Kelas Pertama

24 2 0
                                    

"Ustadzah." Gumamku. Garis bibirku melengkung saat nanti santri-santri memanggil ku seperti itu. Sebenarnya ada perasaan yang menggerogoti ku sejak semalam, aku grogi. Belum mengajar saja sudah grogi begini, bagaimana nanti. Huft, sepertinya aku terlalu berlebihan dalam berpikir.

Aku sibuk mempelajari materi yang akan diajarkan untuk menghilangkan sedikit rasa itu. Ini kelas pertamaku.

Kata pamong, aku harus mengikuti apa yang tertulis di RPP yang ku buat. Lebih tepatnya copas dari internet.

Semakin mendekati waktu, aku mulai berkeringat dingin. Aku memang tidak terbiasa tampil di depan umum apalagi mengajar. Kenapa aku memilih jurusan ini ya?
Ah, iya aku selalu berpikir inilah jalan terbaik yang diberikan Allah padaku. Buktinya saja sampai sekarang aku bertahan. Berarti aku mampu jadi guru. Kurasa.

Aku memasuki kelas VII Umar dengan senyuman manis. Riuh kelas mulai terdengar, mempertanyakan siapa aku.
Dan ajaibnya grogiku menguap entah kemana. Dengan pedenya aku memperkenalkan diri.
Sebelum aku memasuki materi, aku menanyakan kabar mereka dan sedikit memberi motivasi.
"Kayfa halukum?" Tanyaku.
"Bikhoiri wal hamdulillah. Wa ustadzah?"
"Alhamdulillah, ana bikhoir."
Semua mulai fokus dan memperhatikan.

Setelahnya aku langsung menemui pamong untuk evaluasi.
Lesu, aku menundukkan kepala menuju perpus. Aku benar-benar redut pada diriku sendiri, bisa-bisanya aku melakukan kesalahan dalam mengajar. Seharusnya aku mengajarkan Istima' malah ke qira'ah. Ini teguran pertama yang diberikan pamong kepadaku.

~~~

Kayfa halukum? = Apa kabar kalian?
Bikhoiri wal hamdulillah. Wa ustadzah? = Baik, Alhamdulillah. Dan ustadzah?
Alhamdulillah, ana bikhoir = Alhamdulillah, saya baik.

PPLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang