Chapter 20

15.1K 2.6K 153
                                    

Ledakan emosi pun memenuhi seisi rumah. Renard sudah menduga itu yang akan terjadi jika Kevin nekat membongkar rahasianya di saat-saat seperti ini. Dia sudah memperingatkan adiknya untuk menunda "pengakuan dosa"-nya. Akan tetapi, Kevin dan ketiga saudaranya adalah orang-orang keras kepala yang sulit dibantah jika sudah memutuskan sesuatu.

Kevin menatap kedua kakak kembarnya yang masih terperangah hingga sulit bicara. "Please, jangan ada yang ceramah bahwa gay itu penyakit yang bisa disembuhin. Orang-orang sok tau di luar sana bisa aja ngasih teori ini-itu. Aku nggak ngomong mewakili semuanya. Yang pasti, dalam kasusku,  aku udah berjuang bertahun-tahun untuk 'sembuh'." Kevin membuat tanda petik di udara. Kini, tatapannya tertuju pada Renard. "Aku pernah ditangani psikolog selama setahun. Udahnya, aku sempat depresi sampai harus ke psikiater. Hasilnya? Aku tetap nggak bisa tertarik sama perempuan. Sampai akhirnya aku belajar untuk menerima ini semua. Nggak gampang prosesnya dan nyakitin banget. Aku nggak bisa cerita gimana penderitaanku karena kalian nggak akan ngerti. Aku cuma bisa bilang, nggak ada orang yang pengin dianggap beda dan diliatin dengan tatapan jijik."

Setelah keheningan yang menakutkan selama berdetik-detik, Petty, seperti biasa, langsung mencerocos tanpa henti. Menyuarakan kekagetan dengan histeris karena ternyata adik bungsunya penyuka sesama jenis.  Tidak ada yang menyela begitu Petty mulai mengomel. Semua maklum, perempuan itu akan berhenti jika sudah merasa lelah. Sementara Arleen, menangis tanpa henti sambil memeluk Siahna. Sammy dan suami Arleen, Arthur, terlihat tak nyaman berada di ruangan itu.

"Apa sih yang ada di kepalamu sampai ngelakuin semuanya, Kev? Tega banget kamu bohongin kami selama ini. Bisa-bisanya kamu nikah sama Siahna padahal..."

Sammy akhirnya maju, berusaha menenangkan istrinya. Kevin tetap di tempat duduknya dengan tenang. Sementara Renard tidak tahu harus melakukan apa. Arleen masih menangis, kali ini dia memeluk suaminya.

Renard melirik Siahna yang duduk mematung dengan wajah pucat dan tatapan kosong. Perempuan itu tampak kuyu. Pipinya lebih tirus dibanding biasa, menandakan Siahna kehilangan bobot meski tidak banyak. Renard sungguh ingin bicara dengan perempuan itu, menenangkan Siahna. Akan tetapi, itu bukan langkah cerdas untuk sekarang ini.

Saat Renard lupa diri dan memeluk Siahna yang sedang menangisi ibunya, banyak yang mengernyit terang-terangan. Setelahnya, Petty sempat memarahi lelaki itu. Untungnya, jawaban asal-asalan yang disuguhkan Renard berhasil membungkam kakaknya.

"Nggak tega aja, Mbak. Siahna sedih banget karena Mama udah nggak ada. Aku nggak mikir soal pantas atau sebaliknya. Lha, kan dalam suasana duka. Nggak bisa mikirin yang rumit-rumit. Lagian, kejadiannya juga di depan umum. Bukan sembunyi-sembunyi."

Saat itu, Renard merasa tolol karena tidak bisa mengendalikan diri. Jika ada yang mencurigai sesuatu, dia yakin Siahna yang akan mendapat lebih banyak tudingan negatif. Padahal, Renard lah yang membuat ulah.

Melihat Siahna merasa begitu kehilangan karena kepergian Miriam, membuat perasaan Renard pada perempuan itu kian solid saja. Dulu, itu juga yang membuatnya menyadari bahwa dirinya sudah jatuh cinta pada Siahna. Yaitu saat mendengar sendiri perempuan itu memarahi Kevin hingga terisak karena mencemaskan Miriam. Renard sangat mencintai Miriam, tapi Bella tidak pernah menunjukkan perhatian memadai untuk ibunya. Lalu, di kesempatan berbeda, dia menyaksikan sendiri iparnya begitu mengkhawatirkan Miriam. Renard pun kehilangan kendali atas hatinya sendiri.

"Na, kamu pun kok mau aja diajak nikah sama Kevin? Apa kamu nggak pernah merasa bersalah karena udah ngebohongin Mama sampai akhir hidupnya? Harusnya, kamu kan bisa nolak ajakan gila si Kevin. Ini malah ikutan. Kenapa nggak ada di antara kalian yang takut karena udah mainin lembaga perkawinan?"

Tiba-tiba, Petty mengarahkan pelurunya pada sang ipar yang sejak tadi duduk termangu. Bukan cuma Siahna yang kaget mendengar kalimat-kalimat tajam itu, melainkan juga seisi ruangan.

Lovesick | Terbit 17 Feb 2020 |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang