Encounter

2K 235 28
                                    

(Levi's POV)

Ku buka mataku perlahan 'tuk menyesuaikan cahaya yang hendak memasuki retina ku. Sisi ranjang ku yang tadinya ditempati oleh sesosok laki-laki bersuraikan brunette kini telah dingin.

'Lagi? '

Ku regangkan tubuhku setelah bangun dari tidur ku, setelah itu bermaksud untuk menuju dapur dan meneguk segelas air.

Kicauan burung yang terdengar nyaring membuatku merasakan sesuatu yang janggal; terasa seperti dejavu
'Jangan bilang Eren memasukan burung itu ke dalam mulutnya lagi!? ' kira batinku, kemudian segera menuju balkon atas di mana aku meletakan sangkar burung itu.

"ㅡ Eren kauㅡㅡ!!? "
Mataku membelalak seketika begitu melihat tak ada satu pun seseorang di sana, hanya ada burung kecil dengan bulu putih kebuannya yang lambat laun membaik keadaannya.

"Ahh... Kau sudah habiskan makananmu ya? Kau pasti merindukan kebebasan di luar sana ya? Aku minta maaf, tapi ku rasa kau harus menunggu sebentar lagi. "
Burung kecil itu meresponku dengan mengeluarkan kicauannya sesekali memiringkan kepalanya. Entah ia mengerti dengan apa yang ku ucapkan atau hanya sebatas asumsi ku saja.

Dia tak berada di balkon atas, tidak ada di kamar, tidak ada di toilet, dapur, ruang tamu, teras; lagi-lagi dia keluar tanpa membangunkanku terlebih dahulu. Kuharap dia tak bersikap liar di luar sana dan menghajar banyak orang, jika iya, maka masalah tak dapat dipungkiri kelak.

Ku putuskan untuk membasuh diriku, kemudian menyeduh secangkir teh hangat kesukaanku untuk menghangatkan tubuhku selepas malam yang bersuhu rendah di musim panas yang hampir berakhir ini.

"Hmm? Kurasa aku harus membeli persediaan makanan lagi, " kataku begitu membuka lemari esku dan menyadari bahwa yang tersisa hanyalah dua buah apel fuji dan sebotol air dingin.

Mau tidak mau aku pun meninggalkan secangkir teh yang telah ku seduh, toh nanti juga masih bisa dihangatkan.
Ku ambil jaketku yang berwarna kan hitam yang kontras dengan pakaianku yang berwarna putih dan celana panjangku yang juga berwarna hitam. Tak lupa aku membawa dompet dan ponselku sebelum akhirnya aku mengunci pintu dan beranjak pergi menuju toko yang biasa ku kunjungi.

Selama beberapa menit kuhabiskan waktu untuk memilih bahan makanan, aku pun meletakan keranjang belanja merah itu di atas meja kasir setelah dirasaku cukupㅡ untuk di hitung jumlahnya.

"Totalnya 1500 Yen. "
Segera aku pun mengeluarkan dompetku untuk memberikan sang kasir wanita itu uang belanjaankuㅡ mataku membelalak seketika begitu melihat kartu ATM ku tak berada di tempatnya; yang ada hanyalah uang dengan nilai 500 Yen dengan kartu tanda pendudukku.

'Astaga! Kemana kartu ATM-ku!? Apa terjatuh??! ' batinku sambil meraba segala saku pakaianku yang ada, namun nihil.

"Anu... Maaf tapi bisa tolong lebih cepat, antrean di belakang Anda telah menunggu, " ucap kasir itu mengingatkan dan membuatku semakin panik.

'Oh astagaㅡ yang benar saja! Kurasa aku harus kembali lagi ke rumah tanpa membawa belanjaanku dan rasa malu.ㅡ Tch! '

"M-maaf ku rasa aku tak jadiㅡ "

"ㅡ Biar saya yang membayarnya, " ucap salah seorang laki-laki muda asing berkacamata hitam dengan jaket kulit coklat gelapnya dan topi polos hitam yang ia kenakan.

"Tidakㅡ tidak perlu repot-repot! " Aku mencegahnya.

"Tak apa, tuanㅡ ini uangnya, ambil saja sisahnya. " Pria itu bertubuh jauh lebih tinggi dariku. Mungkin sekitar 10 cm dariku.

"Ini milikmu, tuan, " kata lelaki bersuraikan coklat agak pucat itu sambil menyodorkan ku kantong belanjaan yang telah dibayar olehnya.

"T-terima kasih, " balasku tak enak hati dan ia membalasnya dengan senyumannya.

[ERERI] - I N D I G O - (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang