ABTHA #3

5.9K 237 6
                                    

"Jangan mentang-mentang gue kemarin pinjemin lo payung, lo baper!" Abyan berkata dengan nada sinis.

"Ciee, lo perhatian." Ucapan Aletha membuat Abyan jengkel pada cewek itu.

"Najis gue perhatian sama lo!" kata Abyan ogah-ogahan.

Bima, Rion dan Cakra yang melihat perdebatan mereka berdua hanya terkekeh. Bima paling antusias jika mereka berdua bersama. Beda dengan Cakra yang sama sekali tidak suka pada sikap Aletha.

"Oh iya, gue bawa sesuatu buat lo." Aletha mengeluarkan kotak bekal yang di bawanya dari rumah dan menyodorkannya pada Abyan.

"Apaan? Gak mau," tolak Abyan lalu melanjutkan jalannya yang terhenti.

Aletha mengejar Abyan. "By, hargai dong! Gue udah bawain buat lo!"

"Gue gak nyuruh," ketus Abyan.

"Iya, tapi seenggaknya lo--"

Belum sempat Aletha menyelesaikan ucapannya, Abyan langsung mengambil kotak nasinya dari tangan Aletha. Sedangkan Aletha berseri-seri karena Abyan mau menerimanya. Baru pertama kali ini, padahal setiap Aletha membawanya, Abyan akan membuangnya atau memberikannya pada temannya.

"Alet! Gue cari-cari, gue mau ajak lo ke kantin tadi, tapi pas gue selesai ngerjain tugas, eh lo gak ada." Vega berucap sambil berjalan berdampingan dengan Aletha.

Aletha menoleh. "Lo tahu gak? Abyan nerima gue, eh--"

"WHAT? DEMI APA? LO NEMBAK DIA?" Vega terkejut dengan ucapan Aletha, maka dari itu dirinya refleks berteriak.

Aletha menjitak kepala Vega dengan kesal. "BEGO! GUE GAK NEMBAK! GUE BICARA BELUM SELESAI!"

Vega tersenyum malu. "Eh, maaf-maaf."

"Maksud gue itu, Abyan nerima kotak bekal dari gue!" kata Aletha heboh.

"Dih, kirain apaan," kata Vega memutar bola matanya.

"Vey, ini tuh moment langka!" kata Aletha.

"Oh iya, gue masih punya harga diri. Gue gak mungkin nembak cowok, gue emang blak-blakkan suka sama Abyan. Tapi bukan berarti gue ngemis-ngemis cintanya. Gue cukup sadar, gue gak pantas buat dirinya. Hanya saja, gue gak tahu kenapa suka banget ganggu dia," jelas Aletha. Kali ini, nada bicara Aletha benar-benar serius.

"Lo lagi curhat?" tanya Vega dengan polosnya.

"Gak, lagi ngupil!" ketus Aletha lalu berjalan meninggalkan Vega.

"EHHH! ALETHA TUNGGUIN!" teriak Vega.

***

"Bel, ini Aletha." Vega memperkenalkan Aletha pada temannya yang beda kelas, yaitu Belvania.

"Aletha," kata Aletha sembari berjabatan tangan. "Belvania," balasnya.

"Kata temen gue, lo emang gak tahu malu, lo percaya diri, tapi lo juga cantik," kata Belva mengingat teman-teman kelas cowoknya selalu membicarakan Aletha.

"Oh ya? Aduhh, jadi malu gini," kekeh Aletha.

Vega hanya ikut terkekeh. Mereka bertiga sedang menghadiri kumpulan ekskul vokal. Ini kehadiran pertama bagi Aletha. Vega yang menginginkan Aletha masuk vokal karena memang suara Aletha yang lembut dan enak di dengar. Vega tidak menyangka kalau Aletha suka mengcover lagu, di hp-nya banyak sekali video Aletha bernyanyi. Andai saja Aletha menguploadnya di sosial media, pasti Aletha semakn terkenal.

"Seneng bisa kenal sama lo, orangnya asyik," kata Belva sambil tersenyum.

"Thanks! Gue selalu terbuka selagi orang itu bersikap baik sama gue," balas Aletha.

Aletha berpamitan dengan Vega dan Belva karena papanya menjemput. Tumben sekali papanya menjemput, biasanya papa Aletha sangat sibuk bekerja di kantor. Namun, Aletha memang senang jika papanya bisa meluangkan waktu untuknya.

"Papa baru pulang kerja?" tanya Aletha saat berada di dalam mobil.

"Iya, hari ini pulang lebih awal." Andre atau papanya Aletha tersenyum.

"Kamu kenapa pulang jam segini? Biasanya udah ada di rumah," tanya papanya itu.

"Alet di ajak temen buat masuk vokal," jawab Aletha.

Andre terkekeh pelan. "Serius kamu masuk vokal?"

"Papa gak percaya banget sama Alet, suara Alet kayak Agnes Monica gitu." Aletha seperti biasa bercanda bersama papanya.

Andre menepikan mobilnya di cafe miliknya sendiri. Cafe ini sudah di bangun sejak lama. Cafe ini yang sering di kunjungi Abyan, dkk. Namun, mereka tidak tahu kalau cafe ini milik papanya Aletha.

"Kalau papa nikah lagi gimana?" tanya Andre tiba-tiba yang membuat Aletha yang sedang minum tersedak.

"A-apa?" tanya Aletha terkejut.

Kedua orang tua Aletha bercerai satu tahun yang lalu. Aletha jadi teringat pada adiknya yang meninggal satu tahun yang lalu juga. Harusnya sekarang adiknya yang bernama Agatha itu kelas X SMA. Hanya beda satu tahun umurnya dengan adiknya itu. Soal kedua orang tuanya bercerai karena mamanya Aletha yang selingkuh dan memilih pergi. Itu membuat Aletha sedih, tidak ada lagi yang membuatkan sarapan seperti dulu waktu SMP.

"Alet gak mau," balas Aletha dengan jujur.

"Aletha, papa gak bisa jagain kamu tiap hari. Kadang papa ada kerja ke luar kota dan kamu di tinggal. Papa pengen mama yang baru buat jagain kamu," jelas Andre.

"Gak mau! Aletha tetap nolak!" tegas Aletha dengan mata berkaca-kaca.

"Ini juga buat kebaikan kamu, sayang," ucap Andre dengan nada lemah lembut.

"Gak! Keputusan aku udah bulat!" Aletha bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan papanya sendirian.

Papa cuma pengen kamu terjaga, batin Andre.

Matahari sudah mulai tenggelam, sedangkan Aletha masih memakai seragamanya dan berjalan-jalan tidak karuan. Pikirannya terus teringat pada ucapan papanya. Sungguh, Aletha tidak menginginkan mama baru. Aletha cukup papanya yang sibuk tapi bisa meluangkan waktu untuknya. Aletha rindu dengan mamanya. Aletha tidak tahu mamanya pergi ke mana.

Inilah sikap Aletha di balik keceriaannya. Sering menutupi dengan senyumannya.

"Aletha? Kenapa belum pulang?" Afkar atau teman satu komunitas anak gunung tidak sengaja melihat Aletha.

"Eh? Gue lagi cari angin aja," kata Aletha berbohong dan tersenyum lebar.

Gue tahu, senyum lo gak meyakinkan, batin Afkar.

"Masa, sih? Jam segini?" tanya Afkar.

"Iya bener, enak aja gitu," balas Aletha sambil tersenyum.

Afkar mengangguk-ngangguk. "Gue anter pulang, ayo!"

"Gak usah, Af," tolak Aletha dengan halus.

"Gak apa-apa, daripada keburu malem dan gak ada angkutan umum," bujuk Afkar.

"Ada grab, gojek, masih banyak, kok." Benar kata Aletha, tetapi Afkar akan tetap membujuknya.

"Biar irit aja, lumayan uangnya bisa di tabung," balas Afkar dengan senyum khasnya yang membuat siapapun suka dengan senyumnya.

Aletha terkekeh pelan. "Oke, oke, makasih sebelumnya."

ABTHA [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang