jimin menatap seoul dari jendela kamarnya. ia dan yang lain baru saja sampai di korea beberapa jam yang lalu, sedangkan salju sudah turun sejak beberapa hari lalu. jimin ingin sekali turun ke sana dan bermain salju, tapi yang lain sudah masuk ke kamar masing-masing—hoseok, teman sekamarnya, bahkan sudah pergi ke alam mimpi.
"hyung? aku kira hyung sedang tidur." kepala jeongguk mengintip dari pintu yang terbuka sedikit, membuat jimin menoleh dan menggeleng sambil tersenyum. jeongguk masuk ke dalam, mengambil tempat duduk di samping jimin. "apa yang hyung lakukan?"
"uh, hyung hanya ingin melihat salju."
jeongguk tersenyum tanpa jimin sadari. yang lebih muda kagum karena sampai setinggi ini, hal yang membuat jimin bahagia tetap sederhana. bermain salju dan ramen buatan jeongguk misalnya. "ayo!"
jimin menatap jeongguk dengan bingung, "kemana?"
"mewujudkan impian hyung, pakai baju yang tebal! aku tunggu di ruang tamu." dengan begitu jeongguk keluar dari kamar, membiarkan jimin terdiam beberapa saat kemudian mulai tersenyum.
dulu jeongguk pernah berjanji mengajak jimin makan ke restoran yang ia datangi dengan pimpinan mereka, entah mengapa, jeongguk ingin mengajak jimin. ia tahu, hyungnya itu sudah pernah kemari dengan temannya yang lain, tapi saat ditanya siapa yang ingin ia ajak kemari, nama jimin langsung keluar dari mulutnya.
di sini lah mereka sekarang, jeongguk menepati janjinya. mengajak jimin makan di tempat yang sama. setelah makanan mereka habis setengah, jeongguk baru tahu jawaban mengapa ia ingin mengajak jimin kemari. tidak ada alasan spesifik, hanya karena jeongguk suka dengan keberadaan jimin di sekitarnya, hanya karena jeongguk ingin memastikan jimin yang keras kepala itu makan dengan baik. melihat jimin tidak bersuara sambil terus mengunyah, jeongguk lega.
"hyung, aku tahu hyung lapar, tapi aku juga ingin diajak ngobrol?"
jimin menegakkan kepalanya kemudian meringis. "maaf, geukkie. hyung sudah lama tidak kemari dan ini sangat lezat! kau tidak makan lagi? geukkie, ayo tambah!" beberapa potong daging kini sudah berpindah ke atas piring jeongguk.
"santai hyung, aku sudah kenyang. senang rasanya melihat hyung makan tanpa memikirkan diet."
"aku belum ideal,"
jeongguk menaruh sumpitnya—setengah membanting, membuat jimin terkejut. "hyung itu sempurna, tidak ada bantahan. kalau aku sampai menemukan hyung sedang diet, demi tuhan aku akan memaksa hyung makan sampai hyung tidak bisa jalan!"
jimin bergidik, "itu seram, geukkie."
"tidak peduli!"
"baiklah, geukkie yang manis. hyung akan coba untuk makan lebih banyak, terima kasih ya."
makan mereka diakhiri dengan ribut siapa yang akan membayar—tentunya dimenangkan oleh jeongguk dengan ancaman ia akan mencium jimin di muka umum kalau jimin berani mengeluarkan uang sepeserpun.
karena ice-skating di luar terlalu berbahaya, jimin dan jeongguk datang ke lotte untuk bermain. sudah tahu resiko pergi ke tempat umum, tapi mereka tidak peduli. keduanya asik bermain—jeongguk memimpin dan jimin mengikuti, begitu selama hampir setengah jam.
"geukkie, hyung lelah!"
jeongguk memperlambat gerakannya, menggenggam tangan jimin dan menariknya supaya yang lebih tua mengikuti pergerakannya. ini tempat umum, jeongguk mati-matian menahan hasrat untuk tidak memeluk jimin seperti yang pasangan lakukan di tempat ini. bahkan ia berusaha tidak menoleh ke arah jimin (dengan cara berada di depan) agar bisa menghilangkan pikiran untuk bermesraan.
well, keduanya tetap bermesraan di kamar jeongguk. dengan hanya lampu tidur yang menyala, mereka berpelukan. jeongguk dan jimin sama-sama tidak memakai atasan, membuat kulit mereka bertemu langsung dan menimbulkan sensasi hangat.
"terima kasih untuk hari ini, geukkie."
"sama-sama, hyung." jeongguk mengecup bibir jimin beberapa detik sebelum mulai menyanyikan nada kosong, mempercepat keduanya masuk ke alam mimpi.
—
jikook went on a date:( it is super cute i die:( :( :(
KAMU SEDANG MEMBACA
Redamancy // j.jk & p.jm
FanfictionRedamancy -noun: The act of loving in return. [short story compilation]