Keesokan harinya, Aletha tiba lebih awal ke sekolah dari biasanya. Kedua matanya mencari-cari seseorang namun tak kunjung ia temui. Ya, Abyan-lah orang itu. Ia memilih untuk ke kelasnya setelah mencari Abyan di kelasnya tak ada. Ia segera mengeluarkan ponselnya lalu mengetik pesan untuk Abyan.
Vega baru saja memasuki kelas dan mendapati Aletha yang sibuk dengan ponselnya.
"Tumben datang pagi," ucap Vega sambil mendudukan bokongnya di kursi.
Aletha mengalihkan pandangannya dari ponsel ke Vega. "Eh Vey, selamat pagi."
Vega kebingungan dengan Aletha yang tidak biasanya mengucapkan selamat pagi. "Lo sehat?" tanya Vega sambil tangannya memegang dahi Aletha namun tidak panas sama sekali.
"Sehatlah!" sewot Aletha.
Vega hanya menggelengkan kepalanya, nanti juga sikapnya akan seperti biasa lagi. Daripada melihat Aletha yang bolak-balik membuka layar ponselnya, lebih baik Vega menyumpal telingannya dengan earphone.
"Vey, lo liat Abyan gak tadi?" tanya Aletha yang di balas gelengan kepala oleh Vega.
Aletha melirik jam tangannya, masih ada lima menit lagi menuju bel masuk. Jika ia ke kelas Abyan, pastinya tidak akan keburu. Jarak antara kelas Aletha dan Abyan yang cukup jauh. Andai saja kelasnya bersebelahan, jadi mudah untuk Aletha mengintip Abyan di kelasnya.
Kali ini, jam pertama bagian geografi. Teman kelasnya hampir semua tidak suka geografi, katanya lebih baik ekonomi. Sedangkan Aletha ogah-ogahan dengan pelajaran ekonomi. Karena guru geografi yang terkenal galak juga, teman-teman Aletha terpaksa mencatat apa yang di perintahkan. Aletha tak perlu mencatat karena ia telah mencatat duluan saat dulu latihan Olimpiade Geografi.
"Let, gue lagi males belajar geo, nih," bisik Vega pada Aletha.
"Ya kalau males jangan di kerjain," balas Aletha dengan enteng.
"Nanti Pak Dadang marah," kata Vega dengan suara pelan takutnya ketahuan oleh guru di depan.
"Kalau lo gak mau ribet, ya udah jangan di kerjain. Kalau lo takut di marahin, ya udah kerjain aja. Simple, kan?" Aletha membalasnya dengan santai. Vega hanya menghela napasnya lalu kembali mencatat.
***
Bel istirahat berbunyi, Aletha dan Vega berjalan beriringan menuju kantin. Sesampainya di sana, sudah ada Belva yang duduk sendirian. Keduanya menghampiri Belva dan mendudukan bokongnya di kursi. Mata Aletha sibuk mencari-cari Abyan.
"Lo cari Abyan, Let?" tanya Belva yang di balas anggukan oleh Aletha.
"Tadi sama Rion ke ruang osis," jawab Belva.
Aletha bangkit dari tempat duduknya lalu kakinya melangkah menuju ruang osis untuk menemui Abyan. Aletha tersenyum tipis saat melihat Abyan berada di luar ruang osis dengan di tangannya ada beberapa lembar kertas. Ia mendekati Abyan.
"Hai," sapa Aletha dengan riang.
"Hai juga," sapa balik Abyan yang masih fokus dengan beberapa lembar kertas.
Abyan masuk ke dalam ruang osis dan menyimpan beberapa lembar kertas di atas meja. Ia menatap Rion dan meminta izin untuk berbicara dulu dengan seseorang yang berada di luar ruang osis.
"Ada apa?" tanya Abyan dengan senyuman tipis.
Aletha kini menatap Abyan yang berada di hadapannya. "Gue mau bilang makasih."
Abyan menaikkan sebelah alisnya. "Untuk?"
"Untuk semuanya, kayaknya gue gak usah ribet-ribet buat balas dendam sama Bintang. Kemarin lo pukul dia itu udah cukup bagi gue, lo keren!" Aletha mengacungkan jempolnya yang kanan sambil mengedipkan sebelah matanya.
Abyan terkekeh pelan. "Iya sama-sama, gue minta maaf untuk semua perlakuan gue selama ini udah jahat sama lo."
Aletha mengangguk-ngangguk. "Oke gak apa-apa."
"Oh iya, lo lagi ngapain di sini?" tanya Aletha merasa senang karena Abyan berubah menjadi baik kepadanya.
"Bentar lagi kelulusan kelas XII, gue selaku panitia lagi siapin acaranya," jawab Abyan.
Aletha mengingat minggu depan itu ujian kenaikan kelas. Setelah seminggu ujian akan di adakan acara kenaikan kelas sekaligus pelulusan kelas XII. Dua hari setelah acara, akan di adakan satu minggu di Bulan Ramadhan dan akan di isi oleh hal-hal keagamaan. Lalu liburan kenaikan kelas sampai lebaran nanti. Setelah lebaran, itulah hari yang di tunggu Aletha karena akan muncak bersama anggota komunitas gunung lainnya.
"Ya udah, lo lanjutin aja. Semangat!" Setelah mengucapkan itu, Aletha kembali ke kantin bersama kedua temannya itu.
***
Satu minggu berlalu, ujian kenaikan kelas di lalui dengan susah senang. Selama seminggu kelas XI.IPS.1, ada yang rela datang pagi-pagi hanya untuk menghapal karena malamnya belum menghapal. Adapun yang malas-malasan, ada yang biasa saja dan juga yang super rajin. Aletha termasuk yang biasa saja.
Di rumah pun, suasana masih canggung dan tak pernah bicara lama dengan Shofia. Aletha masih sama, belum menerima Shofia sedikit pun. Sedangkan papanya selalu sibuk dengan pekerjaan kantor.
Ada yang beda sekarang, Abyan tidak lagi ketus ataupun marah-marah ketika di hampiri oleh Aletha. Aletha jarang bertemu dengan Abyan karena cowok itu sibuk dengan persiapan acaranya, ia tak mau menganggu dan membuatnya marah. Sedangkan dengan Bintang, cowok itu masih sinis jika bertemu dengan Aletha. Sesekali pernah mereka berdebat karena tak sengaja bertabrakan saat di belokan.
"Let, udah mau naik kelas XII, lo rencana kuliah di mana?" tanya Vega sambil mengaduk-ngaduk minumannya.
"Hmm ... gak tahu, belum kepikiran," jawab Aletha.
Kini tatapan Vega beralih ke Belva. "Kalau lo, Bel?"
"Gue mau ke UGM di Yogyakarta," balas Belva.
"Waw! Gue sih di universitas yang gak jauh dari sini aja, soalnya kasian mama gue gak mau jauh-jauh dari gue."
"Gue mau ke Swiss aja," timpal Aletha yang membuat kedua temannya tertawa.
"Ish! Bukannya di do'ain, malah di ketawain!" kata Aletha yang memang sebenarnya ia menjawab asal ingin ke Swiss.
"Iya-iya!" sahut Vega.
Di tempat lain, Abyan fokus dengan laptopnya. Ia sedang membenarkan proposal yang kemarin sudah di ajukan pada kepala sekolah. Ada beberapa yang salah. Waktunya tersita untuk kumpul dengan teman-temannya. Di antara keempat cowok itu, hanya Abyan dan Rion yang ikut OSIS.
"Yon, kalau lo mau ke kantin gue nitip minum ya!" ucap Abyan sambil meregangkan tangannya.
"Gue juga nitip sama si Cerry," sahut Rion menyebut Cerry atau sekretaris di osis.
"Oh iya, katanya si Bintang bakal ikut jadi panitia nanti pas acara." Rion yang tidak sengaja mendengar percakapan pembina osis dengan Bintang.
Abyan terkejut. "Serius?"
"Iya, By. Gue takut dia rencanain sesuatu buat lo," ujar Rion yang di balas anggukan setuju oleh Abyan.
Abyan tidak terima begitu saja, ia harus protes pada pembinanya. Ia sebagai ketua pelaksana harus tegas, Bintang yang sebagai murid baru tiba-tiba ikut serta panitia jadinya kan aneh.
"Tenang, Yon. Gue bakal bilang sama pembina."
KAMU SEDANG MEMBACA
ABTHA [Sudah Terbit]
Teen FictionCover by Obi Art Aletha Tanisha, cewek hiperaktif dan pecicilan yang mengejar hati seseorang. Tidak ada kata sedih dan menyerah di kamusnya. Memang terkadang sakit hati namun selalu ada motivasinya untuk terus berjuang. Di kala hatinya senang, berbu...