HAPPY READING!
***
Rencananya yang sudah di susun dengan rapi. Bima dan Aletha segera menjalankan misinya. Bima berjalan masuk ke dalam alfamart tersebut dengan memakai topi agar tidak terlalu mencolok. Sedangkan Aletha diam di mobil menunggu kode dari Bima. Entah apa yang sedang Bintang dan Vega bicarakan, yang pasti ekspresi Vega seperti yang memohon-mohon.
Dengan misi pertama, Bima sudah meminta tolong kepada kasir tersebut. Untungnya kasir tersebut baik hati membantu. Kasir itu pun keluar menemui Bintang.
"Maaf, mas. Tadi sepertinya ada kesalahan saat membayar, bisakah masuk dulu sebentar?"
"Oh, baik, mbak." Bintang mengangguk pelan lalu mengekori kasir tersebut dari belakang.
Aletha tersenyum saat Bintang sudah masuk ke dalam lagi. Ia langsung keluar dari mobil lalu menghampiri Vega. Ia dapat melihat ekspresi Vega yang terkejut, ia memberi kode untuk tidak berbicara atau berteriak pada Vega. Ia menarik lengan Vega hingga masuk ke dalam mobil. Bima dengan cepat bisa keluar dari alfamart itu dan masuk ke dalam mobil.
"A-letha? K-kenapa l-lo bisa tahu gue di sini?" tanya Vega dengan tubuh gemetar, takutnya luar biasa. Pikirannya kacau sekarang, bingung untuk melakukan apa.
Bima melajukan mobilnya dengan kecepatan yang lumayan tinggi.
"Gue gak sengaja aja liat lo di sini, tadinya gue mau beli cemilan aja. Soalnya gue abis jenguk Abyan," jawab Aletha dengan tenang.
Vega membisu, ia merasa bersalah atas apa yang kemarin dilakukannya. Tadinya ia berprasangka, Aletha akan memarahinya atau membalas dendam tetapi Aletha tetap tenang-tenang saja.
Aletha mengajak Vega turun dari mobil. Dengan perasaan campur aduk, Vega berjalan di samping Aletha. Sedangkan Bima mengikutinya dari belakang. Aletha menyalimi bundanya ketika bundanya berada di ruang televisi, begitu pula dengan Vega dan Bima.
"Bun, Alet ajak Vega ke kamar ya. Bima juga Alet ajak, tapi tenang aja ya, bun," jelas Aletha kepada bundanya, takutnya terjadi salah sangka.
"Iya, bunda percaya, kok. Nanti bunda buatin makanan ya," balas Shofia dengan senyuman.
Sesampainya di kamar Aletha. Ia menyuruh Bima duduk di sofa yang tersedia di kamarnya. Beberapa detik kemudian, setelah Vega menghela nafasnya. Vega langsung memeluk Aletha dengan erat sambil menangis. Sejak tadi Vega menahan tangisannya, tak di sangka Aletha masih baik kepadanya.
"M-maafin gue, Let. Gue udah jahat sama lo, Abyan dan yang lainnya. Gue gak bermaksud, gue punya alasan," ucap Vega di sela-sela tangisannya.
Aletha mengusap punggung Vega berusaha menenangkan. Ia dari awal memang yakin, Vega pasti tidak akan sejahat itu. "Ayo, keluarin dulu aja air matanya. Nangis sepuasnya, baru lo bisa cerita."
Setelah sekian lama, Vega menghela nafasnya lalu menghapus air matanya. Matanya sembab setelah menangis. Vega pun langsung menceritakan mengapa dirinya bisa di pihak Bintang. Jadi, mama Vega di teror setiap hari dan itu membuat mama Vega nangis setiap hari. Di teror itu juga terdapat tulisan menjelek-jelekkan Aletha dan menyuruh untuk menjauhi Aletha, maka dari itu mama Vega melarang anaknya untuk berteman dengan Aletha. Mamanya itu percaya-percaya saja dengan terornya.
Vega kira terornya akan berhenti namun kian hari semakin parah. Vega takutnya mamanya menjadi gangguan jiwa karena suka banting-banting barang juga berbicara sendiri. Setelah tahu Bintang yang selama ini menerornya, Vega memohon-mohon untuk berhenti meneror. Bintang setuju namun ada syaratnya dan kemarin Vega salah menyetui syarat itu untuk menjauhi Aletha dan mencoba mencelakai Abyan dan Aletha.
"Maaf, Let, Bim. Gue salah banget, gue akui salah. Harusnya gue pikir panjang, gue di situ gak kepikiran ke mana-mana lagi, yang di pikiran gue itu cuma pengen mama gue gak di teror, udah itu. Sedangkan papa gue masih di Australia, gue makin bingung," jelas Vega dengan berkata apa adanya.
"Percaya sama gue, Let. Gue sama sekali gak ada niat jahat atau apa, gue--"
Belum sempat Vega selesai berbicara, Aletha memotongnya. "Iya, Vey. Udah, ah, jangan ngomong gitu terus. Gue percaya sama lo, bukannya sahabat itu harus saling percaya?"
Vega memeluk Aletha lagi, inilah yang namanya benar-benar sahabat. Di saat ia sudah melakukan salah pun tetap di maafkan, terharu sekali. Ia jadi malu pada dirinya sendiri.
"Harusnya lo cerita dari awal ke gue, pasti gue bakal bantu. Ada Belva juga, bahkan sekarang ada Bima, tuh, ada Abyan dan masih banyak," ucap Aletha sedikit lega karena Vega sudah balik lagi berada di sampingnya.
"Iya, maaf sekali lagi, Let," kata Vega tidak henti-hentinya menangis.
"Hmm, kayaknya gue udah denger alasan Vega kenapa ya. Gue pamit dulu, Let, juga Vey lo istirahat aja kalau ada apa-apa hubungi Alet atau gue," kata Bima.
"Makasih," balas Vega di balas anggukan oleh Bima. Setelah itu, Bima langsung ke bawah dan pamit kepada bundanya Aletha.
"Senyum, dong," kata Aletha pada Vega.
Vega tersenyum walaupun air matanya masih keluar. "Makasih banyak, lo sahabat luar biasa gue."
Aletha tersenyum, rasanya ingin hidup itu tanpa beban tanpa masalah. Tapi itu mustahil, setiap manusia pasti menjalani hidup yang berliku-liku, pasti ada masalah namun yakinlah bahwa ada hikmah dari setiap masalah dan akan ada kebahagiaan menanti.
"Tunggu, suara perut siapa, tuh?" Aletha mendengar suara keroncongan perut.
"Perut lo," kata Vega tertawa kecil.
"Ah, iya! Gue gak sadar! Perut gue harus isi ulang!" ucap Aletha cengengesan.
Vega terkekeh. "Emangnya galon yang suka isi ulang."
Aletha tersenyum. "Nah, lo senyum kan jadi enak liatnya daripada nangis banjir kayak tadi."
"Bisa aja lo!" sahut Vega malu-malu.
Di sisi lain, Bintang berdecak kesal ketika keluar dari alfamart ia sudah tidak melihat keberadaan Vega lagi. Padahal tadi ada bersamanya, berani-beraninya cewek itu kabur, pikir Bintang. Dengan rahangnya yang tegas, ia memasuki mobilnya yang terparkir dan melesat ke jalan raya.
Aroma wangi yang menyeruak saat cewek itu memasuki toko kue langganan bundanya. Saat Aletha berdamai dengan Shofia, ia sering di ajak ke toko kue ini. Dari wanginya saja sudah menggoda, apalagi mencicipi kuenya. Sekarang ia berada di toko kue bersama Vega. Sehabis ini, mereka berdua akan pergi ke rumah sakit. Tadinya bundanya tidak mengizinkan, tapi bukan Aletha kalau tidak memaksa.
"Gue malu, Let. Gimana kalau Abyan atau yang lain marah sama gue?" ujar Vega setelah memilih beberapa kue.
Aletha tersenyum simpul. "Gak, Vey. Tenang aja."
Vega membawa satu kantong kue lalu keluar dari toko kue itu bersama Aletha. "Makasih banyak, Let. Lo masih nerima gue sahabat meski usah jahat."
"Udah, ah, jangan bicara gitu terus. Lo emang sahabat gue dari gue pindah ke sini," balas Aletha tersenyum lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABTHA [Sudah Terbit]
Teen FictionCover by Obi Art Aletha Tanisha, cewek hiperaktif dan pecicilan yang mengejar hati seseorang. Tidak ada kata sedih dan menyerah di kamusnya. Memang terkadang sakit hati namun selalu ada motivasinya untuk terus berjuang. Di kala hatinya senang, berbu...