Perpisahan

3.4K 351 15
                                    

"Apa kamu yakin soal ini?" tanya New.

Nate mengangguk

"Kenapa? Apa aku membuatmu tidak nyaman? Apa rumah itu kurang besar? Aku bisa merenovasinya jika kamu mau?" tawar New.

Nate menggeleng "Bukan begitu. Kami hanya ingin hidup mandiri. Kami tidak bisa selamanya bergantung padamu. Tidak baik bagiku. Terutama bagi Beam. Dia harus belajar mandiri. Dia terlalu bergantung pada Forth"

New menatap Nate tajam. Dia tidak yakin soal Beam bergantung pada Forth. Malah sebaliknya, Forth bergantung pada Beam. New yakin Forth bahkan tidak akan lulus SMP jika Beam tidak ada untuk membantunya belajar.

"Pikirkan baik-baik" New mengatakan pada Nate.

Nate tersenyum "Ini sudah pilihan yang terbaik" jawabnya.

New mendesah. Dia tidak tahu harus bersikap bagaimana. Ketika dia melarang Forth bertemu Beam di luar jam sekolah selama sebulan, Forth tidak mau bicara dengannya selama dua bulan. Dan memikirkan Beam harus berpisah dari Forth, New merasa kepalanya sakit. Bagaimana dia akan menjelaskannya pada Forth.

****

"Kita akan pindah. Sebelum kamu masuk SMA" ujar Ayahnya saat makan malam. Beam menatap ayahnya lekat

"Ok" jawabnya santai.

Ayahnya menatapnya bingung "Ok?"

Beam menatap Ayahnya bingung "Ehm...ok" jawabnya lagi. Kedua orangtuanya saling berpandangan.

"Dengar Beam, kamu mungkin tidak akan dapat bertemu dengan Forth setiap hari"

Beam menatap kedua orangtuanya dan tersenyum "Tidak masalah. Aku akan bertemu dengannya di sekolah" ujarnya.

Kedua orangtuanya kembali saling bertatapan. Terkadang mereka tidak mengerti tentang Beam. Mereka pikir Beam akan menentang keinginan mereka. Bagaimanapun Forth selalu bersama Beam dari sejak mereka kecil. Ketika Forth memutuskan untuk tidak lagi menginap di kamar beam, mereka melihat bagaimana Beam begitu terguncang. Melihat Beam yang terlihat santai mendengar mereka akan pindah rumah kedua orang tuanya malah khawatir.

Tapi mereka tidak mengatakan apapun lagi. Mereka senang Beam tidak protes atas keputusan mereka.

*****

Beam menatap ke arah jendela Forth. Pindah. Dia tidak akan bisa menemui Forth lagi kapanpun dia mau atau ketika dia merasa kesepian. Dia akan punya banyak waktu luang untuk dirinya sendiri. Terdengar menyenangkan. Yup. MENYENANGKAN.

"Apa yang kamu lakukan?"

Beam terkejut ketika tiba-tiba Forth muncul dari balik punggungnya. Beam memegang dada kirinya.

"Ai Forth" protesnya sambil memukul bahu Forth.

Forth tertawa "Kamu terlihat serius" ujarnya.

"Apa kamu merindukanku?" tanyanya sambil berjalan mendekat ke arah Beam. Beam memalingkan wajahnya dan berjalan mundur. Forth menatap Beam tajam. Entah sejak kapan, Beamnya semakin tinggi. Beam hampir setinggi dirinya saat ini. Dan dia semakin tampan. Semakin terlihat dewasa. Forth merasakan jantungnya berdetak hebat.

Beam menatap Forth yang memerah. Dia menendang kaki forth "Apa yang kamu pikirkan bodoh?" ujar Beam.

Forth memalingkan wajahnya "A-aku hanya berpikir kamu semakin tampan" jawabnya jujur.

Beam merasakan pipinya memanas mendengar jawaban jujur Forth. Dia menutup wajahnya dengan sebelah tangannya "Ini su-sudah malam" ujarnya sambil berjalan menjauh dari Forth. Tapi Forth menahannya tangannya.

Mine, Now and ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang