Aku menceritakan semuanya. Mulai dari jatuhnya amplop di stasiun dan aku mengambilnya, hingga tentang Jamaika. Tapi sebaliknya, Orchid tak mau cerita.
Apa sungguh harus kutanyakan sendiri semuanya pada Jamaika?
"Dalam surat itu, Jamaika ngejelasin kalo dia bakalan buat kamu bahagia. Dari situ aku bingung hubungannya. Tapi aku cuma mau bilang. Kalo kamu berubah pikiran dan mau cerita apa pun apalagi tentangku, aku selalu ada, cukup temui aku."
Aku meneguk ludah. Baru kali ini, aku merasa sesak. Sesuatu bergejolak dalam dada. Sesuatu yang membuatku kecewa, sedih, marah, bingung. Sebuah rasa.
Rasa bersalah.
👽👽
"Selama aku bicara sama Orchid, kamu kemana aja, Jamaika?"
"Gue pulang karena gue nggak kuat buat liat muka Orchid. Jadi bikin gue sedih."
"..."
"Lo udah kembaliin suratnya ke Orchid?" tanya Jamaika. Rupanya dia sedang memainkan rambutnya sendiri di kamarku. Badannya rengas.
"Udah."
"Lo nggak ceritain kalo lo bisa lihat hantu?"
"Nggak. Semua orang nggak akan percaya."
"Gandi."
"Kenapa?"
"Wajah lo kok muram?" Jamaika tersenyum. Lagi. "Lo baik-baik aja?"
"Harusnya aku yang nanya, Jamaika. Kenapa kamu tetep tersenyum padahal semuanya nggak baik-baik aja?"
Nyatanya, dalam hatinya, Jamaika diam-diam menangis. Ada bunyi retakan, teriakan, kesakitan dari sana. Tapi satu fakta yang Jamaika sendiri tahu.
Bahwa dia tak lagi dapat ditolong.
-
#TBC!
KAMU SEDANG MEMBACA
31DWC-2 (Ghost Love)
HorrorBagi Gandi, bisa melihat hantu itu biasa saja. Tapi, semenjak dia mengenal hantu yang mendadak ada di kamarnya suatu hari... semuanya berubah.