Selalu Salah

1.5K 201 37
                                    

Seminggu telah berlalu dan Daehwi telah pulih sepenuhnya. Hari ini ia berniat akan mengantar hadiah buat calon bayi Hyungseob. Hadiah itu serba pink, karena menurut hasil usg, bayi Hyungseob perempuan.

Daehwi terkenang dengan sahabatnya itu. Wanita baik hati yang menikah dengan pria yang sangat mencintainya Park Woojin, Woojin. Mereka hidup dalam cinta dan kebahagiaan. Berbeda dengannya, Daehwi hanya tersenyum getir.

"Selamat ya sayang untuk ke-7 bulannya kehamilan kamu",

Daehwi memeluk Hyungseob dan di balas pelukan erat dari Hyungseob.

"Terima kasih ya hwi, dispenser itu tak menganggu kamu lagi kan?",

"Tidak kok, sudahlah. Jangan membahas dia di hari bahagia kamu hari ini",

Hyungseob tersenyum dengan ketegaran yang Daehwi tunjukkan. Namun ia tau, jika dalam hati kecil sahabatnya itu. Dia iri dengan keharmonisan dirinya dengan Woojin, suaminya.

"Tapi hwi, bukannya kamu baru sembuh ya. Kenapa datang kesini, diantar siapa kamu?",

Daehwi tersenyum hingga menampilkan deretan gigi putih rapih miliknya.

"Ah, aku datang kesini naik mobil sendiri. Lagi pula aku sudah pulih seutuhnya kok. Jadi kamu nggak usah khawatir, okay",

Hyungseob hanya menatap datar kearah sahabatnya itu. Heran bercampur kesal.

~~~

Setelah dari rumah Hyungseob, Daehwi pun pulang dan melewati rumah Jihoon. Ia menghentikan mobilnya karena ia melihat di depan rumah Jihoon banyak kerumunan orang. Karena penasaran Daehwi mendekati kerumunan itu.

"Astaga Jihoon...!, Dia kenapa pak?", tanya Daehwi khawatir, karena melihat Jihoon pingsan di halaman depan.

"Saya ndak tahu non, tiba-tiba tadi saya temuin nona ini sudah pingsan", jawab seorang bapak-bapak bertubuh gempal memakai seragam satpam.

"Kalau begitu tolong bantu angkat dia pak, saya akan membawanya ke rumah sakit", kata Daehwi cemas sembari berlari membuka pintu mobil bagian tengahnya.

Setelah Jihoon di baringkan di bangku tengah mobilnya. Daehwi mengucapkan terima kasih ke bapak tadi dan segera membawa Jihoon ke rumah sakit terdekat.

~~~

Sesampainya di rumah sakit, Jihoon segera di larikan ke ruang UGD. Kini Daehwi tengah menunggu Jihoon dengan cemas di depan ruang UGD.

Tak lama kemudian, derap langkah terdengar mendekat ke arahnya. Daehwi menoleh dan mendapati Jinyoung dan Guanlin yang datang.

Daehwi lah yang tadi meminta pihak RS untuk memberi kabar suaminya. Karena jika dia yang menelepon pasti tidak di angkat. Jinyoung terkejut melihat Daehwi di sana.

'Apa jangan jangan ini semua gara-gara dia lagi', batin Jinyoung.

Jinyoung pun mendekati Daehwi ingin menumpahkan kemarahannya. Namun, Guanlin menahan dirinya dengan mencekal tangan Jinyoung .

"Ingat young, ini di rumah sakit. Jangan lakukan hal gila, dia itu masih istrimu", kata Guanlin penuh penekanan.

Jinyoung pun terdiam tapi dia tetap mendekati Daehwi .

"Kau, kau menyakitinya lagi, pergilah. Aku ku muak melihat wajahmu itu", kata Jinyoung pelan.

Tapi sorot mata tajam yang Jinyoung berikan menusuk hati Daehwi. Sebenarnya Daehwi ingin menjelaskan semuanya kepada suaminya itu. Tapi percuma saja berdebat dengan Jinyoung saat ini. Suaminya itu takkan mempercayai ucapannya.

"Baiklah, kalau begitu aku pulang dulu, salam buat Jihoon", kata Daehwi lirih dengan tatapan terluka.

Jinyoung membuang muka dan tak peduli. Guanlin yang tak tega melihat Daehwi sendirian pun mengikuti Daehwi dari belakang. Ia tau, jika cecenya itu sebenarnya baru sembuh.

Selama berjalan di koridor RS. Daehwi merasakan kepalanya pusing, matanya berkunang kunang.

'Ya tuhan, ada apa dengan ku. Kenapa kepalaku pusing sekali',

Daehwi merasa pandangannya kabur. Ia pun kehilangan kesadarannya.

Guanlin yang tak jauh dari Daehwi, segera meraih tubuh cecenya agar tak jatuh. Guanlin menepuk pipi tirus Daehwi.

"Cece Daehwi, bangun. Ya tuhan, dokter, suster tolong", teriak Guanlin panik.

~~~

Dokter wanita paruh baya itu membenarkan letak kaca matanya.

"Selamat nyonya Daehwi, anda hamil dan usia kandungan anda baru 3 minggu",

Daehwi terkejut, ia sangat bahagia. Refleks dia mengelus perutnya yang datar, ada perasaan hangat di dalam sana.

"Nyonya jangan terlalu banyak fikiran, karena itu bisa membuat janin anda terganggu. Apa lagi usia kandungan nyonya saat ini rentan keguguran", lanjut sang dokter lembut.

Ternyata ada sesuatu yang hidup dan bergantung padanya di dalam rahimnya, Daehwi wajib menjaganya.

Guanlin yang mendengar kata-kata dokter sekaligus melihat ekspresi Daehwi. Bertambah khawatir dan kasihan. Entah apa yang terjadi jika Jinyoung tahu semuanya.

'Ya tuhan, ku mohon apapun rencanamu tolong lindungi Daehwi dan calon bayi yang ada di dalam kandungan nya itu', doa Guanlin dalam hati.

Saat keluar dari rumah sakit. Daehwi menahan tangan Guanlin. Guanlin pun menoleh kearahnya.

"Linlin, ku mohon, tolong jangan katakan apapun perihal kandungan ku kepada Jinyoung", pinta Daehwi dengan wajah memelas.

Guanlin menatap manik mata Daehwi dan mendesah, "Huft, baiklah, tapi kau harus mengatakannya suatu saat nanti. Mungkin dengan ini dia akan meninggalkan wanita itu", ujarnya pelan.

'Dan itu tidak mungkin terjadi', kata Daehwi dalam hati.

"Ehm.., Ayo kita makan dulu sebelum pulang. Cece pasti belum makan kan. ", kata Guanlin sambil merangkul pundak Daehwi, seolah ingin memberi kekuatan untuk Daehwi .

Daehwi pun mengangguk dan tersenyum sangat manis, "Boleh, tapi asal kamu yang bayar Linlin", ucapnya.

Guanlin hanya tersenyum, "Itu tak menjadi masalah ce, ayo cepat, aku sudah lapar", ucap Aldi.

Daehwi hanya tertawa, meski hatinya sakit.

'Seandainya Jinyoung tau, apakah dia mau menerima kehadiran anak ini, ' batin Daehwi pilu.

~~~

To be continue


Huaaa, maaf ya kalo pendek. Because aku lagi males mikir asli. Sekali lagi maaf ya

My Angel (Jinhwi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang