VII Fatimah

15 2 0
                                    

Ustadzah Fitri mengingatkan ku kembali, jangan sampai salah mengajar lagi. Aku mulai melihat ketegasan ustadzah Fitri sejak melakukan kesalahan. Aku hanya bisa menunduk malu dan menganggukkan kepala.

Aku masih juga redut gara-gara hal kemarin. Kenapa sih aku bisa bodoh begitu. Dan pertanyaan, apa aku cocok jadi guru? Terngiang-ngiang di kepalaku. Walau aku sudah berusaha berpikir positif tapi aku tidak bisa tenang juga. Aku terlalu takut untuk melakukan kesalahan lagi.

Aku menatap kosong jauh ke parkiran. Cukup lama sampai sepasang ustadz ustadzah lewat di depan meja piket menyadarkan ku. Fokusku teralihkan, mereka pasangan muda. Si pria lumayan ganteng dan tinggi dan si wanita seperti nya cantik. Aku tak bisa melihat seluruh wajahnya karena ditutupi cadar, dia juga lampai. Pokoknya ideal deh. Pasangan yang serasi.
Tanpa sadar sudut bibirku melengkung, membayangkan masa depan.

Bel tanda masuk berbunyi membuyarkan lamunan ku, jam pelajaran kelima dimulai. Dari kejauhan, aku melihat ustadzah Fitri turun dari motor dan menuju ke dalam. Aku menunggu diluar karena beliau akan menemani ku, lebih tepatnya menilai cara mengajarku di kelas. Kemungkinan kedepannya akan seperti itu.

Sebelum mulai belajar, aku menyerahkan lembar penilaian mengajar kurtilas yang sudah ku print kepada ustadzah Fitri. Lalu beliau mengamati ku dengan saksama, membuat ku menjadi teringat kesalahan kemarin.

Kelas VII Fatimah ini, anak-anaknya antusias dan aktif. Aku jadi semangat mengajar. Mereka cukup ramai dan sedikit berisik. Bagaimana tidak? Kelas ini berisi dua puluh sembilan santriwati. Cukup heboh dan mereka juga cepat mengerti. Suasana hatiku jadi membaik.

"Madza darsunal aan?" Tanyaku.
"Al-lughotil 'Arabiyah."
"Kemarin terakhir materinya tentang apa?"

~~~

Madza darsunal aan? = Apa pelajaran kita sekarang?
Al-lughotil 'Arabiyah = Bahasa Arab

PPLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang