Ahop [9]

21 7 1
                                    

Usai pemakaman Bimo selesai, Brian membawa Audia, adik Bimo kerumahnya. Brian sudah mengecek semua latar belakang keluarga Bimo. Dan nyatanya banyak yg tidak tahu keberadaan keluarganya, daripada membiarkan Audia yg masih kecil hidup sendiri ia membawanya karena tidak tega melihat anak kecil yg harus memikul hidupnya seorang diri.

"Audia, nama kamu Audia kan?." Tanya Brian. Dan bocah kecil itu mengangguk sambil sesekali menyeka air matanya.

"Audia jangan nangis lagi, ya? Kan disini udah ada kaka Brian, kaka Galang, kaka Ilham. Audia ga sendiri ko," hibur Ilham, ia juga sangat prihatin pada Audia karena hidup sebatang kara.

Sekarang Brian tau, kenapa orang-orang itu ingin mengambil Audia dari Bimo. Karena mereka ingin memperbudak Audia seperti saat Bimo kecil dahulu untuk membebaskan hutang-hutang yg orang tua mereka lakukan sebelum wafat. Maka dari itu Bimo mengambil uang dari management untuk melunasi hutang orangtuanya daripada harus memberikan Audia pada mereka.

"Kak Bimo.." Ujar Audia.

"Hmm.. Daripada Audia sedih terus kita makan ice cream aja yuk. Kak Brian punya banyak ice cream loh dikulkas. Yuk ambik yuk," Ujar Ilham, lalu menggendong Audia menuju dapur untuk mengambil ice cream.

"Kasian gue sama Audia, biarpun Bimo kaya gitu dia juga tetep temen kita kan." Ujar Galang, lalu melepas kancing kemeja hitam atasnya.

Brian mengangguk, "Gue rasa, gue bisa buat jadi walinya Audia."

"Lo serius?."

Brian mengangkat alisnya, "Serius."

"Kalo lo jadi walinya dia, gue setuju karena lo bisa menjamin hidupnya dia. Tapi lo ga selamanya bisa disini kan? Waktu kakek lo telfon, gue ga sengaja denger, kalau kakek lo nyuruh lo pindah ke korea setelah study di indonesia selesai kan?."

"Hm,"

Brian melihat Audia yg sedang menonton film kartun bersama Ilham sambil sesekali memakan ice cream. Matanya sembab karena terlalu lama menangis, tapi melihat senyum bocah kecil itu membuat Brian ikut tersenyum.

"Tapi gue bakal usahain tetep jadi walinya dia, bagaimanapun itu."

"Apa kita taro dia di panti asuhan aja? Tapi lo harus tetep biayain hidup dia." Usul Galang, ia teringat kalau temannya sering mengunjungi panti asuhan itu. "Tapi bukan panti asuhan biasa kita amal, nanti gue hubungin temen gue, dia sering kepanti asuhan itu, malah jadi bagian keluarga di panti. Ya, itung-itung kita juga minta dia buat jagain Audia."

***

Anggia, sedang membantu ibu tiwi memotong sayuran. Hari ini ia mengunjungi ibu tiwi dan juga anak-anak panti, karena sudah lama sekali Anggia tidak kesini karena jadwal sekolah yg padat.

"Ibu, ini sayurannya aku cuci dulu ya." ujar Anggia.

"Iya nggi."

Baru ingin menyalakan air, ponsel Anggia bergetar. Ada panggilan masuk dari Galang yg langsung ia angkat.

"Halo, kenapa Gal?,"

"Anggia lo dimana?"

Anggia menyalakan keran, lalu mencuci tangannya dan mengeringkannya dengan tisu, kemudian. "Di Panti,"

Just YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang