Ternyata ucapan Aletha benar, Bintang sudah menyiapkan strategi. Namun, Abyan bisa menebaknya apa yang akan di lakukan Bintang. Otaknya terlalu mudah untuk menebak rencana murahan seperti Bintang. Pertama, Bintang menemui Abyan dan akan memancing emosinya lalu setelah emosinya memuncak, ia akan tidak segan-segan menghajar Bintang. Kedua, temannya akan mengundang beberapa siswa-siswi yang sedang melewat. Ketiga, Bintang akan memainkan dramanya yaitu berpura-pura tersakiti. Itu memang baru menurutnya, tapi ia yakin 99% itu rencananya.
"Arlan, eh, sorry maksud gue Abyan." Bintang sengaja mengatakan itu.
Abyan terkekeh, ia semakin yakin dengan spekulasinya. "Oh, gak apa-apa kalau lo mau manggil gue dengan sebutan itu. Artinya persahabatan kita masih sampai sekarang, kan?"
Bintang tidak menyangka dengan jawaban Abyan barusan, ia kira Abyan akan marah atau emosi sedikit. Tak apalah, ini baru awalan. "Lo sebut persahabatan? Tapi sayangnya gue gak ya, karena gue udah jijik sama lo. Punya sahabat yang suka hasut orang dan bully orang."
Tahan Abyan! Okelah, itu memang faktanya, tapi itu sudah lama. Itu saat menginjak sekolah dasar, harusnya memaklumi karena baru anak kecil yang belum terlalu tahu mana yang benar atau mana yang salah.
"Mana bedanya sama lo yang sekarang? Lo yang hasut teman gue." Singkat, tapi membuat Bintang tidak menyangka lagi dengan jawaban Abyan.
Bintang tertawa sinis. "Oh iya, kayaknya Aletha tergila-gila sama lo. Heran gue, padahal lo apa bagusnya."
Abyan tidak suka jika masalahnya membawa nama-nama orang lain. "Gak usah bawa orang lain. Masalah lo cuma sama gue."
"Ya tergantung, itu juga kan sama-sama orang di sekitar lo," balas Bintang enteng.
Abyan menahan emosinya. Seharusnya ia tidak usah ribet-ribet menjawab pertanyaan Bintang. Lebih baik ia memilih untuk pergi, tetapi di tahan oleh Bintang.
"Lo mau kabur?"
"Gue bukan maling yang mau kabur, jadi hak gue mau pergi atau enggak," ketus Abyan. Kedua tangannya di masukkan ke dalam saku hoodie-nya lalu pergi meninggalkan Bintang.
Bintang menendang pot yang ada di sekitarnya, emosinya hampir meledak. Ternyata sulit sekali untuk menghancurkan hidup Abyan, teman masa kecil yang sekarang menjadi rivalnya. Mungkin Bintang egois, tapi ia masih tidak terima dengan perlakuan Abyan di waktu dulu.
***
Aletha baru saja pulang dari sekolah, ia melihat wanita itu sedang menonton tv. Ia menghela napasnya lalu melewati Shofia begitu saja. Sampai sekarang ia masih belum menerimanya sebagai mama baru. Ia sangat rindu pada mamanya.
"Aletha!" panggil Shofia yang melihat Aletha akan naik tangga.
Aletha memutar tubuhnya dan memasang wajah datar.
"Mama udah masak buat kamu, setelah ganti baju langsung ke bawah ya," ucap Shofia dengan nada lembut.
Aletha melihat ketulusan dari Shofia, tetapi entah kenapa rasanya ia malah tidak menyukai Shofia.
"Terimakasih, Aletha masih kenyang." Setelah itu, Aletha melanjutkan menaiki tangga menuju kamarnya dan mengabaikan Shofia yang memasang raut wajah kecewa.
Tubuhnya di hempaskan ke atas kasur, matanya terpejam sekejap kemudian Aletha melirik figuranya yang berisi foto bersama keluarganya. Di sana tampak kebahagiaan yang tiada tara. Aletha yang berada dipangkuan mamanya dan Agatha dipangkuan papanya. Aletha mengelus figura tersebut, andai saja sampai sekarang keluarganya masih utuh.
***
"Hello! Bidadari mau lewat, nih!"
Suara khas milik Aletha membuat orang-orang bergerak mundur, memberi celah untuknya. Bukan Aletha kalau tidak suka menerobos saat di kantin, ia tidak suka mengantri. Ia tersenyum lebar kepada orang-orang sekitar sambil membawa nampan berisi bakso kemudian meletakkannya di atas meja kantin bersama Vega dan Belva.
"Gila lo! Lo gak liat ada yang marah-marah tadi? Ada yang ngoceh juga katanya udah lama ngantri, tapi lo seenaknya gitu aja," cerocos Vega tidak percaya dengan perlakuan temannya ini.
"Lo mau keburu mati karena kelaparan?" tanya Aletha santai. "Lagian enak di lo juga, sekarang udah ada baksonya."
Vega benar juga, tidak ada salahnya. Jadi ia tidak usah menunggu lama-lama. "Ya, ya, ya, terserah."
"Diem-diem mulu lo kayak yang bosen hidup aja," tegur Aletha pada Belva.
"Sembarangan lo! Gue diem bukan berarti bosen hidup, lagian lo gak cape kerjaan ngomong terus?" Belva menjawab.
"Bel berbunyi, dengerin gue, bukan Aletha banget kalau sehari tanpa usil sama deketin Abyan tentunya!" seru Aletha sambil senyam-senyum.
Belva memutar bola matanya. "Nama gue Belvania bukan Bel berbunyi!"
Aletha dengan tampang polos tertawa. "Suka-suka gue!"
Vega yang mendengarnya hanya terkekeh. Sahabatnya itu terkadang menyebalkan, kadang juga baik hati bak malaikat. Percaya tidak percaya, Aletha pernah memberikan sekotak nasi dan selembar uang seratus ribu pada kakek-kakek yang di pinggir jalan. Lalu memberikan baju-baju yang masih layak pakai ke panti asuhan.
"Heh!" Bintang menepuk bahu Aletha yang membuat cewek itu sedikit terperanjat.
Aletha menatap tajam ke arah Bintang. "Mau ngapain lo benda langit?!"
"Jangan bilang kalau mau minta jajan, gue gak punya duit," kata Aletha sok tahu.
"Siapa juga yang mau minta duit sama lo, gue masih mampu!"
"Terus mau apa? Mau modus?"
Bintang berdecak kesal. "Lo gak mau liat orang yang lo suka lagi menderita?"
Aletha langsung melebarkan matanya. "Abyan maksud lo? Lo apain dia?"
Aletha bangkit berdiri lalu memicingkan matanya curiga Bintang melakukan sesuatu pada Abyan. "Sebenarnya lo punya dendam apa sama dia? Lo murid baru tapi udah stress!"
Setelah mengucapkan itu, Aletha langsung beranjak pergi untuk mencari Abyan. Sedangkan Bintang sudah memasang wajah marah, ada-ada saja cewek itu menyebutnya stress.
"Bim, Abyan mana?" tanya Aletha saat melihat Bima berdiri di depan kelas bersama Cakra.
"Abyan di UKS, tadi si Bintang bikin dia emosi. Gue heran sama si Bintang apa maunya," balas Bima.
"Lebih baik lo jangan ganggu dia," timpal Cakra.
Aletha tidak mendengarkan perkataan Cakra, ia ingin melihat Abyan. Langkah Aletha terhenti tepat di depan UKS. Tanpa pikir panjang, ia membuka pintu UKS dengan perlahan. Ia melihat sosok Abyan yang terbaring di atas ranjang. Entah apa yang membuat cowok itu bisa di sini.
"Abyan, lo gak apa-apa?" tanya Aletha sambil menatap punggung Abyan yang menyamping.
***
Bonus pict Aletha Tanisha
KAMU SEDANG MEMBACA
ABTHA [Sudah Terbit]
أدب المراهقينCover by Obi Art Aletha Tanisha, cewek hiperaktif dan pecicilan yang mengejar hati seseorang. Tidak ada kata sedih dan menyerah di kamusnya. Memang terkadang sakit hati namun selalu ada motivasinya untuk terus berjuang. Di kala hatinya senang, berbu...