"Aww!" pekik Aletha ketika tidak sengaja bertubrukan dengan seseorang.
Aletha mendongak dan mendapati cowok yang selama ini ia benci. "Hati-hati dong! Gimana sih jalan nya?!"
Bintang terkekeh. "Lo aja yang gak hati-hati."
"Kenapa jadi gue? Jelas-jelas lo tau gak sih yang kayak di sengaja!" Aletha memutar bola matanya malas.
"Selamat ya, lo udah berhasil bikin gue kemarin di hukum. Liat aja apa yang udah gue lakuin sama lo," ucap Bintang dengan nada seperti mengancam lalu tersenyum sinis.
"Apa lagi? Bikin rencana yang kampungan lagi? Norak banget, sih!" ledek Aletha lalu tertawa.
Bintang menggertak kesal, berani-beraninya cewek itu bicara norak. "Awas lo! Liat aja setelah ini lo akan nangis-nangis!"
"Gue gak takut!" Aletha berucap kemudian menjulurkan lidahnya ke arah Bintang.
Sebelum Bintang berkata, Aletha sudah kabur terlebih dahulu. Tidak ada gunanya untuk meladeni cowok seperti Bintang yang bisanya hanya mengancam, membikin rencana yang kampungan. Langkahnya terhenti tepat di hadapan Vega. Masalah kemarin belum juga kelar.
"Vey, lo masih marah? Apa salah gue?" tanya Aletha dengan hati-hati.
"Lo ngomong sama gue?" kata Vega membuat hati Aletha mencolos.
"Iya, gue--" belum sempat Aletha selesai berbicara, Vega sudah meninggalkannya.
Aletha menghela nafas pelan. "Apa salah gue, sih?" tanyanya pada diri sendiri.
"Mungkin ada kesalahan yang gak lo sadari, hal kecil tapi menyakitkan."
Aletha membalikkan tubuhnya dan mendapati seseorang yang barusan menjawab. "Gue udah berusaha bujuk dia buat bilang, gue udah mikir dari kemarin apa yang udah gue lakuin sama dia sampai dia abaikan gue."
"Sabar dulu, gue tahu lo orang yang gak gampang menyerah. Buktinya lo sekarang bisa bikin gue luluh sama sikap lo," kata Abyan dengan nada lembut.
"Luluh?" tanya Aletha tersenyum tipis.
Abyan terkekeh. "Udahlah, itu jangan di pikirin. Gue bantu lo buat baikan sama teman lo itu."
"Serius?" pekik Aletha senang.
"Iya, Let," jawab Abyan membuat Aletha tersenyum.
***
Aletha berjalan beriringan bersama Abyan menyusul Vega yang sudah berada di parkiran. Aletha memanggil nama Vega beberapa kali namun di abaikan, lagi. Matanya membelak ketika Vega menaiki motor bersama Bintang. Aletha langsung berseru pada Abyan untuk segera mengikuti mereka.
Untung saja di situ ada Bima, Abyan pun langsung mengambil alih kunci motor Bima kemudian melaju dengan kecepatan tinggi menyusul Bintang dan Vega. Setelah beberapa menit, motor yang di kendarai Bintang berhenti tepat di sebuah gedung kosong tak berpenghuni. Begitu juga dengan Abyan dan Aletha yang langsung menghampiri Bintang dan Vega.
"Vey! Selama ini lo nusuk gue dari belakang?" tanya Aletha to the point.
"Lo pikir Vega bakalan betah temenan sama lo? Lo harusnya sadar, lo gak selalu ada di saat Vega sedih, lo egois." Bukan Vega yang menjawab melainkan Bintang.
"Gue ngomong sama Vey bukan sama lo!" sentak Aletha mulai emosi.
"Tenang dulu, Let," kata Abyan yang berusaha tenang.
"Apa yang di katakan Bintang emang bener, kok," sahut Vega yang membuat Aletha terkejut. Padahal sebelumnya ia dan Vega baik-baik saja, bahkan sudah berapa kali di pikirkan dirinya tidak ada salah apapun dengan Vega.
Aletha memicingkan matanya, ia merasa ada yang mencurigakan dari mereka berdua. Apalagi raut wajah Vega yang sulit di deskripsikan. Ia pun berbisik pada Abyan untuk berjaga-jaga takutnya akan terjadi apa-apa.
"Setelah lo kemarin hampir hancurin gue, lo sekarang mau hancurin temen gue? Lo belum puas?" kata Abyan kepada Bintang.
"Gue udah bilang berapa kali, gue pengen lo rasain apa yang gue rasain dulu," balas Bintang sambil tertawa sinis.
"Balas dendam bukan solusi yang baik dan gak ada gunanya mengungkit masa lalu," kata Abyan mencoba sabar untuk tidak terpancing emosi.
Bintang terkekeh pelan lalu bertepuk tangan sebanyak dua kali. Muncul sekelompok orang menghampiri Aletha dan Abyan. Aletha sudah curiga dari awal dan ternyata benar dugaannya. Sekarang Abyan dan Aletha di kelilingi oleh sekelompok orang-orang berpakaian hitam yang jumlahnya lumayan banyak.
Lah? Kenapa Vega ikut serta dalam hal ini? Tanya Aletha dalam hatinya.
Sekelompok orang tersebut mulai menghajar mereka berdua. Abyan yang tidak terlalu jago dalam hal berantem kesulitan melawan beberapa orang. Aletha juga sama halnya dengan Abyan. Bintang yang melihatnya hanya tertawa puas, sedangkan Vega memasang wajah datar saja.
"Tolong! Tolong!" Aletha berusaha berteriak semoga saja ada orang yang melewat untuk membantunya.
Bintang tertawa dengan puasnya. "Mampus lo! Gak akan ada yang bantu kalian!"
Aletha melebarkan mata ketika melihat Abyan yang terjatuh tidak berdaya. Ia menutup mulutnya tidak percaya karena Abyan tertusuk pisau. Dengan cepat, ia langsung menghampiri Abyan.
"Abyan! Tahan dulu ya, gue bakal telepon dulu temen-temen." Terlihat wajah cemas Aletha, tangannya meraih ponselnya yang berada di saku rok dan segera menelpon Bima.
"Hallo?"
"Bima lo cepet ke sini! Abyan terluka! Gue send alamatnya!"
"Abyan kenapa? Terus--"
Aletha mematikan sambungannya lalu mengirim lokasinya. Ia melihat darah di perutnya, pastinya terasa ngeri. Segerombolan orang tersebut sudah pergi bersama Bintang begitu juga Vega. Beberapa menit kemudian, Bima dkk sudah datang. Mereka pun langsung menggotong Abyan masuk ke dalam mobil. Air matanya terjatuh, baru kali ini ia menangis di depan teman-temannya. Apalagi ini teman-teman Abyan. Selama perjalanan, ia terus berdoa agar Abyan tidak kenapa-napa.
"Tenang, Let. Abyan pasti gak apa-apa," kata Rion mencoba menenangkan Aletha saat tiba di rumah sakit.
"Alet!" Belva yang tadi langsung di hubungi pun baru saja tiba dan memeluk Aletha. "Jangan nangis, gue selalu liat sosok lo yang ceria bukannya kayak gini."
"Apa lo gak bakal nangis kalau orang yang lo sayang terluka?" balas Aletha heran dengan teman-temannya sejak tadi menyuruhnya berhenti menangis. Padahal tidak ada salahnya, wajar jika bersedih ketika orang yang penting di hidupnya terluka.
Belva hanya menghela nafas pasrah, ia membiarkan Aletha menangis sepuasnya. Sedangkan Bima sibuk menelpon orang tuanya Abyan yang sejak tadi tidak di angkat. Bima tahu, orang tua Abyan sibuk dengan dunia pekerjaan.
"Udah di angkat?" tanya Cakra pada Bima.
"Belum, Cak," balas Bima dengan raut wajah pasrah.
"Gue mau tanya ke Alet kenapa bisa kayak gini."
"Tunggu! Jangan sekarang, lo liat kondisi Alet lagi sedih gitu. Lebih baik nanti aja," cegah Bima.
"Ya udah," balas Cakra kemudian duduk di sebelah Rion.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABTHA [Sudah Terbit]
Teen FictionCover by Obi Art Aletha Tanisha, cewek hiperaktif dan pecicilan yang mengejar hati seseorang. Tidak ada kata sedih dan menyerah di kamusnya. Memang terkadang sakit hati namun selalu ada motivasinya untuk terus berjuang. Di kala hatinya senang, berbu...