Jakarta, Indonesia.
Aku tiba di pemberhentian kereta malam hari. Aku tiba di Jakarta setelah tadinya dari Bandung untuk acara lomba sekolah. Kata Papa di telepon, "Kamu lombanya lama banget. Papa Mama kangen."
"Ini udah sampe Jakarta, Pa."
Aku tertegun. Pikiranku penuh. Aku mulai turun dari kereta. Aku melangkahkan kakiku menuju rumah Papa. Tetapi, pandanganku mengarah ke seorang perempuan berseragam sekolah yang terlihat terburu-buru. Aku mengernyit. Orang gila mana yang malam larut begini masih memakai seragam? Apa yang dia lakukan?
Pikiranku terbuyar ketika melihat perempuan itu berlari cepat ke arah lain. Aku tak sempat melihat wajahnya. Dari tasnya, jatuh selembar amplop surat warna pink tanpa dia sadari. Aku mengedipkan mata sejenak. Hendak tak acuh, tapi dengan bodohnya aku peduli dan mengambil amplop itu, membawanya pulang.
👽👽
Sesampainya di rumah Papa Mama, aku mendapat sambutan hangat. Sambutan Papa Mama sendiri dan hantu-hantu yang mataku bisa lihat dari kecil. Tak seramai di stasiun kereta tadi.
Usai berbincang sebentar, aku segera ke kamar, membersihkan diri, kemudian berbaring ke kasur sejenak. Lalu terlintas di kepalaku akan amplop tadi. Kulirik sekilas di atas meja, kuambil, dan kubuka.
Tetapi tepat ketika hendak kubaca surat di dalamnya, ada hantu perempuan berambut hitam, berpakaian putih, badan kurus dengan air mata rebas yang menghentikanku. Mungkin dia hantu baru karena selama aku tinggal di sini, aku tak pernah melihatnya.
"Jangan dibaca, Gandi!"
Dan dari situlah, semuanya dimulai.
--
#TBC!
KAMU SEDANG MEMBACA
31DWC-2 (Ghost Love)
TerrorBagi Gandi, bisa melihat hantu itu biasa saja. Tapi, semenjak dia mengenal hantu yang mendadak ada di kamarnya suatu hari... semuanya berubah.