7

297 39 0
                                        

"Jadi apa kau benar akan langsung pulang?" tanya Minghao ketika sudah tiba di lantai dasar. "Sekarang baru pukul satu siang."

Melodi menoleh. Ia mengernyitkan dahinya, tampak bingung. Entah mengapa pria di sebelahnya ini bersikap sok kenal dengan dirinya. Itu membuat dirinya merasa tidak nyaman.

"Ya. Aku akan langsung pulang," jawab Melodi setengah hati. Ia merasa awas dengan pria di sebelahnya hingga meningkatkan kewaspadaan dirinya. Untuk apa jujur menjawab pada orang yang tidak dikenalnya?

Minghao mengangguk-anggukkan kepalanya. "Padahal aku mau jalan-jalan sebentar di sekitar Myeongdong. Kau boleh ikut jika tidak ada urusan. Pasti membosankan menghabiskan hari yang panjang di musim panas dengan berdiam diri di rumah."

Melodi memaksakan seulas senyum. "Terima kasih atas tawarannya."

"Ah!" Seru pria itu tiba-tiba. Ia memutar badannya hingga berhadapan dengan sang lawan bicara. Melodi hanya mampu mengangkat kedua alisnya keheranan. "Besok ada acara festival musik di Hongdae dan Seventeen akan perform disana. Apa kau akan menonton kami?"

Melodi tampak terkejut. Hongdae! Dirinya bahkan berencana pergi ke rumah sang nenek di Hongdae sore ini. Mengapa dari sekian banyak tempat dan waktu, ia harus bertemu dengan Seventeen?

"Aku... tidak punya tiketnya," ucap Melodi meringis. Sehabis ini ia harus mencari tahu dimana venue acara itu diadakan sehingga ia bisa menghindar.

"Kalau begitu aku akan memberikanmu tiketnya," ucap Minghao final.

"Ah.. tidak per...," ucapan Minji tergantung tanpa selesai.

Minghao mengangkat sebelah tangannya, mengisyaratkan kata tunggu. Pria itu menjauh sedikit dengan ponsel menempel di telinganya.

Melodi menghela napas panjang. Gadis itu memeluk tali tasnya erat-erat. Ingin rasanya ia langsung pergi dari sana, tapi perbuatannya itu jauh dari kata sopan. Lagipula dirinya merasa tidak punya urusan dengan Minghao, untuk apa dirinya menunggu.

"Maaf, telepon dari Mingyu," ucap Minghao. Ia kembali dengan senyuman lebar di wajahnya.

Melodi membulatkan bibirnya. Membentuk kata "ooh" tanpa suara. Sebenarnya ia bingung harus membalas ucapan Minghao tadi dengan apa. Toh dirinya tidak ingin tahu.

"Kau serius tidak mau ikut jalan-jalan denganku?" Melodi menggeleng tegas sebagai balasan. Minghao tampak mengerti. "Kalau begitu aku pergi dulu ya!"

Gadis itu menarik napas lega. Akhirnya Minghao pergi juga. Melodi membuka pintu kafe dan berjalan menuju halte bus tak jauh dari sana. Ketika sedang menunggu transportasi umum yang akan membawanya pulang, sebuah mobil sedan berwarna hitam terlihat berhenti di hadapan Melodi.

"Untuk tiketnya akan aku titipkan pada Kwak Minji!" seru Minghao yang ternyata adalah sang pengendara mobil. Pria itu tersenyum sembari melambaikan sebelah tangannya. "Hati-hati di jalan Melodi-ssi!"

Baru saja Melodi akan membuka mulutnya menyuarakan kata protes, pria itu sudah kembali menaikkan kaca jendela mobilnya. Minghao melajukan kendaraannya secepat kilat meninggalkan tempat itu.

"Ugh, menyebalkan," gerutu Melodi dengan bahasa ibunya.

---

Melodi menggandeng lengan sang nenek dengan penuh kasih sayang. Walaupun usianya sudah lebih dari setengah abad, beliau tetap aktif beraktivitas. Pengaruh pola hidup sehat. Melodi menilik kondisinya sendiri. Makan tepat waktu saja sudah syukur, apalagi olahraga.

"Kamu kok tiba-tiba mau liburan kesini?" tanya sang Nenek. Keduanya kini sudah duduk bersisian di atas ayunan rotan di halaman belakang rumah.

Melodi menggelayut manja, "Karena aku kangen Nenek."

[SVT FF Series] RetrouvailleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang