Pindah

8.6K 492 90
                                    

Beam menatap kosong ke arah rumahnya ketika dia melihat beberapa orang memindahkan perabotan didalam rumahnya ke dalam mobil. Dia tahu cepat atau lambat ini akan terjadi. Kedua orang tuanya tidak pernah membicarakan situasi di rumah padanya tapi dia mendengar ibu temannya membicarakannya.

"Aku dengar keluarga anak itu mengalami kebangkrutan"

"ckckck....aku dengar tuan Vongviphan ditipu milyaran rupiah. Kini dia harus membayar hutang berikut bunganya dan kehilangan investasinya"

Beam tidak terlalu mengerti pembicaraan tersebut tapi dari nada bicara mereka, Beam tahu kalau kedua orang tuanya dalam kondisi tidak baik. Beam akhirnya masuk dan melihat ibunya berdiri diam di ruang tamu yang mulai kosong. Ibunya menangis sendirian.

"Beam" ujarnya lemah ketika melihat Beam. Beam berjalan ke arah ibunya dan memeluknya erat. Beam mengusap punggung ibunya yang sedang menangis.

"Maafkan Mae dan Pho na ~ Beam" bisiknya di sela tangisnya.

Beam tidak mengerti kenapa kedua orang tuanya harus minta maaf padanya. Selama beberapa menit ibunya menangis di pelukannya. Dan beberapa jam kemudian rumah mereka telah kosong. Beam hanya memiliki sebuah koper penuh dengan baju dan buku pelajarannya. Dulu dia punya segalanya. Dia dan kedua orang tuanya bahkan pergi ke luar negeri ketika dia libur. Kini Beam harus mengucapkan selamat tinggal ke seluruh mainannya bahkan rumahnya.

Ibunya memasak mie instan di dapur. Beam bisa mencium aromanya. Dia turun ke lantai satu dan berjalan ke arah ibunya. Beam naik ke atas meja dapur dan memandang masakan ibunya. Dia menahan air liurnya.

"Maaf, Mae hanya punya ini" ujarnya sambil menangis dan mengusap air matanya. Beam tersenyum dan berterima kasih. Beam makan dengan lahap. Ibunya tersenyum melihat Beam tidak pernah mengeluh. Dia mengelus kepala Beam lembut.

"Mana Pho?" tanya Beam.

"Pho pergi menemui seseorang" ujar ibunya pelan.

Beam mengangguk mengerti. Dia terus makan. Ibunya mulai mengambil sendok dan ikut makan bersamanya.

"Ini enak" ujar Beam senang. Dulu orang tuanya begitu sibuk, dia bahkan selalu makan sendirian. Kini, ibunya selalu ada di sampingnya. Jadi dia merasa bersyukur. Ibunya tersenyum lebar.

"Terima kasih. Walau sulit kamu masih bisa tersenyum" ujar ibunya.

Beam tidak mengerti. Dia tidak pernah merasa kesulitan. Dia tidak keberatan kehilangan semua mainannya asal bisa tetap bersama kedua orang tuanya.

"Wah...baunya enak" tiba-tiba ayahnya masuk dan duduk di sebelahnya.

"Jahat. Kalian makan tanpa menunggu Pho" protes ayahnya. Ibunya menatap ayahnya bersalah.

"Aku pikir kamu akan lama berada disana" jawab Ibunya. Ayahnya tertawa.

"Semua berjalan lancar. New begitu baik. Dia bahkan menyuruh kita pindah besok pagi" ujar Ayahnya senang.

Ibunya bernafas lega dan berjalan ke dapur. Ia mulai memasak satu lagi mi instan. Beam menawarkan mie instan yang ada di mangkuknya ke ayahnya.

"Kenapa? Ini untuk Pho?" tanya Ayahnya bingung

"ehm...ini untuk Pho. Pho terlihat lelah" jawab Beam. Perkataannya membuat Ayahnya meneteskan air mata kemudian memeluknya erat.

"Makasih na. Sudah jadi anak baik dan tidak mengeluh sama sekali" ujarnya.

"Pho berjanji akan bekerja lebih keras" tambahnya. Beam mengangguk. Sejujurnya dia bahagia. Baru kali ini Ayahnya memeluknya selama ini.

"Ah...makanlah dulu" ujar ibunya.

Mine, Now and ForeverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang