"Apa maksudmu?" tanya Andi.
"Yah, hanya untuk memastikan saja. Mungkin saja kan jawabannya iya," kata Nadia.
"Tapi kau menanyakan itu disaat yang tidak tepat," kata Andi.
"Ini adalah waktu yang pas, lagipula seperti di cerita tentang romantis biasanya laki - laki akan mengungkapkan perasaannya di atas bianglala," kata Nadia.
"Maaf, aku belum terpikir untuk masalah ini. Aku ingin fokus untuk membalaskan dendamku kepada orang yang telah membunuh ayahku. Kau kan juga tahu bahwa aku ini adalah werewolf," kata Andi.
"Aku tahu kalau kau itu adalah werewolf dan juga kau ingin balas dendam atas kematian ayahmu, tapi aku ingin mendampingimu untuk menghadapi orang itu," kata Nadia.
"Yah, aku juga belum memberitahumu siapa yang membunuh ayahku, bukan?" kata Andi.
"Ya, kau belum memberitahu siapa pembunuhnya. Memangnya kau tahu siapa dia?" kata Nadia.
"Yang membunuh ayahku adalah jenderal yang ada di kerajaan. Dan juga, dia adalah ayahnya Rafli," kata Andi.
"Apa? Yang membunuh ayahmu adalah ayahnya Rafli? Kenapa?" tanya Nadia.
"Iya, kau tahu kenapa? Semua orang bernafsu ingin menjadi raja, bukan?" kata Andi.
"Aku tidak menyangka saja kalau yang membunuh ayahmu adalah ayah sahabatmu sendiri," kata Nadia.
"Aku juga tidak menyangka yang membunuh ayahku adalah ayahnya Rafli. Tapi, aku tidak marah kepada Rafli karena yang salah bukan dia tapi ayahnya," kata Andi.
"Kau sangat bijaksana juga. Jujur, aku suka dengan sifatmu ini dan kesabaranmu itu sangat langka ditemui di dunia manusia. Manusia itu makhluk yang terkadang sering berburuk sangka kepada yang lainnya, padahal belum tentu itu adalah benar. Aku terkejut ketika kau mengatakan itu," kata Nadia.
"Ya, wajar saja karena aku adalah penerus generasi ayahku. Bila saat aku menjadi raja, aku harus bijaksana seperti ayahku karena rakyat adalah yang diutamakan bila menjadi raja. Makanya, aku harus menanamkan sifat ini sejak kecil," kata Andi.
"Baiklah, lagipula sekarang sudah malam. Sekarang kita pulang," kata Nadia.
"Ayo," kata Andi.
Mereka pun pulang ke rumah pada malam hari. Tiba - tiba, ada seseorang yang menghadang mereka di jalan.
"Wah, wah siapa yang datang ke sini? Ternyata, Nadia bersama laki -laki lain ya?" tanya orang itu.
"Siapa mereka? Kenapa mereka tahu namamu?" tanya Andi.
"Tak perlu basa - basi, namaku adalah Surya Putra. Aku adalah pacarnya Nadia," kata orang itu.
"Aku bukan pacarmu lagi, lagipula aku malas bertemu denganmu lagi," kata Nadia.
"Walau begitu, aku adalah laki - laki yang setia. Tidak sepertimu yang baru putus sudah ada penggantinya," kata Surya.
"Ini bukan pacarku, Surya. Dia adalah temanku," kata Nadia.
"Aku tak percaya pada kata - kata yang keluar di mulutmu itu. Intinya, kau telah membawa laki - laki lain bersamamu yang artinya kau tidak setia," kata Surya.
"Jangan banyak omong, kau telah mengganggu kami. Sekarang kau enyah dari hadapan kami," kata Andi.
"Wah, kau banyak nyali juga ya? Sepertinya kau bukan orang biasa," kata Surya.
"Walau kau melihatku dengan tubuhku yang tidak terlalu besar, tapi aku bisa bertarung dengan baik bahkan lebih baik darimu," kata Andi.
