Menjadi seorang Park Jimin bukanlah hal yang mudah. Ia tampan, rajanya tari, suaranya indah, ia memiliki hampir segalanya. Berlatih dengan keras hingga ia bisa menjadi Jimin yang sekarang, digemari banyak orang dan dielu-elukan.
Tapi kata pepatah, tidak ada manusia yang sempurna. Jimin begitu menyukai Jungkookㅡteman grup yang lebih muda dua tahun darinya. Jimin suka tawanya, hidung bangir Jungkook akan mengkerut lucu dan menularkan tawa pula untuk Jimin. Ia juga suka suara Jungkook, begitu indah, begitu mirip dengan kicauan surga dan ia seperti dekat dengan rumah. Intinya, Jimin menyukai semua hal tentang Jungkook.
Tapi Jungkook tidak memerlihatkan hal yang sama, dulu. Ia akan menjauh ketika Jimin mengelus kepalanya sebelum tidur di tempat tidur sempit mereka. Jungkook juga akan menolak jika Jimin mengatakan hal manis padanya. Dulu. Sekarang setiap melihat Jimin, Jungkook seperti dibawa ke dimensi alam yang berbeda, karena baginya Jimin begitu sempurna. Ia menyukai bagaimana mata Jimin berubah menjadi sabit saat tertawa. Jungkook juga suka bagaimana yang lebih tua memerah ketika ia mengaitkan tangannya sendiri dengan tangan besar Jungkook.
"Kau melamun, Kook?"
Mereka sudah cukup umur sekarang. Sudah terlalu matang untuk membawa diri ke jenjang pernikahan. Tapi keduanya, nyaman seperti ini. Berkedok tinggal bersama atas nama mantan sejawat, mereka sekarang memiliki gerak yang bebas. Korea Selatan tidak melegalkan perbuatan keduanya, tetapi atas nama cinta, siapa yang harus disalahkan?
Jimin memeluk yang lebih muda dari belakang, erat tapi tidak mencekik. "Jungkookie, tetap saja tampan saat melamun!"
Jungkook tertawa kecil dan tawanya masih membuat Jimin begitu terpesona, bahkan setelah terlewat sepuluh tahun, tawa Jungkook masih menjadi kesukaannya. Si lebih muda kemudian berdiri dan berbalik, membawa Jimin ke dalam pelukan hangatnya. Menghirup aroma khas Jimin yang entah apa rasanya, tapi Jungkook suka.
"Hyung sungguh harum."
Jimin terkekeh, "benarkah? Padahal aku baru saja berkebun dan belum sempat mandi,"
"Tidak apa-apa, Jimin hyung tetap sangat harum."
Jimin mengalungkan kedua tangannya di leher Jungkook kemudian menatap lelaki yang lebih tinggi darinya itu dengan mantap. Ia menarik sedikit leher Jungkook, membuatnya merunduk. Mereka berdua berbagi ciuman lembut, hanya kecupan pada awalnya. Jungkook dan Jimin terlaru larut dengan rasa bibir keduanya, decapan-decapan dan nafas yang cepat mulai terdengar. Jungkook tentu saja mendominasi, membiarkan lidahnya masuk ke dalam lidah Jimin, membuai bagian dalam mulut Jimin dengan sengaja dan penuh hasrat.
Ciuman mereka begitu intens sehingga saat Jimin terjatuh ke ranjang, keduanya baru melepaskan pagutan. Jungkook dan Jimin berlomba mencari oksigen, baru sadar nafas mereka sudah terlalu tersengal.
Jungkook merebahkan diri di samping Jimin kemudian memejamkan matanya. "Hyung."
"Ya?"
"Aku...," Jungkook menoleh, menatap Jimin yang sedang memejamkan mata juga. "Aku mencintaimu, dengan sangat."
Jungkook bisa melihat bagaimana perkataannya bisa memberikan efek yang begitu dahsyat, Jimin mulai memerah dan mengeluarkan senyum lebar dan tulus.
"Aku juga, sangat sangat mencintaimu." Jimin tidak menoleh, "tapi Jungkook, ini terlalu cheesy, aku merinding."
Jungkook memeluk yang lebih tua kemudian menggelitiki seluruh pinggangnya. Jimin terbahak tiba-tiba, tidak antisipasi terhadap serangan Jungkook. Mereka berdua berbagi tawa hingga tangis bersama selama lebih dari sepuluh tahun, dan mereka berharap selamanya akan tetap begitu.
ㅡend.
best regards, Sasha.
See you in another book❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Redamancy // j.jk & p.jm
FanfictionRedamancy -noun: The act of loving in return. [short story compilation]