Biasakan kasih bintang dulu sebelum membaca. ☺
Selamat membaca dan silakan berkomentar.
***
BAB 4"Ilmu Filsafat dan Teknik Pangan," jawab Sultan ketika ditanyai Kak Dito mengenai jurusan incarannya. Ini pertama kali aku mendengar suara Sultan. Suaranya tidak berat seperti Marvin. Aku nggak bisa ingat jelas bagaimana tekstur suara Sultan. Sedikit serak basah kalau nggak salah. Mirip si ini ... siapa tuh yang main film ... anu ... Jefri Nichol. Serak tapi nggak besar. Iya, kayak gitu. Tapi tampang sih masih menang si Jef.
"IPC?"
"Iya."
"Kampus mana yang kamu incer, Sul?"
"UGM atau UI."
"Ambil target titik aman di passing grade 50%, Sul. Itu lebih baik karena kalau kamu mematok di kisaran 45% itu bisa bahaya. Ya meskipun data yang beredar hanya sebesar itu. Makanya kamu harus bikin roketmu untuk sampai ke bulan yang kamu incar dengan daya sebesar lebih dari itu. Nanti deh kita bahas skema target kamu. Supaya lesatannya lebih kuat dan kalau cuma nyerang di 42% bisa kamu usahakan lebih mudah lagi. Ini untuk semuanya juga. Entah mau masuk ITB, ITS, UI atau kampus mana saja. Harus menargetkan di PG yang lebih besar dari data historis," kata Kak Dito bermaksud ke semua anak di kelas juga.
"Anggap saja kampus impian kalian adalah bulan. Atau boleh deh benda angkasa lainnya. Dan tempat ini harus jadi bengkel percobaan kalian untuk menciptakan roket dengan lesatan yang kamu harapkan. Oke?"
Semua mengiyakan.
Setelah itu kami melanjutkan sesi konsultasi secara individu bersama Kak Dito. Maju satu-satu. Sekalian ambil modul pembelajaran enam eksemplar. Tebel-tebel ngalahin yang kubeli bareng Marvin.
Aku yakin Sultan sudah menyadari keberadaanku dan mengingat tragedi konyol waktu itu. Dan sepertinya bukan hal yang sulit untuk mengenali wajahku juga. Kecuali kalau dia punya penyakit lupa. Orang aku aja masih ingat wajahnya.
Hari pertama belum mulai belajar. Besok pagi baru mulai intensif.
Bagus deh dia ikut kelas IPC. Jadi ada beberapa kali dia masuk kelas Soshum. Tapi tetap saja dong aku bakal punya kelas Saintek terus sama dia? Iiihh. Nggak bisa leluasa banget!
Selesai bimbel aku niat buru-buru keluar dari ruang kelas. Tapi baru saja sampai di ambang pintu Kak Dito memanggilku.
"Jangan pulang dulu. Sini bentar."
KAMU SEDANG MEMBACA
NURAGA [Sudah Dibukukan]
Spiritual[SELESAI] Definisi cinta dari sudut pandang yang tak terwakili. Kata siapa remaja tidak bisa berprinsip? #RemajaIslam