"Wah, kau meremehkanku hah? Beraninya kau!" kata Surya.
Surya lalu menyerang Andi dengan membabi buta namun Andi berhasil menghindarinya. Berulang kali, Surya menendang, memukul namun tidak ada yang berhasil menyentuh tubuh Andi. Lalu, pada saat Surya lengah Andi menyerangnya dengan cepat tanpa bisa dihindari dan tepat mengenai ulu hati Surya. Surya terkapar setelah mendapat pukulan itu.
"Jangan sok kuat jika belum bisa mengalahkanku. Nadia, kita pulang sekarang," kata Andi.
"Baik," kata Nadia.
Akhirnya mereka pergi meninggalkan Surya dan pergi ke rumah Nadia. Setelah Andi mengantar Nadia, Andi pulang ke rumah Adi untuk istirahat.
Sesampainya di rumah...
"Dari mana saja kau, Andi? Kenapa kau pergi lama sekali?" tanya Adi.
"Pasti kau sedang memanfaatkan waktu untuk berduaan dengan Nadia, kan?" tanya Kevin.
"Bukan, tadi aku sedang pulang dengan Nadia tiba - tiba ada orang yang menghadang kami pulang dan itu ternyata adalah mantan kekasihnya Nadia. Dia banyak omong sekali lalu aku bilang agar pergi dari kami, tapi dia malah menyerangku dan untung saja aku bisa membuatnya terkapar," kata Andi.
"Kau menggunakan kekuatan werewolf mu?" tanya Michael.
"Tentu saja tidak, manusia lemah seperti itu dihajar dengan kekuatan biasa saja sudah terkapar hampir mati apalagi menggunakan kekuatan werewolf pasti dia sudah kumakan hidup - hidup," kata Andi.
"Kau diam - diam ternyata kejam juga ya? Hahaha," kata David.
"Namanya juga werewolf, pasti dia punya hasrat untuk makan daging, bukan?" kata Adi.
"Ya, bagaimana dengan jalan -jalannya? Apakah ada yang seru?" tanya Rafli.
"Sebenarnya, aku tadi memang pergi bersama dia ke taman bermain. Kami bermain banyak wahana dan saat kami menaiki bianglala, Nadia menanyakan padaku tentang perasaanku padanya," kata Andi.
"Lalu, apa jawabanmu?" tanya Kevin.
"Aku belum menjawabnya. Aku masih ragu tentang perasaanku padanya. Aku hanya takut jika aku tidak bisa fokus untuk membalaskan dendamku pada pembunuh ayahku," kata Andi.
"Memangnya siapa sih yang membunuh ayahmu? Aku penasaran," kata David.
"Sebaiknya Rafli saja yang menceritakannya, aku ingin mandi dulu," kata Andi.
Lalu, Andi pergi meninggalkan mereka.
"Jadi, siapa yang membunuh ayah Andi? Kata Andi kau tahu," kata Kevin.
"Sebenarnya, yang membunuh ayah Andi adalah... ayahku," kata Rafli.
"Apa? Jadi yang membunuh ayah Andi adalah ayahmu? Benar - benar keterlaluan," kata Michael.
"Ya, memang. Aku juga ingin melawan ayahku karena itu adalah perbuatan terjahat dan harus dihukum berat," kata Rafli.
Tiba - tiba, Brian pulang ke rumah dengan keadaan babak belur.
"Apa yang terjadi padamu, Brian? Kenapa bisa begini?" tanya Adi.
"Sebenarnya, ada sesuatu yang terjadi," kata Brian.
Bersambung...
Jangan lupa vote dan comment ya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Sang Werewolf ✔
Werewolf[Tahap Revisi] "Harta, takhta akan membuatmu buta dan kau akan menggunakan segala cara untuk mendapatkannya. Jika kau bisa menahannya, hidupmu akan tenang. Tetapi, jika kau tidak bisa menahannya, kau akan mendapatkan kehancuran. - Andi Mahardika P...