"Aku serius mau minta fanservice, boleh kan?" tanya Minghao menyusul Melodi. Ia kembali duduk di kursi seberang Melodi.
"Apaan sih," rungut Melodi dengan bahasa Indonesia. Ia enggan membalas tatapan Minghao.
"Kau sedang mengejekku?" tanya Minghao.
Melodi menggeleng kuat. "Tidak kok." Melodi berusaha mati-matian menelan ludahnya karena terpesona melihat senyuman Minghao. "Fanservice?"
Minghao menunjukkan sederet gigi putihnya. Ia menyodorkan sebelah tangan, memberi kode pada Melodi agar menyambut uluran telapak tangannya. Dengan malu, Melodi menuruti. Ia jadi teringat dengan acara fansign pertama Seventeen yang ia hadiri. Fanservice dari Minghao.
Minghao mengelus pelan punggung tangan kanan Melodi yang berada dalam genggamannya. Sama seperti yang ia lakukan dua tahun lalu. Bedanya, kalau dulu mereka berdua mampu mengobrol bebas, kini keduanya hanya saling tatap tanpa ada kata yang terucap dari bibir mereka. Minghao menyelami mata Melodi dengan tatapan lembut yang belum pernah ia berikan pada siapapun. Melodi terdiam. Ia tidak bisa berkutik dengan semua perbuatan Minghao.
"Melodi, aku mau bertanya," Minghao memecah keheningan diantara keduanya.
"Eoh?" gadis itu tergeragap, sadar dari keterpanaannya. "Tanya saja."
"Kalau aku mengatakan bahwa aku menyukaimu, apa kau akan menjauh dariku?"
Deg!
Jika sedari tadi semua perlakuan manis Minghao mampu membuat hati seorang gadis bernama Melodi berdegup tak karuan, sekarang dengan satu kalimat utuh itu Melodi merasa jantungnya sempat berhenti berdetak sepersekian detik. Minghao terlihat sangat serius dengan ucapannya barusan. Tidak seperti hobinya yang sering menjahili Melodi demi melihat pipi gadis itu merona menahan malu.
"Kau... serius?" tanya Melodi.
Pria itu membenahi duduknya. Ia tidak melepaskan genggaman tangan Melodi barang sedetik pun. Entah mengapa, Minghao terlihat lebih gugup daripada biasanya. Kegelisahan pria itu bahkan menular pada Melodi.
"Bagaimana kalau aku serius?" ucap Minghao lagi. Ia menunduk sejenak, sebelum akhirnya berdeham kecil dan memandang ke dalam mata Melodi. "Jujur saja, pada awalnya aku hanya tertarik padamu karena kau mengingatkanku pada seseorang. Selama ini kita berteman, aku merasa makin nyaman. Kini aku yakin pada perasaanku. Aku ingin hubungan kita lebih dari sekadar teman karena aku menyukaimu."
Melodi melepaskan tangan Minghao. "Mengingatkanmu pada seseorang?" Entah mengapa Melodi merasa kesal ketika pria di hadapannya berkata seperti itu dengan enteng. "Tapi aku tidak ingin menjadi substitusi dalam hidupmu."
Minghao mengerutkan dahinya. Seketika ia tersadar. Senyumannya kembali ketika menyadari bahwa gadis di hadapannya sedang menahan cemburu.
Melodi bangkit berdiri. Ia meraih tas tangannya dan tampak bersiap-siap pergi. "Kalau kau sudah selesai, kau bisa pergi. Bukankah kau harus kembali ke bandara? Kau harus persiapan untuk konser malam ini di Malaysia," ucap Melodi. Gadis itu enggan melihat ke arah Minghao.
"Haeun-ssi," punggung Melodi menegak. Ia mengernyitkan dahi. Darimana Minghao tahu nama Koreanya? Seingatnya, Melodi tidak pernah memberi tahu pria itu tentang namanya.
Melihat reaksi Melodi, Minghao memberanikan diri menghampiri Melodi. Ia memutar bahu gadis itu hingga menghadapnya. Minghao membungkuk, mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan Melodi. Ia berusaha keras untuk menahan tawa ketika melihat ekspresi terkejut Melodi yang tidak bisa gadis itu sembunyikan.
"Kau cemburu pada orang itu? Melodi cemburu pada Haeun?" goda Minghao. Tangannya terulur mengusap sebelah pipi Melodi. "Kalian orang yang sama, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[SVT FF Series] Retrouvaille
عاطفية[COMPLETE][SVT FF Series] --- The joy of meeting or finding someone again after a long separation; rediscovery. Xu Minghao, pria berkewarganegaraan China yang merantau ke Korea Selatan, mulai menemukan rumah barunya. Berawal dari rasa patah hati kar...