Curhat Pengantin Baru
#cpb 5Haish! Apa yang telah kuucapkan, Nis. Berani sekali mulutku ini menggodamu. Yah, walau pun kamu sekarang sudah jadi istriku, tapi kesopanan harus dikedepankan. Melihat parasmu yang memerah udang membuatku merasa bersalah.
"Kamu mau bantu ngosek toilet, Mas Aru?"
Bukan Ganis namanya kalau nggak menang dalam setiap keadaan. Kamu selalu punya cara untuk mengatasi rasa tak nyaman. Salah satu sifat yang diam-diam kucontoh. Bergaul bersamamu selama puluhan tahun mengajarkan bahwa sesuatu sesulit apa pun bila dihadapi dengan kepala dingin akan mendapat hasil berbeda. Bila perlu, tambahkan dosis humor, dan lihat apa yang terjadi.
"Mau bantu nyiapin air panasnya," lanjutku sambil garuk-garuk daki di permukaan leher sebelah kiri.
"Melepuh kali mandi air panas."
Ini jelas, sampai helaian perak muncul di kepala, aku nggak akan bisa mengalahkanmu. Di mana-mana wanita memang selalu menang. Itu membuat makhluk yang terlihat lemah menjadi kuat. Konon Perempuan mempunyai ribuan perbendaharaan kata yang siap disemburkan setiap hari. Dan itu terbukti. Terpampang nyata.
Ganis, istriku. Saat itu kamu langsung berbalik arah menuju ke kamar hotel. Aku hanya bisa mengikuti. Kerudung warna marun kesukaanmu melambai tertiup angin senja. Setelah sampai, kamar mandi tujuan utama. Pintu yang terbuat dari kayu berornamen klasik itu tertutup hampir satu jam lamanya.
Aku khawatir kamu pingsan di dalam, makanya pintu kuketuk perlahan. Sangking pelannya kamu mungkin nggak mendengar. Setelah kuingat-ingat, ketika kamu marah selalu menghindar. Ah, jangan-jangan kamu marah pada kelancanganku, Nis.
Gawat.
"Nis, Ganis. Buka pintu!" Kali ini suara dan gedoran agak keras tak bisa kutahan lagi.
"Bentar, Mas. Masih sibuk."
"Sibuk apa? Sudah satu jam lebih. Kamu ngapain aja di dalam?"
"Rahasia. Sabar, dikit lagi selesai."
Ah, setidaknya aku lega kamu baik-baik saja. Suara cempreng itu indikasinya. Kira-kira kamu melakukan hal apa sampai lama sekali, Nis? Apa perempuan kalau mandi memang selama itu?
Pantas saja dulu ada temanku bilang kalau menunggu wanita mandi dan berdandan bisa dipakai buat umroh tujuh kali. Berlebihan, bukan? Yang betul, menunggu kaummu membersihkan diri bisa dipakai buat ... cari gebetan baru.
Pis. Nggak lah, Nis. Aku nggak punya keinginan cari istri kedua apalagi ketiga. Kalau pun ada yang lain, kamu pasti juga tak akan melarang. Karena kamu nggak cinta sama aku.
Hah.
Cinta. Kenapa saat ini, dua kata ini terasa menyebalkan. Memangnya kenapa kalau menikah tanpa cinta? Aku bisa mencoba membuatmu jatuh cinta.
Ah, ide yang hebat. Tapi bagaimana caranya?
Saat sedang asyik melamun sambil menyandarkan punggung pada daun pintu, tiba-tiba pintu terbuka. Membuatku hampir terjengkang. Kamu melongo, handuk warna putih menutupi sebagian rambut pendekmu yang basah. Tetesan air meleleh ke bawah, menembus jubah mandi yang agak terbuka pada bagian dada, lalu menghilang di baliknya.Mataku tak mau pergi dari tempat menghilangnya air.
"Lihat apa, Mas? Mau?" katamu menantang.
Sabar. Sabar. Ini hanya ujian. Meskipun tak ada cinta, namun naluri laki-laki nggak bisa dibohongi. Melihatmu begitu polos hanya berbalut jubah mandi, membuatku ingin menerkam.
"Aku mau boker, Nis." Aku mencari alasan. Berjalan cepat menuju kamar mandi dan menutup pintunya.
Blam!
Lalu menghirup napas dalam-dalam. Mengeluarkan semua pikiran kotor yang bercokol di dalam kepala. Ah, kenapa juga kamar mandi ini beraroma sabun. Bukannya menenangkan justru semakin membuatku gelisah. Darah dari otak seperti bermigrasi, mereka berlari menuju ke pusat tubuh. Membuatnya amat ngilu. Kalau begini terus, aku bisa gila!
Nis, apakah di usiaku yang ke 31 tahun ini, akhirnya harus kurelakan keperjakaan? Untukmu?
Adzan Magrib membuatku tersadar. Air wudhu begitu menentramkan, ampuh mengusir segala beban pikiran. Ketika aku keluar dari toilet, kamu sudah duduk di atas sajadah. Menungguku. Tak mungkin aku salat di luar, jadi kuputuskan untuk beribadah bersamamu. Di kamar ini.
Tahukah, Nis, untuk pertama kalinya, namamu, parasmu, aromamu begitu menguasai diri. Bayangan seorang wanita bernama Zeta nyaris tak muncul ke permukaan. Apakah ini artinya, aku sudah mencintaimu? Ataukah hanya insting seorang pemburu untuk mendapatkan mangsanya?
Entahlah. Bantu aku mencari jawabannya. Malam ini.
Next.
Sobat Novie tersayang, kalau sudah baca jangan lupa vote yaa 😊😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Curhat Pengantin Baru (On Going)
RomanceMenikah tanpa saling mencintai, mungkinkah? Ikuti curahan hati pasangan Ganis dan Aru yang ditakdirkan menikah tanpa cinta.