Lelah menjadi Tukang Ojek

16 1 4
                                    

Setiap paginya, aku menumpang dengan Nana. Karena motorku hanya satu dan kami berlima di rumah. Ada kakakku yang diantar pergi kerja, adekku yang baru kelas 1 SMK, keponakan ku yang setiap pagi di antar MDA dan mamaku yang mengantar goreng ke kampusku untuk dititip.
Jadi, aku memutuskan mengorbankan tenagaku untuk jadi tukang ojek bagi Nana.

Dia bisa bawa motor tapi tidak berani membawanya di jalan raya. Awalnya aku sangat tertolong namun, lama kelamaan aku capek dan lelah karena membawa motor dengan resiko tinggi dan membawa dua nyawa.

Tapi aku tetap berusaha berpikir positif karena dia tidak pernah meminta uang bensin padaku. Aku sebenarnya tidak enak hati tapi mau bagaimana lagi, uang yang kubawa tidak lebih dari sepuluh ribu rupiah dan kadang lindang untuk beli makan.

Bahkan terkadang aku tidak membawa uang sama sekali. Di satu sisi aku bersyukur, di satu sisi lagi aku ingin berhenti. Jujur, capek banget. Ditambah tugas-tugas dari sekolah dan kemarahan-kemarahan yang sering ku dapatkan.

Tapi besoknya hatiku membaik dan kembali lagi lalu mulai berpikir positif lagi.

PPLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang