Part 5

12 2 0
                                    

Sepanjang perjalanan Damar terus membuat lelucon konyol, hanya Zeed yang tidak tertawa. Tadinya aku sama sekali tidak tertarik dengan perjalanan ini, tapi dengan hadirnya Damar membuatku bersemangat. Dia makhluk terkonyol di dunia ini kurasa, dia akan melakukan hal konyol agar membuat orang lain tertawa tanpa rasa malu. Zeed memintaku duduk didepan menemaninya, dan membiarkan Viny duduk bersama Damar dibelakang. Zeed terlihat tidak menyukai Damar, padahal Damar terlihat biasa saja, dia bahkan sangat ramah pada Zeed.

"Kalian sangat berisik, cobalah untuk istirahat, aku harus fokus mengemudi," ujar Zeed ketus.

"Hey, santailah, kau bilang kita akan menuju tempat yang kusukai, jadi perjalanan ini juga harus menyenangkan kan?," Selorohku sama ketusnya. Damar dan Viny terkikik dibelakang. Zeed hanya berdecak, tapi pada akhirnya Viny dan Damar tertidur.

"Aku bingung dengan perubahan sikapmu, dulu kupikir kau membenciku, tapi semua itu berubah tiba-tiba, kau bertingkah manis seakan tak mau aku pergi atau hilang, dan ada sesuatu yang aneh pada dirimu tapi aku tidak tahu itu apa,"

"Kau akan mengerti besok, atau mungkin akan semakin banyak pertanyaan yang kau ajukan, tapi aku berjanji akan menjawab semuanya besok," Zeed menjawab dengan lembut, menyentuh tanganku dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya mengemudi. Tangannya hangat, sehangat tatapan dan kata-katanya barusan. Aku tidak tahu kenapa aku merasa sedih dan teringat pada Danish, padahal belakangan aku mulai melupakannya.

"Kita akan segera sampai," aku melihat keluar jendela, sebuah plang bertuliskan 'Pantai Indah'. Mataku membulat.

"Pantai? laut?," Zeed tersenyum manis dan mengangguk. Aku nyaris berteriak saking senangnya. Aku sangat menyukai air, sungai, apalagi laut, seakan aku bisa hanyut dan merasa bebas didalamnya.

"Sudah kubilang kau akan menyukainya, dan melihat ekspresimu itu aku merasa sangat bahagia," aku menatap Zeed dalam dengan ekpresi yang tidak bisa kujelaskan.

"Terima kasih," ujarku lirih.

"Dan, aku sangat suka pantai dan laut, pasir yang hangat dan suara ombak yang menenangkan, saat senang ataupun sedih aku selalu akan menyukainya, seperti juga kau aku akan selalu menyukaimu saat senang ataupun sedih, suatu saat aku ingin kita berdua menikmati matahari terbit dan senja bersama, melewati saat terbaik bersama seseorang yang terbaik, tidak ada yang lebih baik dari itu,"

"Aku juga menyukai pantai, tentu saja kita akan bersama-sama menyaksikan sunrise dan sunset suatu hari nanti, bersamamu pasti laut dan pantai, matahari terbit dan terbenam akan lebih indah,"

Tes. Air mataku jatuh. 

'Danishku, aku datang kepantai ini, aku akan melihat matahari terbit dan terbenam, tapi bukan bersamamu, seharusnya ada kau disini bersamaku, tapi entah dimana kau sekarang.'

"Hapus air matamu, kita sudah sampai," Zeed segera membangunkan Damar dan aku membangunkan Viny. Damar membantu Zeed mendirikan dua tenda, aku tidur bersama Viny dan Zeed bersama Damar, aku tidak bisa membayangkan betapa kesalnya Zeed harus tidur satu tenda dengan Damar. Aku dan Viny mengumpulkan kayu untuk membuat api unggun, angin berkesiur membuat tubuh terasa dingin sekali, beruntung Viny sudah mengingatkanku untuk membawa jaket.

"Kurasa aku tidak sanggup untuk berdiam di luar, aku mengantuk sekali, ini sudah hampir tengah malam," Damar menguap tak henti-henti, terlihat jelas dia sangat mengantuk.

"Tidurlah, kau perlu beristirahat Dyan," Damar menyentuh bahuku dan aku mengangguk.

"Sebentar lagi, jangan khawatir," sahutku sambil tersenyum. Viny malah langsung masuk ke tenda tanpa mengatakan apapun. Tersisa aku dan Zeed duduk menghadap api unggun.

Rindu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang