandi untuk mengganti seragam sekolah dengan baju olahraga, dan tak lupa membawa topi abu-abu berlambang 'tutwuri handayani' itu.
"Tumben latihan, pagi. Biasanya siang sampe sore." kata Shela yg sedang ngaca di depan cermin.

"Iya, biasanya siang." timpal Pevita.

"Kan, mau lomba. Gimana sih, kita jadi latihannya bakal double pasti. Pagi sampai sore, gitu sih yg gue denger dari Ganes."
Jawab Anggia. Ketika mereka sedang di depan kaca, sambil merapikan rambutnya.

Just YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang