Sialan! Pagi-pagi Abyan sudah emosi. Bagaimana tidak, mobilnya mogok dan lebih sialnya ponsel Abyan tertinggal di rumah. Jam hampir menunjukkan pukul tujuh, sedangkan Abyan masih pusing mencari solusi.
Abyan mempunyai ide, ia ikut menelpon ke ibu-ibu warung yang dekat sana. Selesai, Abyan baru saja menyuruh tukang bengkel langganan untuk membawa mobilnya. Abyan pun sudah menghubungi papanya, untungnya Abyan hapal di luar otak nomor-nomor yang menurutnya penting.
"Abyan? Tumben lo naik bis?" tanya Aletha terkejut, biasanya Abyan akan menaiki mobilnya.
Abyan dengan napas tersenggal-senggal menoleh ke samping dan memasang wajah kaget. "Lo? Ngapain di sini?"
Aletha tertawa. "Ya kali di sini gue mau ngamen."
Abyan berdecak kesal, otaknya mendadak bego saat di hadapan cewek ini. Entahlah, setiap berbicara dengan Aletha pasti Abyan akan kehabisan kata-kata.
Aletha berdeham kecil. "Mobil lo mogok? Atau lo sengaja naik bis?"
"Berisik!"
Aletha mengerucutkan bibirnya, niatnya baik hanya untuk bertanya.
Abyan meliriknya sekilas, lucu sekali Aletha jika sedang melamun. What? Lucu? Tidak, Abyan langsung menggelengkan kepalanya.
"Kenapa? Lo sakit kepala?" tanya Aletha pada Abyan.
"Gak." Abyan membalas dengan singkat.
"Terus barusan kenapa?" tanya Aletha lagi.
"Jangan banyak tanya!" bentak Abyan.
Aletha menghembuskan napasnya, jika biasanya Aletha akan melawan perkataan Abyan. Sekarang, Aletha sedang malas. Baru kali ini Aletha merasa tidak semangat sekolah. Ini semua gara-gara kepikiran ucapan papanya.
Sesampainya di depan gerbang, mereka berdua langsung berlari karena gerbang akan di tutup. Telat! Mereka berdua kurang beberapa detik untuk sampai di depan gerbang. Pak Harto menatap kedua remaja itu dengan tatapan menakutkan.
"Kenapa kalian kesiangan? Silahkan pulang lagi! Tidak ada kesempatan!" tegas Pak Harto.
"Pak, tolong buka! Mobil saya tadi mogok," jelas Abyan.
"Gak! Tetap pada aturan!" Pak Harto yang terkenal galak tidak bisa di rayu oleh siapapun.
"Mohon, pak. Hari ini saya ada ulangan, nanti saya ketinggalan," bujuk Abyan, sedangkan Aletha yang berada di sampingnya hanya diam pasrah.
"Itu sudah jadi konsekuensi kalian," ucap Pak Harto lalu pergi meninggalkan mereka berdua.
"Lo gak bela gitu? Santai banget jadi orang," kata Abyan yang melihat Aletha malah asyik memakan lolipopnya.
"Gue lagi gak mood, gue sengaja datang siang biar sekalian gak masuk."
Jawaban Aletha barusan membuat Abyan sedikit terkejut. Aletha yang biasanya mengganggunya, sekarang menjadi jutek.
"Mau kemana lo?" tanya Abyan menyusul Aletha yang sudah jalan duluan.
"Mau pergi, ngapain di sini juga udah gak di buka gerbangnya. Gue mau ke suatu tempat, terserah lo mau ikut apa enggak," balas Aletha.
Abyan tidak tahu harus ke mana, pulang ke rumah pastinya akan di marahi mamanya. Jadi, lebih baik Abyan ikut dengan Aletha.
Kuburan? Katanya mau ke suatu tempat? Apa ini suatu tempatnya? Batin Abyan.
"Ternyata lo ikut juga," ucap Aletha sambil tersenyum lebar.
"Jangan geer dulu! Gue gak ada maksud buat apa-apa!" kata Abyan sinis.
Aletha terkekeh. "Lo suka sama gue?"
Pertanyaan Aletha membuat Abyan kesal. "Suka? Sama lo? Najis!"
"Harusnya lo gak ikutin gue kalau emang gak suka," kata Aletha.
"Emang kalau ngikutin artinya suka gitu?" tanya Abyan dengan emosi.
Aletha tersenyum. "Udah, jangan berisik! Lo harus tahu keadaan lagi di mana."
Aletha tersenyum getir, mengingat adiknya satu tahun yang lalu meninggal. "Agatha, gue kangen sama lo."
Abyan melebarkan matanya tidak percaya, ia terkejut saat melihat nama di batu nisan itu. Agatha Tanisha.
Deg.
Pikiran Abyan langsung mengingat masa lalunya. Hatinya terasa sesak kembali mengingat itu. Jantung berdebar tidak karuan. Ada hubungan apa Aletha dengan Agatha?
"Abyan? Mau kemana?" tanya Aletha yang melihat Abyan berlari entah kemana.
"Abyan kok pergi gitu aja? Apa dia takut di pemakaman begini?" gumam Aletha kebingungan.
"Ata, gue suka sama Abyan. Dari pertama ketemu juga, gue udah jatuh cinta. Mungkin kalau lo masih ada, gue curhat langsung sama lo."
"Ya udah, gue pulang dulu ya, Ta. Maaf gak bawa bunga karena mendadak."
Aletha berdiri lalu meninggalkan daerah pemakamam. Aletha duduk di kedai es krim sambil melihat foto-fotonya saat di gunung. Oke, Aletha suka pergi ke gunung. Sejak kecil Aletha bercita-cita ingin ke gunung dan akhirnya tercapai. Walaupun dulu saat mamanya masih tinggal di rumahnya yang sekarang itu selalu tidak mengizinkannya, tetapi Aletha bisa membujuknya.
***
Abyan baru kali ini merasa kacau, sejak tadi hanya diam memegang gitar. Tidak ada niat untuk keluar kamar. Mamanya sudah menawarkan makan, percuma Abyan tidak mau. Abyan masih penasaran dengan hubungan Aletha dan Agatha.
Mungkin aja namanya sama, kan? Batin Abyan.
Membuang pikiran masa lalunya, itu yang sudah di lakukan Abyan selama ini. Tapi sungguh lemah, hanya dengan nama yang sama membuat Abyan kalang kabut. Abyan meletakkan gitar pada tempatnya. Abyan memutuskan untuk tidak memikirkannya lagi, mungkin memang tidak sengaja namanya sama.
Di sisi lain, Aletha sedang berbaring di tempat tidurnya. Ponselnya penuh dengan notifikasi. Grup? Aletha baru di masukkan ke grup oleh Vega. Entah grup apa.
Vega : ALETHA LO KEMANA AJAA?
Vega : Asli deh, jangan bikin khawatir. Lebih khawatirnya, lo barengan gak masuk sama Abyan.
Belvania : Jangan ngegas Veg, haha.
Vega : Nih Bel, Alet itu aslinya bikin orang kesel banget. Masa gue chat, malah di read doang!
Belvania : Haha, kok gue malah ngakak.
Vega : Sahabat laknat emang.
Aletha : Hai para netizen!
Vega : Nah, kan! Mulai nyebelinnya!
Belvania : Dari mana aja, Let?
Aletha : Habis jalan-jalan, dong!
Vega : Nanya ke Aletha gak bakal bener.
Aletha : Bener, kok!
Vega : Serah! Gue emosi.
Aletha tertawa, senang mengusili temannya itu. Tiba-tiba ponselnya berdering menandakan telepon masuk.
"Hallo?"
"Alet, besok kumpul ya! Gue tadi mau kasih tahu lo di sekolah, tapi lo gak ada."
"Oh, oke, Af. Tadi gue kesiangan, hehe."
"Why? Kok bisa?"
"Hmm, ya gitu, deh. Ya udah makasih infonya, Afkar."
"Oke, selamat malam, Let."
KAMU SEDANG MEMBACA
ABTHA [Sudah Terbit]
Teen FictionCover by Obi Art Aletha Tanisha, cewek hiperaktif dan pecicilan yang mengejar hati seseorang. Tidak ada kata sedih dan menyerah di kamusnya. Memang terkadang sakit hati namun selalu ada motivasinya untuk terus berjuang. Di kala hatinya senang, berbu...