10

264 36 0
                                    

Minghao duduk di sofa sembari memandangi Kim Gunji, Melodi, dan Jisoo yang sedang asyik mengobrol. Ketiganya berbicara menggunakan bahasa Inggris. Otomatis dirinya tersisihkan. Bukan berarti dirinya tidak tahu isi percakapan mereka, hanya saja Minghao bingung harus membalas bagaimana jika menggunakan bahasa Inggris. Kemampuannya masih belum lancar. Alhasil, ia memilih menjauh dan menikmati pemandangan Melodi tersenyum yang sangat jarang ia termukan. Senyuman tulus lebih tepatnya.

Ponsel Minghao bergetar. Ia mengeluarkan benda berbentuk segi empat itu dari kantung celananya dan menjawab telepon sang manager. Tidak sampai semenit, Minghao menyelesaikan panggilannya dan berdiri dari kursi.

"Kim Gunji, maaf sepertinya Seventeen harus pulang sekarang juga," ucapnya menginterupsi obrolan seru ketiganya.

"Ah, aku lupa kalau kita masih harus pulang," keluh Jisoo sambil melirik jam di pergelangan tangannya.

Melodi yang paham akan situasinya, ikut berdiri. Senyuman bahagianya masih terpampang di wajah. "Maaf sudah mengganggu jadwal kalian. Aku menikmati obrolan tadi."

Kim Gunji menggelengkan kepalanya. "No, no. Kau tidak mengganggu sama sekali. Aku senang bertemu denganmu," ucapnya sembari menyodorkan tangan kanannya. Dengan ragu, Melodi menyambut tangan sang idolanya itu. "Sampai bertemu di lain kesempatan."

Setelah selesai mengucapkan salam perpisahan, kedua anggota Seventeen beserta Melodi keluar dari ruangan Sam Kim. Melodi memegangi tali tasnya kuat-kuat. Akhirnya ia merasakan apa yang Ari rasakan ketika bertemu dengan sang idola. Yah, walaupun sebenarnya Melodi tidak terlalu fanatik sebagai fans dari soloist pria itu.

"Melodi-ssi," panggil Minghao. Melodi menoleh. Ia baru menyadari bahwa kini mereka hanya tinggal berdua. Di kejauhan gadis itu melihat punggung Jisoo yang sudah berjalan menjauh.

"Ya?" tanya Melodi dengan kedua alis terangkat.

Minghao tampak ragu-ragu. "Hm, kau mau kuantar pulang?"

Mengetahui kegugupan pria di hadapannya, Melodi terkekeh kecil. Tumben sekali Minghao menanyainya terlebih dahulu. Biasanya pria itu akan bertindak impulsif yang seringkali membuat Melodi tidak enak hati dan merasa terbebani.

"Sepertinya aku mau beli es krim dulu," jawab Melodi berpura-pura ragu. Gadis itu mengetuk-etukkan jarinya ke dagu. Ia kemudian tersenyum ke arah Minghao. "Apa tidak masalah?"

Seketika wajah Minghao bersinar ceria. "Ya tentu saja. Es krim di udara sepanas ini pasti sangat nikmat," Minghao menjawab dengan cepat. "Tunggu sebentar ya. Aku akan izin pada manajerku."

---

Pukul 21.00. Melodi tidak menyangka bahwa hari sudah malam. Ini semua akibat matahari yang bersinar lebih lama saat di musim panas. Walaupun sudah menghabiskan tiga hari disana, Melodi masih saja belum bisa menghilangkan jet lag jam biologisnya.

Melodi menyusuri jalan yang dinaungi oleh pepohohan bersama dengan Minghao. Keduanya saling diam. Mereka sibuk dengan es krim di tangan masing-masing.

"Sudah habis," ucap Minghao. Pria itu terlihat menjilati jari telunjuknya yang terkena lelehan es krim.

Melodi tersenyum. Minghao terlihat seperti anak kecil baginya. Gadis itu menghentikan langkah Minghao. Melodi menyodorkan es krimnya, meminta agar Minghao membawakan untuknya.

"Kau sudah kenyang?" tanya Minghao bingung. Walaupun begitu, tangan kirinya yang bersih tetap saja terulur menerima es krim dari Melodi.

"Tidak," jawab Melodi. Gadis itu terlihat sibuk mencari-cari sesuatu dari dalam tasnya. "Menunduklah."

[SVT FF Series] RetrouvailleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang