Sahabat

3.9K 386 26
                                    

Forth membuka matanya dan tersenyum ketika dia melihat wajah Beam didepan wajahnya. Tuhan, dia begitu sempurna. Seperti malaikat. Forth bisa melihat alis mata Beam yang tebal dan bulu matanya yang lentik dengan jelas. Pandangan Forth kemudian turun ke hidung Beam yang menjulang sempurna. Lalu ke bibir merahnya yang sedikit terbuka.Tanpa sadar Forth menelan ludahnya. Perlahan dia bergerak ke arah Beam dan mendekatkan wajahnya ke Beam. Tapi ketika dia hendak mengklaim bibir merah Beam, Beam membuka matanya.

Beam terkejut ketika dia melihat wajah Forth yang hanya berjarak satu centi dari wajahnya. Tanpa sadar dia mendorong tubuh Forth dan mencekiknya. Beam kini berada diatas Forth dengan jantung yang bergerak secepat pesawat tempur.

"Beam!" Forth mencoba berteriak dengan suara parau karena Beam mencekiknya. Dia juga memukul sisi tempat tidur. Beam yang tersadar melepaskan tangannya dari leher Forth. Forth terbatuk dan bernafas lega. Ia menatap Beam yang masih duduk diatas tubuhnya.

"aw jadi kamu suka melakukannya dengan kasar?" goda Forth sambil memegang kedua pinggul Beam dengan tangannya. Beam memerah dan memukul kepala Forth.

"Dasar mesum!" ujarnya sambil turun dari tubuh Forth dan berbaring di sebelahnya. Beam memberikan punggungnya pada Forth.

"Maaf. Aku....tanpa sadar tubuhku...." Forth terdiam sambil memandang punggung Beam. Perasaannya campur aduk saat ini. Bahagia karena dia bisa kembali bersama Beam. Lega karena Beam masih mau bicara padanya setelah apa yang dia lakukan padanya dan pernyataan cintanya.

Hening

Beam mencoba menyembunyikan pipinya yang terasa panas dari Forth. Dia mencoba mengatur irama jantungnya tapi selama Forth disebelahnya, dia tahu dia tidak akan mungkin berhasil melakukannya.

"Thanks..." ujar Beam mencoba melepaskan kecanggungan diantara mereka. Forth masih menatap punggung Beam lekat. Dia tidak mengatakan apapun.

"Aku tahu, tidak mudah berteman denganku selama lima tahun ini. Orang bilang aku anti sosial, membosankan, tidak jago olah raga, aneh, dan kaku. Tapi sejak awal kamu terus berada disampingku. Tidak menyerah menghadapiku" ujar Beam pelan tapi cukup untuk di dengar Forth. Forth terdiam dan mengigit bibirnya.

"...tapi maaf" ujar Beam sambil mencoba menahan perih di hatinya karena dia ingin mengatakan hal yang sebaliknya "aku tidak bisa membalas perasaanmu" ujarnya dengan suara parau karena tiba-tiba tenggorokkannya terasa kering.

Forth terdiam dan mendesah. Dia tahu ini akan terjadi dan dia sudah bersiap untuk patah hati tapi, mendengarnya langsung dari Beam tetap terasa menyakitkan. Dia meremas dada kirinya.

"Aku tahu" ujar Forth sambil mengacak rambut Beam lembut. Tapi Beam hanya diam. Dia mencoba untuk tidak menangis ketika dia merasakan tangan Forth di kepalanya. Forth melihat punggung Beam yang bergetar. Dia mendesah dan mendekat pada Beam lalu memeluk punggungnya.

"Kamu tidak perlu khawatir. Walau setelah ini aku tidak tidur denganmu lagi, aku masih sahabatmu. Seperti yang aku bilang, aku akan mengejarmu seumur hidup jadi bersiaplah" ujar Forth. Beam membalik tubuhnya.

"Tapi Fo-"

Forth menghentikan ucapan Beam dengan jari telunjuknya dan tersenyum ketika dia melihat wajah khawatir Beam.

"Aku baik-baik saja Beam" ujar Forth.

Beam terdiam dan mengigit bibirnya. Dia menyukai pria didepannya. Dia mencoba untuk tidak berhamburan ke dadanya dan membuat pengakuan.

"Sudah pagi....aku harus kembali ke kamarku" ujar Forth. Forth bangun dan hendak turun dari tempat tidur tapi Beam menahannya dengan menarik kaos Forth.

Mine, Now and ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang