12

222 36 0
                                    

Kali ini Melodi, Jihoon, dan Minghao sudah berada di dalam studio mini milik Jihoon. Setelah memainkan beberapa lagu menggunakan piano dengan handal, Jihoon merasa penasaran dengan kemampuan bermusik yang Melodimiliki. Kali ini ia 'menantang' gadis itu untuk memainkan alat musik lain.

Berakhirlah kini Melodi duduk dengan gitar akustik berada di pangkuannya. Ia terlihat sudah biasa dan tampak profesional, walaupun baru memetik beberapa senar tanpa membentuk sebuah lagu.

"Aku akan memainkan lagu Eyes, Nose, Lips edisi English cover versi Eric Nam," ucap Melodi. Jemari tangan kanannya mulai memetik senar membentuk iringan musik.

"Ah, lagu milik Taeyang sunbaenim," seru Jihoon menyebutkan nama salah satu personel Big Bang.

Gadis itu mengiyakan. Ia mulai bernyanyi dengan iringan gitar akustiknya. Suara manisnya memenuhi ruangan. Dengan antusias, Jihoon memperhatikan penampilan Melodi dengan pandangan kagum.

Di sisi lain ruangan, Minghao sibuk memainkan ponselnya. Ia berkirim pesan dengan seseorang, 'Agen intel' miliknya dalam urusan Melodi. Tentu saja, tak lain tak bukan adalah Minji.

Pintu menjeblak terbuka. Muncul Jisoo dan Seokmin dari balik sana. Permainan Melodi terhenti. Ketiga orang di dalam sana menoleh ke arah sumber suara.

"Wah, ada Melodi-ssi," sapa Jisoo. Pandangannya tertuju pada gitar yang dipeluk gadis itu. "Kau bermain gitar?"

"Wah, hyung," seru Jihoon. "Melodi ini jenius musik. Aku bahkan tertarik untuk berkolaborasi dengannya."

"Aku tidak sehebat itu," kilah Melodi malu-malu. Gadis itu mengembalikan gitar pada tempatnya. Melodi berdiri dari kursinya. "Sepertinya aku harus pulang. Kalian mau bekerja kan?"

"Aku sampai lupa kalau ada janji dengan Seungkwan dan Jisoo hyung," sela Jihoon. Pria bertubuh mungil itu langsung mendapat bombardir omelan dari Seungkwan. Dongsaengnya itu tidak rela karena dirinya tidak diperhatikan.

"Ya sudah, kalau begitu aku dan Melodi akan pergi," kata Minghao. Ia menghampiri Melodi dan berdiri di sisi gadis itu. "Melodi tidak punya banyak waktu lagi di Seoul. Aku akan menemaninya berkeliling."

"Ei ei, kau menghabiskan waktu istirahat kita dengan bermain ya?" goda Jisoo.

Minghao menatap Melodi dengan pandangan lembut yang sulit diartikan. "Aku tidak keberatan. Lagipula Selasa dan Rabu besok kan kita terlalu sibuk dengan acara musik. Aku juga mau bermain-main sebentar."

Jihoon, Jisoo, dan Seungkwan saling berpandangan. Ketiganya kemudian menggoda Minghao habis-habisan tanpa henti. Takut Melodi akan bertambah tidak kerasan disana, Minghao menyeret gadis itu keluar dari apartemen. Bahkan ia tidak memberikan waktu bagi Melodi untuk berpamitan pada sang pemilik tempat.

"Melodi-ssi, kalau sempat besok-besok kau kemari lagi ya. Kita main musik bersama lagi!" teriak Jihoon sebelum Melodi benar-benar menghilang di balik pintu.

---

Melodi menyedot ice lemon tea pilihannya. Gadis itu melemparkan pandangannya ke arah jalanan ramai Myeongdong. Saat ini ia dan Minghao sedang berada di salah satu ruas jalan yang menjadi destinasi wisata belanja bagi kebanyakan orang.

Awalnya Melodi sempat meragukan keputusannya Minghao yang mengajaknya kemari. Pasalnya, Melodi khawatir akan muncul berita tidak mengenakkan yang akan menimpa anggota boygroup ternama itu. Namun, sepertinya Minghao tidak ambil pusing. Dengan alat penyamaran yang tidak terlalu mencolok, sejauh ini tidak ada orang yang berhasil mengenalinya.

"Jadi, kau akan kembali ke Jakarta dengan pesawat termalam hari Kamis besok?" tanya Minghao memastikan.

Melodi menoleh. Ia mengangguk ke arah pria itu sebagai jawabannya.

"Iya. Aku hanya seminggu disini. Tidak lebih tidak kurang."

"Jadi, apa kau menikmati perjalananmu di Seoul?" Tanya Minghao lagi. "Untuk berlibur mencari kesenangan, kurasa waktu satu minggu tidak cukup. Apapun alasanmu pergi kesini, apakah kau sudah mendapatkannya?"

Melodi terdiam. Ia menyelami kedua manik mata Minghao. Gadis itu akhirnya menghela napas panjang.

"Actually, not even getting closer," tangan Melodi mengaduk-aduk isi gelasnya tak beraturan. "Tapi, setidaknya aku menikmati perjalanan ini. Aku bertemu banyak orang baru."

"Termasuk aku?" tanya Minghao penuh harap sambil mengacungkan jari telunjuknya ke ujung hidung.

Melodi tersenyum. "Tentu saja. Kau dan member Seventeen lainnya, juga Kwak Minji."

Pria itu tidak dapat menyembunyikan senyum lebarnya. "Hmm, saat bernyanyi tadi, kau terlihat sangat menikmatinya. Apakah kau memang punya band atau sejenisnya?" Tanya Minghao lagi. Ia berusaha mengais informasi dari gadis itu.

Melodi tampak ragu-ragu sesaat. "Sudah lama sekali. Dulu aku sering meng-cover beberapa lagu milik penyanyi terkenal bersama seorang teman," gadis itu memutuskan untuk terbuka. "Tapi itu sebatas untuk kesenangan pribadi, bukan bagian dari pekerjaan. Setelah aku dan teman duetku ini berpisah, aku jadi malas menyanyi lagi."

"Berpisah?" Minghao mengangkat kedua alisnya.

"Dia bekerja di tempat yang jauh dari tempatku bekerja," jawab Melodi. "Suatu saat nanti mungkin aku akan kembali bernyanyi."

Minghao tampak mengerti. "Kau... tidak membuat lagu juga seperti yang Jihoon hyung lakukan? Kelihatannya kau punya bakat."

Melodi memilih menunduk. Ia menyesap isi gelasnya hingga tandas. "Benarkah? Sepertinya hanya perasaanmu saja," gadis itu tidak berani menatap ke arah Minghao. "Kau sudah selesai? Ayo kita jalan lagi."

---

Apartemen tipe studio yang disewa Melodi selama di Seoul kali ini terasa berbeda. Pada hari biasa, Melodi hanya akan kembali untuk tidur. Ia tidak akan capek-capek menyalakan lagu untuk mengisi keheningan disana. Berbeda dengan kali ini, gadis itu menyetel pemutar musik di ponselnya. Ia memainkan playlist lama yang sudah hampir dilupakannya. Kumpulan lagu buatannya sendiri.

Pikiran gadis itu terlempar pada semua hal yang beberapa hari terakhir ini terjadi selama di Seoul. Liburannya terasa berbeda. Walaupun ia tidak terlalu banyak pergi berkunjung ke tempat-tempat yang baginya baru, Melodi mendapatkan kesenangannya tersendiri. Mungkin karena orang baru yang ia temui mampu membuatnya nyaman dan melupakan sedikit kepenatan hidupnya.

Melodi termenung beberapa saat. Selama ini ia selalu menutup diri pada orang-orang baru. Tak heran, walaupun Melodi memiliki banyak teman, hanya ada beberapa orang yang ia percayai sebagai teman cerita dan berbagi kehidupan. Hanya Ari seorang yang selama ini selalu ada disisinya. Sejak sekolah dasar hingga perguruan tinggi, Melodi selalu mengikuti kemana gadis itu pergi. Bahkan tempat kerja pun juga. Melodi rela kembali ke Jakarta, dimana ada kedua orang tua yang amat ia hindari, karena Ari membangun perusahaan kecilnya di sana.

Terkadang Melodi merasa iri dengan Ari. Gadis itu memiliki sifat yang sangat berbeda dengannya. Saking cerewet dan berisiknya, terkadang Melodi justru merasa kesal pada Ari. Tapi hal itu tidak mengurangi rasa sayangnya pada sang sahabat. Jika dipikir-pikir, semua orang di sekitar Melodi yang ia anggap menyebalkan, merupakan orang-orang tercintanya. Mulai dari Ari, Kak Andre, bahkan kedua orangtuanya.

Kemudian, di Seoul ini, Melodi menemukan Hyunbin yang walaupun tidak se-overprotective kakak kandungnya, kelakuannya yang sering kali menganggap Melodi sebagai adik kecil membuatnya jengah. Ada Kwak Minji, benar-benar replika Ari versi Seoul. Lalu... Minghao.

Sudut-sudut bibir Melodi terangkat ketika bayangan pria asal China itu terlintas di kepalanya. Pria lain di Seoul selain Hyunbin yang mampu membuatnya terbuka dan menunjukkan raut wajah kesal menggemaskan. Melodi menggelengkan kepalanya, menepis pikiran aneh yang mampir di pikirannya. Tidak ada kata toleransi untuk kata tertarik pada cowok sejak cinta pertamanya gagal. Setidaknya, hingga ia yakin bahwa dirinya menemukan sang cinta sejati. Walaupun sebenarnya Melodi tidak percaya pada istilah itu.

Melodi meraih ponselnya. Ia mengetik satu pesan singkat pada Hyunbin. Setelah selesai, gadis itu meletakkan kembali ponselnya di atas meja dan berlalu menuju tempat tidur. Tubuhnya sudah terlalu lelah dan merengek minta istirahat.

[SVT FF Series] RetrouvailleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang