Seoul, pinggir sungai Han, 2018
Melodi menoleh ke kanan dan kiri. Dari banyaknya manusia disana, tidak ada orang yang datang sendiri ke sungai Han. Suasana sore hari di musim semi seperti ini memang waktu yang tepat untuk bersantai dengan keluarga, teman, atau pasangan. Hanya Melodi yang pergi kesana karena ingin menyendiri.
Gadis berusia dua puluh satu tahun itu menyingkir ke tempat yang lebih sepi. Ia memilih duduk di sebuah batu di bawah jembatan. Ada dua orang lain disana. Mereka hanyalah sepasang anak muda yang tampaknya sedang berbuat mesum. Ketika menyadari kehadiran Melodi, keduanya otomatis saling menjauh. Tak lama kemudian, mereka memilih pergi sembari mencibir Melodi tanpa kentara. Kini tinggallah Melodi seorang diri disana, duduk santai mendengarkan cemoohan muda-mudi tadi.
"Gue ngerti kalian ngomong apaan tau," batin Melodi.
Melodi mengayun-ayunkan kedua kakinya yang menggantung. Ia menghirup udara segar banyak-banyak dan menghembuskannya lewat mulut. Berulang kali ia melakukan hal itu. Setidaknya dengan begitu perasaan sedihnya sedikit terangkat. Ia bisa melupakan Nathan walau sebentar.
"Maaf, boleh aku duduk disini?"
Melodi mendongak. Ia mendapati seorang pria bertopi hitam menyapanya dengan bahasa Korea beraksen aneh. Gadis itu belum menjawab, namun si penanya sudah mengambil tempat duduk di sebelahnya.
"Anggap saja aku ini tidak ada. Jangan hiraukan aku," lanjutnya.
Melodi mengangkat kedua bahunya acuh. Lagipula ini tempat umum, semua orang bebas menggunakannya. Tanpa memperdulikan pria di samping, Melodi menyumpal kedua telinganya dan mulai mendengarkan kumpulan lagu hasil aransemennya sendiri selama ini.
Gadis itu menghentikan ketukan jemarinya ketika sebuah lagu bernada riang terdengar. Lagu yang ia buat dengan memikirkan indahnya cinta pertama. Lagu yang ia persembahkan untuk seorang Nathan. Melodi mematikan music player pada ponselnya. Ia tidak sudi jika harus mengeluarkan air mata berharganya untuk cowok brengsek itu.
Melodi mengernyitkan dahi. Ia tidak menangis tapi mengapa ia mendengar suara isakan? Gadis itu melepas earphone-nya. Ia melirik ke sebelah, sumber suara berasal.
Pria itu menangis sesenggukan. Ia tampak susah payah menahan tangisnya agar tidak pecah. Melodi pura-pura tidak tahu. Gadis itu, walaupun sangat penasaran pada alasan sang pria menangis, tetap memandang nyalang ke depan. Melodi tidak ingin membuat pria tak dikenalnya itu merasa malu.
Satu menit. Lima menit. Sepuluh menit.
Hati Melodi akhirnya luluh. Gadis itu tanpa menoleh ke samping, menyodorkan bungkusan tissue miliknya. Ia berdeham kecil sebelum buka suara.
"Kau pasti membutuhkan ini." Tangannya tetap terulur tanpa tersambut. Akhirnya Melodi menoleh. "Tenang saja. Tidak masalah kalau kau mau menangis di hadapanku. Lagipula kita ini tidak saling kenal, kau tidak perlu merasa malu. Aku tidak akan mengolokmu."
Pria itu terdiam beberapa saat. Dengan ragu, ia menerima tissue yang diulurkan Melodi. "Terima kasih."
"Kau... mau mendengarkan ini?" Tawar Melodi setelah beberapa saat keheningan yang tercipta kembali mencekik keduanya. "Ini lagu-lagu buatanku. Aku tidak tahu apakah laguku cukup bagus. Namun, kuharap suasana hatimu sedikit membaik dengan mendengarnya."
Gadis itu memutar playlist di ponselnya dengan volume sedang. Entah apakah caranya akan berhasil atau tidak. Yang jelas, Melodi berusaha sekeras mungkin agar pria di sebelahnya tidak terlalu sedih. Melodi sempat cemas, takut kalau orang itu akan melompat turun ke sungai untuk mengakhiri hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SVT FF Series] Retrouvaille
Romance[COMPLETE][SVT FF Series] --- The joy of meeting or finding someone again after a long separation; rediscovery. Xu Minghao, pria berkewarganegaraan China yang merantau ke Korea Selatan, mulai menemukan rumah barunya. Berawal dari rasa patah hati kar...