Pagi harinya, Jinyoung terlihat tengah mencoba membujuk Jihoon untuk makan bubur. Tapi Jihoon menggelengkan kepalanya sambil menutup mulutnya rapat. Jinyoung mendesah pasrah dan membuat Jihoon tersenyum menang.
"Baiklah, aku akan melakukan apapun asal kamu mau makan", ucap Jinyoung lembut sembari membelai puncak kepala Jihoon penuh kasih sayang.
"Hem..., tawaran yang mengiurkan, okelah",
Akhirnya Jihoon mau memakan buburnya dengan di suapi oleh Jinyoung . Hingga suapan terakhir masuk ke dalam mulut mungil Jihoon.
Jinyoung pun memandang wajah cantik Jihoon, menunggu permintaan wanita itu. Jihoon memegang lengan Jinyoung, sambil tersenyum Jihoon mengucapkan permintaannya.
"Kamu harus memilih antara aku atau istrimu, Bae",
Jinyoung terkejut mendengar permintaan yang Jihoon ucapkan. Ia menatap Jihoon dengan wajah bingungnya.
"Tapi aku harap kamu memilihku, karena aku tak mau sendirian",
Terdengar sangat egois memang, tapi ia juga tak mau hidup sebatang kara. Jihoon juga ingin bahagia dan maka dari itu, ia kan melakukan apapun. Termasuk merebut Iqbaal.
"A....., aku.....",
Jinyoung bingung harus memilih siapa, lidahnya terasa kelu. Apa yang harus ia katakan.
"Jika kamu tak mau bersama wanita berpenyakitan seperti aku, maka tinggalkan aku sekarang. Aku berjanji takkan menggangu kehidupan mu dengan istrimu lagi", ucap Jihoon sendu saat melihat keraguan di wajah Jinyoung.
Jinyoung mengeraskan hatinya, ia tersenyum dan berkata, "Apa yang kamu katakan sayang, berjanjilah untuk tidak akan pernah meninggalkan ku lagi. Sesulit apapun kita bersama nanti",
Jihoon tersenyum, setidaknya pelindungnya sudah berjanji.
"Lalu bagaimana dengan istrimu Bae ?",
Tatapan Jinyoung berubah datar, ia tersenyum dingin.
"Dari awal dia bukan siapa-siapa di antara kita. Lalu kenapa sekarang aku harus mencemaskannya ?",
Jihoon sudah berpikir matang, bahwa dia menginginkan Jinyoung seutuhnya. Bukankah Daehwi sudah merelakan Jinyoung dengan dirinya ?. Lagipula, ia ingin bahagia hanya dengan bersama Jinyoung bukan pria yang lain.
"Kalau begitu ceraikan saja dia Bae",
"Secepatnya sayang, Benalu di antara hubungan kita itu harus secepatnya disingkirkan agar tak semakin mengganggu hubungan kita, " ucap Iqbaal cuek dengan menekan kata Benalu.
~~~
Tanpa mereka berdua sadari, sesosok wanita mendengarkan percakapan mereka, bahkan terlalu banyak yang ia dengar hingga rasanya.
Tubuhnya seakan tak bertulang hingga rasanya tak kuat lagi menopang berat badannya, lemas.
Wanita itu perlahan mundur selangkah dan berjalan tertatih-tatih menjauhi ruangan itu. Ia meninggalkan keranjang buah yang dia bawa, tergeletak begitu saja di depan ruangan itu.
Pagi tadi Daehwi mendapatkan kabar dari Guanlin, jika kondisi Jihoon drop. Ia terlampau cemas sehingga langsung pergi ke rumah sakit untuk mengetahui kondisi Jihoon secara langsung.
Tapi, baru saja ia sampai di depan ruang inap Jihoon. Ia mendengar Jihoon mengobrol serius dengan suaminya.
Di tempat itu juga, ia dibuat terpaku. Mendengar semua kenyataan tentang posisi nya di antara Jihoon dan Jinyoung.
Ia mendengar semuanya dari mulut suaminya sekaligus ayah dari calon anaknya yang sekarang tengah berada di dalam kandungannya. Bahwa sebenarnya dia hanyalah 'Dia hanyalah benalu yang harus di singkirkan' .
Kata-kata menyakitkan itu terus menerus terngiang di telinganya hingga langkahnya tehenti di halaman rumah sakit.
Tanpa ia sadari air matanya turun bersamaan dengan hujan yang mengguyur tubuhnya dari tempat tertinggi di rumah sakit itu.
~~~
'Aku menyukai hujan, karena dengan begitu aku bisa menyembunyikan tangisku ini. Hujan selalu membawa pelangi, tapi kenapa hidupku seolah tanpa pelangi',
~Rain, Magic Hour~
~~~
Daehwi membiarkan hujan turun membasahi tubuhnya. Ada apa ini ?. Mengapa ia tak bisa merasakan air hujan yang dingin membasahinya ?. Apa karena rasa kehilangannya saat ini yang membuatnya tak bisa merasakan apapun ?.
Daehwi tak memperdulikan dingin yang bisa membuat kondisi tubuhnya turun menurun.
~~~
'Bahkan setan/iblis pun tidak akan menyakiti seorang wanita yang tengah hamil',
~Jodha Akbar~
~
Dengan kondisi basah kuyup dan tatapan kosong. Daehwi berjalan tertatih masuk kedalam rumahnya. Langkahnya tehenti di ruang tamu.Daehwi terkejut melihat dua yang ia sayangi duduk di sofa. Menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan. Mereka berdua adalah ayah dan bunda Jinyoung, Sehun baba dan Luhan mama.
~~~
Wanita paruh baya itu tak kuasa menahan tangis nya, mendengar semua kisah pilu hubungan anaknya dan menantunya yang telah ia anggap seperti anak sendiri.Luhan mama memeluk erat tubuh Daehwi yang bergetar hebat dengan isak tangis yang menyayat hati siapa pun yang mendengarnya.
"Tenanglah sayang, kami akan melindungi kamu dan calon cucu kami", ucap Luhan mama lembut penuh kasih sayang
Ia semakin memeluk erat tubuh Daehwi.
"Aku lelah mama, lelah dengan semua ini....", balas Daehwi serak, menahan tangis.
Tangan pria paruh baya menatap keluar jendela itu terkepal dengan sejuta amarah yang ia pendam. Wajah yang biasanya teduh dan berwibawa itu memerah.
Ia masih tidak menyangka dengan apa yang didengarnya dari mulut menantu kesayangan nya itu. Bagaimana bisa anak lelaki yang biasanya ia bangga-banggakan itu melakukan hal yang memalukan.
Yah, bukankah menyakiti hati seorang wanita itu sangat tidak patut. Dengan sejuta amarah yang ia pendam, Sehun baba bergumam lirih.
"Anak itu harus diberi pelajaran yang setimpal dengan tindakannya", gumam Sehun pelan.
Namun terdengar menakutkan dengan sejuta amarah yang terpendam di dalamnya.
~~~
To be continue

KAMU SEDANG MEMBACA
My Angel (Jinhwi)
RomantizmLee Daehwi hanyalah gadis rapuh yang sangat pandai menyembunyikan kesedihannya. Berharap cintanya terbalaskan, namun sepertinya hal itu mustahil. Orang yang ia cintai, Bae Jinyoung lebih mementingkan kekasih hatinya, Park Jihoon ketimbang dirinya ya...