14

222 36 0
                                    

Untuk ketiga kalinya dalam waktu satu minggu, Melodi berhasil masuk ke 'area terlarang' khusus artis. Sungguh keberuntungan yang tidak pernah gadis itu bayangkan. Ditambah lagi, ia mampu bercakap-cakap dengan para idola yang kelihatannya tak mungkin semudah itu didekati. Sepertinya Melodi sempat menyelamatkan nyawa banyak orang di kehidupan sebelumnya. 

Tangan gadis itu mencengkeram kuat ujung belakang kemeja Hyunbin agar tidak kehilangan arah di tengah hiruk-pikuk kekacauan back stage. Kedua mata Melodi berputar kesana-kemari, terlihat bingung memperhatikan kesibukan semua orang disana. Walaupun ia berkata ingin pulang saja, pada akhirnya Melodi mengalah dan mengikuti langkah Hyunbin memasuki gedung tempat siaran berlangsung.

"Kemari," ajak Hyunbin. Ia meraih pergelangan tangan kiri Melodi dan menariknya sembari berusaha membelah kerumunan. Berkali-kali kata maaf dan permisi keluar dari mulutnya. Sepertinya pria itu ingin cepat enyah keluar dari kesesakkan yang mencekiknya. 

"Damn! My shoes!" pekik Melodi tertahan ketika sepatunya tanpa sengaja terinjak oleh orang lain. Entah siapa. "Sepatuku jadi kotor," keluh Melodi seperti anak kecil.

Hyunbin melirik ke arah Melodi sekilas. Gadis mungil yang selama dua hari ini membantunya mengurus masalah manajemen perusahaan, terlihat benar-benar seperti orang yang berbeda. Jika biasanya Melodi akan bersikap cuek dan masa bodoh, maka kali ini ia sukses membuat Hyunbin terkejut dengan menunjukkan sisi menyebalkannya. Sejak perjalanan pulang dari Hongdae sepertinya Melodi terlihat sedikit berbeda. Ralat, banyak berbeda.

"Hyung, kau datang!" sapa Lee Chan begitu melihat Hyunbin berdiri di ambang pintu.

Hyunbin mengangkat tangan kanannya, melambai sebentar untuk membalas sapaan Chan. Pria itu menarik tangan Melodi, yang sedari tadi masih berada di dalam genggamannya, agar ikut masuk ke dalam ruang istirahat Seventeen. Gadis itu mau tak mau menurut. Kali ini ia terlihat diam saja dan tak berani mengangkat wajah.

"Gadis yang waktu itu berada di kantormu!" pekik Jeonghan dari sisi kiri ruangan. "Ya! Semudah itu kau melupakan Yoon Areum-ku yang manis?"

Hyunbin sontak melepaskan genggaman tangan mereka berdua. "Aku hanya takut dia tersesat," jawab Hyunbin tenang. "Lagipula kau sudah tahu namanya Melodi. Jangan menyebutnya 'gadis yang waktu itu'."

Jeonghan meringis menyadari ketidaksopanannya. Pria itu menundukkan kepalanya pada Melodi sebagai simbol meminta maaf. Gadis itu tersenyum kikuk dan membalas anggukan Jeonghan. Sesungguhnya Melodi tidak terlalu ambil pusing dengan hal itu.

"Kau datang juga, Melodi!" sebuah suara unik yang sangat Melodi kenal terdengar dari sisi lain ruangan. Terlihat Minghao yang berjalan mendekat ke tempatnya berdiri. "Annyeong! Ayo duduk. Aku takut kau akan ditabrak oleh seseorang jika terlalu lama berdiri di dekat pintu."

Kedua telinga Melodi memerah. Ia tahu maksud Minghao. Pria itu secara sengaja mengungkit bagaimana awal pertemuan mereka sekitar seminggu yang lalu. Gadis itu menyesal telah mengepang rambutnya, ia jadi tidak bisa menutupi pipi dan telinganya yang akan memerah jika menahan malu. 

"Sana susul Minghao," bisik Hyunbin dengan nada menggoda tepat di telinga Melodi hingga hanya gadis itu yang akan mendengarnya. Pipi Melodi menggembung. Namun, gadis itu menurut juga ketika Minghao memberinya isyarat dengan tangan untuk segera bergabung duduk di salah satu sofa panjang bersama Mingyu dan Jihoon disana.

"Kau jangan coba-coba menghilang dari pandanganku," ancam Melodi. Gadis itu tentu tidak mau ditinggal sendiri disana.

Tawa Hyunbin pecah. Ia menepuk-nepuk puncak kepala Melodi, seperti seorang pemilik kepada anak anjing. "Tidak akan. Andre akan membunuhku jika aku berani melakukannya."

[SVT FF Series] RetrouvailleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang