Aletha Tanisha
***
"Selanjutnya sambutan dari ketua pelaksana."
Suara MC itu membuat riuh tepuk tangan siswa-siswi karena mereka tahu ketua pelaksananya adalah Abyan. Cowok yang selama ini selalu jadi panutan siswa-siwi di sekolah. Selalu menjadi kebanggan guru-guru, apalagi jiwa kepemimpinannya yang bagus.
Beberapa menit kemudian, Abyan belum saja naik ke atas podium. MC sempat mengisi kekosongan itu dengan hal-hal bermanfaat. Hingga cowok berbadan jangkung mendekati MC tersebut dan berbisik sesuatu.
"Mohon maaf karena ketua pelaksananya ternyata tiba-tiba sakit, kita wakili oleh Bintang Januar."
Bintang tersenyum puas sebelum naik ke atas podium. Ini saatnya menunjukkan bahwa dirinya juga bisa menjadi pemimpin. Ia akan menjatuhkan Abyan sejatuh-jatuhnya hingga siswa-siswi maupun guru beralih perhatian kepada dirinya. Dengan begitu, Abyan menjadi terhempas.
Aletha melebarkan matanya tidak percaya saat Bintang yang naik ke atas podium. Ia menjadi cemas, hatinya bertanya-tanya di mana keberadaan Abyan. Padahal cowok itu sejak tadi baik-baik saja. Ia tidak bisa tenang dan memutuskan untuk mencari Abyan.
"Eh? Aletha mau ke mana?" Vega melihat Aletha pergi begitu saja.
"Gak tahu, mungkin kebelet," balas Belva.
Aletha berhenti di koridor yang sepi, ia mencoba menghubungi nomor Abyan tetapi hasilnya nihil. Ia segera berlari menuju ruang osis, semoga saja cowok itu ada di sana. Setelah sampai di depan ruang osis, ia malah bertemu dengan Rion yang memasang muka cemas.
"Lo lagi cari Abyan?" tanya Aletha pada Rion.
Rion mengangguk. "Iya, dia tiba-tiba hilang."
"Hah? Jadi dia gak sakit seperti yang di bilang MC itu?"
"Gak, dia tadi ada di samping gue terus pergi gitu aja gak tahu ke mana," jawab Rion yang membuat Aletha semakin cemas.
"Ya udah, kita cari sekitar sekolah. Gue udah kasih tahu Bima sama Cakra," ucap Rion yang di balas Aletha dengan anggukan.
Aletha dan Rion mulai mencari Abyan ke lantai atas. Mereka sudah mencari ke kelas-kelas, wc, laboratorium dan kantin. Aletha yakin, ini semua perbuatannya Bintang.
"Yon, gue tahu Abyan di mana," kata Aletha yang membuat Rion menaikkan sebelah alisnya.
Aletha langsung berlari menaiki tangga sedangkan Rion mengikutinya dari belakang. Ia tahu satu ruangan yang berada di sebelah laboratorium komputer, itu ruangan kosong sengaja untuk menyimpan kursi atau meja yang rusak.
"Lo yakin di sini?" tanya Rion pada Aletha.
Abyan mendengar suara dari luar, ia sangat kenal suara itu. Ia bangkit lalu menggedor-gedor pintu tersebut. "Rion! Lo di luar, kan? Gue di sini!"
"Pergi lo bawa kunci sana!" Rion langsung mengacir lagi ke bawah untuk membawa kunci ruangan tersebut.
"Abyan! Tunggu dulu! Rion lagi bawa kuncinya!" kata Aletha sedikit berteriak.
Beberapa menit kemudian, Rion datang membawa kunci ruangan tersebut dan segera membuka pintunya. Setelah pintu tersebut terbuka, Abyan menghela nafasnya lega. Sial sekali, di ruangan ini tidak ada pentilasi jadi sulit untuk pergi lewat jendela sedangkan pintunya tidak bisa di dobrak dari dalam.
"Gimana ceritanya, sih?" tanya Rion penasaran.
Acara sudah di mulai, Abyan sudah stand by di dekat panggung. Ia berdiri di dekat Rion lalu ada pesan dari nomor tidak di kenal. Namun, isi pesan tersebut adalah Abyan di suruh untuk pergi ke ruangan dekat laboratorium komputer. Ia menurut begitu saja karena di pesan tersebut tertera nama guru pembina. Ia kira memang ada sesuatu yang harus di selesaikan.
Setelah sampai di ruangan tersebut, ia berdiri di ambang pintu karena pintu tersebut terbuka. Tiba-tiba ada yang menendang punggungnya hingga tersungkur jatuh ke dalam ruangan tersebut hingga seseorang menguncinya.
Abyan meringis pelan, ia melihat sekeliling terdapat meja dan kursi yang tidak terpakai. Ia baru sadar jika dirinya di jebak. Ia menggedor-gedor pintu beberapa kali dan berteriak minta tolong.
"Sialan! Ini pasti kerjaan Bintang!" Abyan mulai emosi.
"Mana ruangannya gak ada pentilasi, gue jadi susah buat kabur lewat jendela. Pintu di dobrak? Gak mungkin karena ini dari dalam," ucapnya pada diri sendiri.
Abyan berpikir keras untuk mencoba keluar dari ruangan ini. Sialnya lagi, ponselnya ada di tas di ruang osis. Beberapa kali ia menendang kursi karena emosi. Nanti setelah ia keluar dari ruangan, ia akan membalas perbuatan Bintang.
***
Abyan keluar dari ruang pembina dengan muka di tekuk. Setelah kejadian tadi, ia di panggil oleh pembina. Ia di ceramahi karena tidak bertanggung jawab, padahal ini baru pertama kali berbuat seperti ini. Biasanya baik-baik saja, ini semua memang gara-gara Bintang.
"Gue harus balas dendam!" tegas Abyan dengan tangannya yang terkepal kuat.
"Jangan sekarang!" cegah Aletha.
"Kenapa? Dia harus dapat pelajaran! Gue gak terima itu!" Abyan sudah tidak tahan untuk menghajar Bintang.
"Abyan, ini lagi acara belum selesai. Lo barusan aja abis di marahin terus kalau lo berantem nanti lo makin di marahin lagi. Lo harus pikir ke sana. Justru Bintang bikin rencana ini itu sengaja biar bikin emosi lo memuncak terus bikin sensasi gitu!" jelas Aletha pada Abyan.
Abyan menghela nafasnya, apa yang di katakan Aletha benar. Ini waktu yang tidak tepat, biarkan saja Bintang bersenang-senang dulu. Untung saja ada Aletha yang bisa menahan emosinya, jika tidak mungkin ia akan terkena masalah lebih besar lagi. Ternyata benar, apapun masalah itu harus di pikirkan dengan kepala dingin dan jangan sampai salah tindakan.
"Makasih banyak." Hanya itu yang bisa Abyan katakan pada Aletha sekarang.
Mereka berdua memilih menghindar dari acara. Biarlah otaknya menjadi tenang terlebih dahulu. Sekarang mereka berdua duduk di kantin dengan minumannya masing-masing, membiarkan hening menyelimuti mereka.
Mulut Aletha sebenarnya sudah gatal ingin berbicara. Namun, ia tahu kalau situasinya sedang tidak baik. Ia memilih diam saja, sesekali melirik pada Abyan.
"Abyan! Lo di cari panitia lainnya, malah Bintang yang atur-atur itu! Lo kemana aja, sih?" omel Resti pada Abyan.
"Gue lagi malas, Res. Ceritanya panjang," balas Abyan dengan nada datar.
Resti ikut duduk di sebelah Abyan. "Gue juga males, apalagi si Bintang yang sok ngatur!"
"Asal lo tahu, si Bintang itu jahat cuma mau geserin posisi Abyan." Kali ini Aletha yang menimpal.
"Gue tetep dukung Abyan, tapi yang lain kayaknya udah ada yang terpengaruh sama Bintang," kata Resti.
"Liat aja, nanti gue bakal bikin dia sujud di kaki gue! Udah berani juga dia lempar hp gue sampai rusak!" kesal Aletha.
Resti tertawa mendengar ucapan Aletha barusan. "Ada-ada aja lo!"
"Hp lo rusak karena dia?" Setelah sekian lama, Abyan bersuara dan di balas anggukan oleh Aletha.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABTHA [Sudah Terbit]
Teen FictionCover by Obi Art Aletha Tanisha, cewek hiperaktif dan pecicilan yang mengejar hati seseorang. Tidak ada kata sedih dan menyerah di kamusnya. Memang terkadang sakit hati namun selalu ada motivasinya untuk terus berjuang. Di kala hatinya senang, berbu...