Dari sudut pandang Jeongguk, ia tidak pernah bertemu dengan seseorang yang hampir sempurna seperti Jimin. Kalau ada yang bilang Jeongguk benci Jimin, Jeongguk tidak tahu harus memberitahu mereka dengan cara apalagi. Jadi, saat ia melihat Jimin sedang menikmati video Tokyo Disneyland, Jeongguk tersenyum tipis.
"Ji, Tokyo atau Osaka?"
Jimin menyerngit kemudian melihat Jungkook yang sedang mengeratkan pelukan. "Tokyo?"
"Oke."
"Ada apa?"
Jeongguk menggeleng—takut kalau ia bicara satu patah kata, ia malah akan membocorkan semuanya. Rambut Jimin ia belai, membuat suasana yang sudah temaram menjadi semakin gelap. Jimin menjatuhkan kepalanya ke dasa Jeongguk, tertidur pulas.
"Selamat tidur, baby."
Lagi-lagi Jimin dibuat kesal dengan tingkah Jeongguk. Kesal dan senang—sampai air matanya hampir menetes. Jeongguk memberikannya dua buah kertas, berisikan tiket ke Jepang, hanya berdua. "Jeonggukie...,"
"Kenapa menangis?" Jeongguk memeluk Jimin yang kini sudah memeluknya erat. Ia terkekeh pelan, Jimin ini begitu menghargai orang lain, ia sedikit heran kenapa banyak yang tidak menyukai kekasih kecilnya ini.
"Aku senang sekali, terima kasih...,"
"Sama-sama, cium dulu sini," Jimin mendongakkan kepalanya, membiarkan Jeongguk mengecup seluruh wajahnya, membiarkan juga ketika yang lebih muda darinya melumat bibirnya pelan, makin lama makin ganas.
Tokyo terasa tidak begitu asing bagi keduanya, terutama Jimin. Ia suka sekali Jepang, entah mengapa. Keduanya menginjakkan kaki di kamar 1108, tidak begitu besar tapi cukup intim dan mewah. Jimin sempat memukul kepala Jeongguk saat tahu bahwa kamar mandi mereka tembus pandang—Jimin yakin Jeongguk akan menggunakan kesempatan itu untuk mengintip Jimin mandi—Jeongguk hanya terkekeh pelan sambil mengeluarkan senyum congkak.
"Jimin mau langsung jalan-jalan atau istirahat dulu?" Jeongguk tidak suka memanggil Jimin dengan kakak atau dengan sopan, menurutnya itu sangat tidak seru. Tapi kemarin Namjoon sempat menegurnya karena Jeongguk terlihat tidak sopan di mata penggemar, jadi Jeongguk harus berpura-pura memanggil yang tersayang dengan sebutan 'kakak' di depan kamera—ia tetap suka sengaja keceplosan.
"Istirahat saja? Besok kita pergi belanja kemudian ke Disneyland?"
"As you wish, baby."
Satu hal yang Jimin tidak tahu, Jeongguk merencanakan sesuatu. Kamera yang sudah ia kosongkan memorinya, kini perlahan mulai penuh dengan video Jimin yang sedang berjalan, tersenyum, maupun melakukan hal konyol. Jimin—yang sudah biasa menjadi objek utama si pembawa kamera—hanya bersenda gurau mengikuti arahan Jeongguk.
Jeongguk bukan ingin memperlihatkan keindahan Tokyo, ia hanya ingin membagikan Jimin dari perspektifnya. Bagaimana tawa Jimin yang menguar begitu indah, bagaimana tingkah konyol Jimin yang membuatnya tertawa, bagaimana manisnya Jimin saat melakukan hal apapun. Jimin itu titik tengah hidupnya.
Melewatkan tiga hari bersejarah, membuat keduanya makin lengket. Sedikit takut dengan penggemar yang makin hari makin panas karena momen mereka yang bertebaran. Tapi, rasa takut keduanya kalah ketika Jeongguk menatap Jimin dengan teduh, di bawah letusan kembang api di Disneyland, dan mencium bibirnya. Tidak ada Jeongguk dan Jimin bagian dari BTS, hanya ada Jeongguk dan Jimin yang menyayangi satu sama lain.
"Apapun yang terjadi, jangan pergi dariku Jimin."
"Kamu juga, Jeongguk."
Saat Jeongguk melakukan debutnya di bidang videography, ia ingin itu menjadi sejarah baginya—juga bagi Jimin. Membuat video berdurasi tiga menit, dengan lagu yang ia pilih dengan matang—yang secara tidak langsung menyatakan cintanya pada Jimin—ia memberitahu publik. Menamakan series-nya Golden Closet Film, debut dengan judul G.C.F in Tokyo.
Jeongguk menyunting videonya tanpa lelah, berharap pesannya tersampaikan kepada penggemar maupun kepada Jimin sendiri. Jadi, saat Jimin datang ke kamarnya dengan mata memerah dan berhambur ke pangkuannya, Jeongguk tahu ia berhasil.
"Aku cinta sekali padamu, Jeongguk."
"Aku jauh lebih cinta, Jimin-ssi."
—
ok cerita ini murni karena hari ini adalah satu tahun G.C.F in Tokyo hooray! dibuat 15 menit karena aku sama sekali gaada rencana lol T_T
i miss jikook:(
dan ini absurd as always maafkeun ;")
KAMU SEDANG MEMBACA
Redamancy // j.jk & p.jm
Fiksi PenggemarRedamancy -noun: The act of loving in return. [short story compilation]