Or maybe not

30 6 0
                                    

Telah kusadari sendiri jika memang diriku ini sudah jatuh cinta kepada seorang yang telah kutabrak. Kemarin ia sangat bersikap manis. Apa maksudnya? Aku masih bingung. Perasaan ini masih kupendam sampai waktu yang tepat. I'll wait and stay patient.

Matahari bersinar melalui celah jendela dan mulai menyilaukan pemandanganku. Aku malas bangun karena aku sedang memimpikannya. Seseorang yang telah membuatku jatuh cinta. Tapi tak lama kemudian alarm ponselku berbunyi.

Aku telah selesai membersihkan badan. Lalu aku kembali ke kamar untuk menyocokan baju. Kulihat ponselku ini yang sedang di charge. Tidak ada notifikasi dari siapapun. Aku menghelakan napas dan bersikukuh untuk turun kebawah.

Seperti biasa bang Felix akan mengantarku ke sekolah. Selama diperjalanan kita sama sekali tidak mengeluarkan suara sedikitpun hanya saja bang Felix ini sedang sakit sehingga ia batuk sepanjang jalan.

Sekolah belum terlihat ramai. Mungkin karena aku datang terlalu pagi. Dan kulihat sekolah sebelah yang sepertinya kehadirannya itu belum terlihat.

Aku berjalan menelusuri lorong yang panjang. Namun disuatu sudut ada ruangan kamar mandi yang menampakan bayangan tiga orang dari kamar mandi wanita. Jalanku melambat seirimg pergerakan mereka. Lalu sepertinya hentakan sepatuku terdengar hingga satu orang dari ketiga wanita itu dengar dan melirik keluar.

Dapat kulihat banyak pasang mata sekarang menatapku. Dengan lama tatapan mereka aku dapat mengenali wajah-wajahnya. Wajah-wajah yang sangat tidak ingin aku temui lagi sekarang terlihat. Satu per satu dari mereka keluar dengan makeup yang lumayan tebal.

"Nih orang yang kita cari akhirnya nongol juga." Ucap ketuanya itu.

"Mau apa sih kalian. Kalau kesal sama gue bilang aja."

"Heh kita lebih tua daripada lo. Yang sopan mulut tuh dijaga."

"Terserah kaka semua aja deh. Yaudah kalian mau apa sih ngabisin waktu aja."

"Berani ya." Lalu ketuanya itu mendekat ke arahku dan suatu benda padat mendarat keras di pipiku.
"Gue sudah bilang omongan lo tuh di jaga. Jadi gini ya kita gak mau bikin keributan di sekolah orang. Gue hanya ingin satu saja satu saja perintah buat lo. Jangan pernah deketin cowok gue. Karena kemarin gue tuh ngeliat kalian berdua di mall. Gue liat semua kejadiannya."

"Asal lo tau ya dia nangis kejer." Ucap salah satu anak buahnya.

"Terus hubungannya sama gue tuh apa. Gue gak ngedeketin dia kok. Kita biasa saja." Ku jawab omongan mereka walau ada rasa yang kupendam.

*plak
*plak
*plak

Tiga tamparan lengkap dari setiap anggotanya. Sepertinya pipiku ini sudah mati rasa sebab tamparan itu semua sangat keras.

"Berapa kali gue harus ngomong jaga omongan lo." Ia berhenti sejenak dan melihat jam tangannya.

"Joy. Kita sudah telat nih. Nanti dosen kita marah lagi loh." Ucap salah satu anak buahnya.

"Oh ya! Nah ini buat lo ya Naera. Ini simple banget. JANGAN NGEDEKETIN COWOK GUE LAGI." Ia setengah berteriak. Setelah ia ucapkan kalimat itu komplotannya lalu pergi keluar tanpa pamit.

Pertanyaan yang paling bikin ku curiga. Bagaimana dia bisa tahu nama aku kalau aku saja tidak terlalu hafal dengan nama mereka masing-masing.

Selalu saja ada hambatan dikala aku jatuh cinta kepadanya datanglah perusak hubungan. Lagi pula Taehyung bilang sendiri jika ia dengan Irene sudah tidak lagi berhubungan. Mereka hanya sebatas mantan.

Sebelum aku pergi ke kelas alu mampir ke kamar mandi untuk mencuci mukaku yang sangat merah akibat empat tamparan yang diberikan mereka.

Seperti biasa aku dengan Choiwon selalu bersama. Akan tetapi kejadian tadi belum aku ceritakan kepadanya. Aku mempunyai perasaan yang tidak enak jika aku memberitahunya. Mungkin bebannya itu tidak cukup untuk menampung lagi. Banyak juga masalah yang harus ia jalani. Seperti ibunya yang terjerat sakit yang sangat parah.

Latte| KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang