18. Rahasia

361 24 11
                                    

Dan di sinilah aku dan Jamaika sekarang, di ruang tamu besar Orchid setelah tadinya menunggu di luar cukup lama, sampai Orchid membuka pintu.

"Lo ngapain di sini, Gandi?" tanya Orchid sambil memberikan secangkir minuman dan hidangan, kemudian duduk di kursi ruang tamu.

Bagian dalam rumah Orchid tak kalah asrinya. Pot-pot tergantung di beberapa tembok, ada kolam ikan kecil berair jernih, macam perabotan rumah.

"Lo mau bahas soal Jamaika lagi?"

Aku mengangguk.

"Ya."

"Apalagi masalahnya?" Orchid terlihat tak mau berbasa-basi. Jelas kehadiranku merisaknya.

"Kamu tahu masalah yang paling dipikirkan Jamaika, nggak Orchid?"

"Tahu."

"Bisa nggak kamu ngasih tahu kronologi kematian Jamaika?"

Orchid terdiam sebentar. Wajahnya terlihat rumit—antara bingung, canggung, kagum—entahlah.

"Lo nggak perlu repot-repot ngurus Jamaika sampai situ. Kesalahan lo cuma nolak dia di ekskul musikalisasi. Udah, kan?"

Aku mengelak. Orchid tak mengerti. "Tapi Jamaika masih nggak tenang, Orchid. Dia belum bisa kembali ke alamnya. Dia susah cerita."

Jamaika di sisiku memelototiku. Seolah dari matanya dia bertanya: lo seriusan mau gue balik ke alam gue?

Orchid mengangguk. Oh.

Hingga kemudian Orchid menyadari sesuatu yang janggal dalam kalimatku.

"Apa?!"



--

#TBC!

31DWC-2 (Ghost Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang