Hari ini hari libur, bukan hari libur juga. Tapi mereka bebas melakukan apapun, karena tidak ada jadwal latihan. Jimin baru saja bangun dari kasur sempitnya, matanya menyipit karena Hoseok sudah membuka tirai jendela.
Lelaki mungil itu hampir saja terjatuh kalau ia tidak menumpu badannya sendiri dengan kaki. Badannya sedikit terdorong tadi, Jimin lupa kalau yang termuda sedang menginap dikamarnya dan Hoseok. Jungkook bilang ia malas naik tangga untuk mencapai kasurnya, dengan kebaikan Jimin mengiyakan permintaan Jungkook.
Jimin melihat Jungkook yang sedang tidur dengan damai. Posisinya menghadap ke arah Jimin, nafasnya teratur. Jika melihat Jungkook seperti ini, Jimin merasa Jungkook itu seperti anak kecil. Wajahnya imut dengan hidung besar dan gigi kelinci yang sedikit terlihat.
Tanpa sadar, Jimin mendekatkan tubuhnya ke arah Jungkook. Kemudian, ia mengelus surai cokelat lelaki itu beberapa kali. Jungkook sama sekali tidak terlihat terganggu dengan hal yang Jimin lakukan, ia malah mencari posisi yang lebih nyamanㅡmemeluk pinggang Jimin yang sedang dudukㅡdan kembali pulas.
"Bangun, baby." Jimin masih setia mengelus surai kecoklatan Jungkook yang membuatnya malah masuk ke fase tidur yang lebih dalam.
Bibir Jungkook terbuka sedikit, menampilkan sedikit gigi kelincinya yang khas. Tangannya tiba-tiba berpindah dan menggaruk pipinya dengan keras hingga memerah. "Huh, sebentar lagi baby."
Jimin sekarang gemas lebih dari apapun. Dengan perlahan, ia mendekatkan diri dan mengecup bibir terbuka Jungkook. Ia kemudian hampir memekik kalau Jungkook tidak menutup bibirnya dengan tangan besar yang lebih muda. Kini, Jimin berada di bawah Jungkook yang sedang tersenyum miring. Jungkook sudah bangun sedari tadi, tetapi ia sudah bertekad tidak akan bangun jika Jimin belum memberinya kecupan selamat pagi.
"Apa-apaan kau ini?!" Jimin melotot marahㅡtapi terlihat sangat imutㅡtangan kecilnya memukul dada super bidang Jungkook.
Tanpa aba-aba, Jungkook menurunkan lengannya yang sedari tadi bertumpu di sebelah kiri dan kanan Jimin, mempertemukan bibirnya dengan milik si lebih tua. Tidak memaksa, tetapi penuh kehangatan. Tidak ada yang menghiraukan nafas pagi hari, mereka terlalu larut dalam ciuman panasnya.
Jungkook menggigit pelan bibir bawah Jimin dan menariknya sedikit. Kemudian, ia membawa lidahnya menyapu bibir atas dan bawah Jimin beberapa kali, membuatnya semakin merah sebelum menghisapnya secara bergantian. Bibir Jimin sudah bengkak sepenuhnya akibat hisapan kuat Jungkook. Saliva yang semestinya memenuhi bibir Jimin kini sudah berpindah, membuat Jimin makin haus. Si lebih mungil menarik leher Jungkook, meminta sang dominan menciumnya dengan lidah kali ini. Menyusupkan lidah kecilnya, meminta dengan sangat untuk dipuaskan. Senyum miring Jungkook makin mengembang, dengan senang hati ia menuruti permintaan Jimin. Lidahnya masuk ke dalam mulut Jimin, saliva keduanya sudah merembes sampai ke dagu. Dihisapnya lidah yang lebih tua dengan kuat, membuat Jimin melenguh beberapa kali.
"Cu....," Jimin mendorong pelan dada Jungkook karena kehabisan nafas. "Cukup,"
Jungkook mengambil tisu di dekat lampu tidur, mengusap bibir dan dagu Jimin yang berceceran air liur. Ia kemudian mengusap bibirnya sendiri. Jungkook benar-benar ingin mengabadikan wajah Jimin saat ini. Bibirnya bengkak dan memerah sepenuhnya, matanya sayu, dan nafas yang terengah, Jimin begitu... menggodanya.
"Selamat pagi, baby." Kata Jungkook. Kemudian, ia mencium kening lelaki di bawahnya cukup lama.
"Selamat pagi juga, Kookie."
maaf kalo ga memuaskan😩
KAMU SEDANG MEMBACA
Redamancy // j.jk & p.jm
FanficRedamancy -noun: The act of loving in return. [short story compilation]