Insiden Celana Kolor

4.6K 273 3
                                    

Aduh, Mas. Badan Pegel-pegel pada bagian leher dan pinggang. Kenapa ya? Ah, aku lupa, kemarin hari pernikahan. Aku dan Mas Aru seharian duduk di atas pelaminan. Aku meregangkan otot,  kedua lengan ditarik maksimal ke atas.

Dush! Sesuatu tertonjok. Ternyata dagumu terkena kepalan tanganku. Kamu terlonjak, duduk dengan tegang sambil memegang bagian yang mungkin terasa berdenyut. Mata kita saling bertemu. Kukira hanya aku yang bingung dengan hal baru yang terpampang nyata ketika bangun tidur. Seorang di atas ranjang! Ternyata kamu pun sama, Mas. Terlihat dari kedipan-kedipan dan mulut yang menganga. Bingungm

Sementara aku masih berpose kedua tangan ke atas.

"Mau tonjokan lagi?" selorohku mencoba mencairkan suasana.

"Tega!"

"Mas Aru ganteng kalau bangun tidur. Bekas iler kemana-mana."

Kamu langsung membekap mulut, lalu meloncat ke luar kamar. Padahal aku bohong, yang ngiler itu sebenarnya adalah aku. Hahay! Suara adzan Subuh terdengar, kamu kembali ke kamar setelah membersihkan muka lalu berangkat ke musholla dekat rumah.

Salah satu alasan aku memberanikan diri meminang Mas Aru, karena kamu sering salat berjamaah ketika sedang berada di rumah. Aku sering melihatmu ke musholla, ganteng benar dengan baju koko putih dan kopiah hitam bertengger di atas kepala.

Sepulang salat, kamu memberikan kejutan manis. Aku yang balik ke atas ranjang bermandikan taburan bunga seketika jadi tak bisa berkata apa-apa. Mas Aru mengajak menginap dua hari di sebuah hotel di daerah Batu, Malang. Hadiah spesial buat bulan madu. Yah, meskipun nggak huha-huha yang penting refreshing dan bersenang-senang. Siapa tahu tiba-tiba ada moment romantis nyempil dan bisa menyalakan percikan cinta.

Nggak ada salahnya berharap. Setuju, Mas?

Aku segera mengemas masing-masing dua stel baju. Buatku dan buatmu. Aduh geli banget ketika packing baju punyamu, Mas. Baru pertama kali memegang celana dalam pria, selain punya adik lelakiku. Lha kok saat menarik kolor warna biru muda, ku angkat dan kuhadapkan di depan muka, kamu datang. Mas Aru langsung menyambar celana segitiga itu lalu menjejalkan di dalam tas ransel.

Mulutku langsung mengerucut dan kutiupkan angin. Suwit. Suwit. Bersiul menggoda. Aduh, Mas, ekspresimu itu bikin pingin ngegaplok! Wajah bersih tak bercambang kok terlihat memerah. Apa kamu malu?

"Gak sopan!" katamu sambil menyambar tas yang sudah ditutup.

"Punya suami sendiri nggak apa-apa, kan? Mas boleh kok lihat punyaku. Aku bawa dua. Warna merah sama hitam."

"Males!"

Ternyata kamu unik ya, Mas. Apa karena kamu anak terakhir jadinya manja-manja gimana. Kata orang, kita memang cocok jadi pasangan. Aku anak sulung dan kamu anak bontot. Apa itu benar? Sejauh ini sepertinya benar. Sejak mengenalmu, secara tak langsung kamu kuperlakukan seperti adikku sendiri. Secara usiaku setahun lebih tua.

Ngomong-ngomong tentang usia, sebelum kita menikah, orang tuaku sangat khawatir tentang masa depanku. Sudah hampir 30 tahun tapi belum bersuami. Aku yakin, dengan usia sematang ini kita pasti bisa menjalani kehidupan rumah tangga sampai akhir. Kalau patokan usia sekitar 60 tahun seperti Rosulullah, maka kita masih punya waktu 30 tahun untuk mengarungi bahtera. Tak akan kusia-siakan sisa waktu yang terus mengejar. Mendapatkan kamu menjadi suami, merupakan keberuntungan.

Pukul sembilan setelah sarapan ayam soto sisa kondangan, kita berangkat naik motor matic merah. Perjalanan nggak terlalu jauh, hanya membutuhkan watu satu jam saja. Kita sengaja nggak naik mobil karena memang nggak punya kendaraan roda empat. Lebih enak naik matic karena tas ransel bisa ditaruh di depan. Jadi punggungku terbebas dari beban.

Ah, aku nggak sabar dengan peristiwa seru yang akan menunggu kita di tempat bulan madu nanti. Di tempat yang sejuk, adem, berkabut, segala sesuatu mungkin terjadi. Suasana seperti itu paling enak kalau dipakai buat ... makan jagung bakar.

Ya, kan, Mas? Pokoknya belikan aku jagung bakar manis dua biji ukuran jumbo. Ingat, yang paling besar dan jangan terlalu tua biar nggak nylilit di sela-sela gigi. Tenang saja, nanti Mas Aru boleh icip punyaku. Ganis ini nggak pelit kok.

Percaya?

Next

Sobat Novie tersayang, setelah membaca silakan memberi vote ya. Caranya gampang tinggal geser jempol doang 😊😊

Curhat Pengantin Baru (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang