seumul dhul [22]

11 2 0
                                    

Rainbow falling - Cha eunwoo

Empat puluh tujuh panggilan tidak terjawab
Sembilan belas pesan masuk yg belum dibaca
Dan lima pesan suara, itu semua dari Brian. Dan Anggia tetap tidak menghiraukannya, membiarkan handphonenya tetap berdering sejak dua hari pasca mereka putus.

Benar, ini sudah terhitung dua hari  sejak mereka putus dan Anggia masih merutuki dirinya sendiri yg sering mengambil keputusan tanpa berpikir panjang. Benar-benar bodoh.

"Apa gue kerumahnya aja ya?"

Shela yg sedang mengecat kukunya mendelik tajam pada Anggia. "Mau lo taro dimana tuh muka? Ga malu apa udah mutusin sepihak?"

"Tapi kan disini posisinya Anggia yg salah Shel." timpal Pevita.

Mereka bertiga, datang kerumah Anggia setelah Anggia menelepon dan memberitahukan masalah ini secara singkat. Dan menceritakannya lebih detail lagi setelah keduanya sampai dirumah Anggia, Shela tentu saja marah pada Anggia karena cewek itu selalu bertindak gegabah sementara Pevita menengahi.

"Iyakan? Benerkan? Gue yg salah kan?"

"YA IYALAH, JELAS LO YG SALAH." Anggia merundukan kepalanya kala Shela berkata seperti itu, seperti anak yg sedang dimarahi ibunya Anggia hanya diam sambil memainkan kuku jarinya.

"Udah udah." ucap Pevita. "Sekarang lo maunya gimana gi?"

"Gue bakal kerumahnya aja deh, gue yakin seratus persen gue yg bakal minta maaf dan jelasin semuanya secara detail."

"Lagian sih, lo percaya aja sama omongannya Bianca. Lo tau dia kan? Dia itu mulut ular, sekali ngomong bakal ngeracunin otak orang yg denger." kata Shela menggebu-gebu, Shela sangat kesal pada Bianca, rasanya ia ingin menelan cewek itu hidup-hidup.

"Masalahnya, gue denger ini ga cuma sekali dan ga cuma dari Bianca. Oke, awalnya gue ga percaya sebelum gue denger dari mereka berdua soal kebenaran berita itu. Waktu gue anter Derina ke ruang seni tari, anak-anak disana lagi ngegosipin itu. Mereka bilang itu insiden waktu kelas sepuluh, kejadiannya dihotel. Gue gatau kejadian lebih detailnya kaya apa, yg gue tau ujung-ujungnya mereka tidur bersama. Yaa, bisa dibilang spend the night together."

"Nggi, tidur bareng itu bukan berarti melakukan hal yg lebih intim. Gue tau mereka cewe dan cowo terlebih mereka sudah dewasa. Emang mustahil buat ngebantah kalo mereka ga ngapa-ngapain, tapi coba lo dengerin dulu penjelasan Brian. Gue yakin dia bukan orang yg kaya gitu," Ujar Shela, lalu kembali melanjutkan aktivitasnya.

"Yg dibilang Shela itu bener Nggi, coba lo dengerin dulu penjelasan Brian dan minta dia jelasin semuanya." timpal Pevita.

"Tunggu, dari tadi lo terus ngebela Brian terus Shel. Jangan-jangan lo suka sama dia?! Iya kan?!."

Shela menoleh kearah Anggia, lalu cewek itu berdiri. Dan melempar cat kuku yg tadi ia pegang ke arah sembarang."Apa? Lo nuduh gue, suka sama Brian?! Buat apa gue suka sama pacar temen gue sendiri. Seharusnya lo pikirin gimana caranya nyari jalan keluar buat selesain masalah lo sama Brian. Bukan nuduh orang sembarangan, gue tau Brian kalo apa-apa selalu nanya ke gue. Dan itupun dia selalu nanya tentang lo nggi!! Lagian ga ada untungnya gue suka sama pacar temen sendiri, gue tau Brian ganteng, tajir, baik, pinter. Emang udah sempurna banget dia tuh dimata orang, tapi sayang hati gue bukan buat dia!!" suaranya sedikit bergetar saat mengatakan kalimat itu, sulit dipercaya, bukannya mendengarkan perkataannya, Anggia justru malah menuduhnya yg tidak-tidak. Lalu Shela mengambil tas selempang dan kunci mobilnya, kemudian keluar dari kamar Anggia sambil menahan tangis.

Pevita terus meneriaki cewek itu, tapi Shela tidak menghiraukannya. Lalu Pevita menatap Anggia, "Kenapa lo ngomongnya gitu si nggi?!, liat jadi makin rumit kaan." Pevita mengambil cardigan miliknya lalu menyusul Shela. "Aish!"

Just YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang